pasar

194 15 1
                                    

Di pasar, kini banyak sekali orang yang berlalu lalang, entah ada yang berjualan, membeli, juga sekedar lewat.

Seperti saat ini, Arsakya, Rendi, juga kedua ustadzah yang tak lain ustadzah Firna dan Yuni tengah berjalan ke salah satu penjual sayur.

" Dzah, mau beli apa dulu? " tanya Ustadzah Yuni.

Ustadzah Firna membuka secarik kertas yang berisi bahan-bahan yang akan mereka beli.

" sayur kangkung, tomat, cabe merah, sama—"

" sabar dzah, satu-satu." Gerutu Ustadzah Yuni.

Ustadzah Firna terkekeh, " iya iya, ayo aku bantu pilihin juga."

Tak lama memilih, kini satu buah kresek sudah terisi penuh dengan berbagai sayuran.

" tinggal bayar, uang nya mana dzah? Kamu yang pegang kan? "

Ustadzah Firna mengangguk lalu merogoh sakunya.

Seketika ia membelalak kaget, " loh loh, kamu yang pegang enggak dzah? Soalnya di aku gak ada. "

" lah gimana, coba sebentar-sebentar." Ustadzah Yuni merogoh sakunya.

Gelengan kepala ustadzah Yuni berikan, membuat ustadzah Firna menghela nafas kasar.

" yah terus gimana, kayaknya aku kelupaan bawa deh, terus ini gimana bayarnya? Apa kita balik dulu aja? "

Arsakya langsung membuka dompetnya.

" pakai uang ini saja buat bayar," tutur Arsakya sembari menyodorkan beberapa lembar uang.

Ustadzah Yuni menggeleng, " afwan Gus, tapi—"

" kenapa? Lagian uang belanja kalian gak ada, terus kita udah sampai ke pasar, masa kita mau balik."

" udah kalo ustadzah gak mau uang nya, biar buat ane saja." Celetuk Ustadz Rendi, yang mendapat tatapan tajam langsung dari Gus nya.

Ustadz Rendi langsung diam, " bercanda ane, udah bayar aja Dzah, Gus Sakya lagi banyak uang kok gak usah khawatir."

Lagi dan lagi, Arsakya menatap tajam teman nya itu.

" diem ente, ane jual ente di pasar tau rasa."

Ustadz Rendi terbelalak, ia jadi teringat salah satu kisah sahabat nabi yang pernah menjual temannya sendiri.

" eh jangan dong Gus, ntar ane kaya Suwaibith bin Harmalah yang di jual di pasar sama si Nuaiman."

Arsakya tertawa, " gak papa, lumayan dapat duit."

" sembarangan ente Gus."

" sudah-sudah, ini ambil saja uang nya dzah, habis itu kita pulang."

Ustadzah Yuni dan Firna saling pandang, " kamu saja Dzah yang ambil, " tutur Ustadzah Firna.

" yah, tapi kan...." keluh ustadzah Yuni.

Arsakya menghela nafas, lalu melepas peci nya.

" ambil." Pinta nya yang membuat kedua  ustadzah itu terkagum-kagum saat melihat kharisma seorang Gus nya tak memakai peci.

" astagfirullah, " ucap Ustadz Rendi yang membuat kedua ustadzah tersadar.

" eh afwan Gus, " ucap kedua ustadzah itu bersamaan.

Ustadzah Yuni segera mengambil uang pemberian Gus nya, setelah itu barulah ia membayar belanjaanya.

Usai membayar, kini ke-empat orang tersebut kembali ke dalam mobil.

" mau langsung pulang, atau mau beli sesuatu dulu? " tanya Arsakya di sela-sela menyetir mobilnya.

Ustadz Rendi hendak mengeluarkan kata, namun Arsakya dengan cepat memotong nya.

Takdir Cinta Seorang GusTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang