Mentari pagi menelisik jauh dari sisi-sisi kamar yang bernuansa abu-abu.
Seorang pemuda tampan yang bergelut dengan selimutnya kini menyembulkan kepalanya.
Netra matanya mengerjap, sesekali kedua tangannya mengusap mukanya.
“ sudah pagi...” gumamnya.
Ia menyibak selimut, lalu duduk di tepi ranjang, sembari menormalkan kesadarannya.
“ Abang!! ”
Pemuda yang baru terbangun itu melirik pintu sekilas, lalu turun untuk membukanya.
Sedangkan di satu sisi, Alesa yang sudah lama memanggil-manggil anaknya itu merasa letih, baru kali ini anaknya terlambat bangun.
Ceklek.
Pintu terbuka, menampilkan raut wajah anaknya.
“ astagfirullah Abang, baru bangun? ”
Arsakya mengangguk kecil, “ masuk dulu umma, Abang mau cuci muka.”
Alesa menghela nafas panjang, “ umma mau anterin berkas abba kamu yang ketinggalan, Abang cuci muka cepat ya. Lalu segera ke pesantren, tadi pagi-pagi sekali, pakde ke sini nyuruh Abba sebenarnya untuk mengurus pesantren, tapi berhubung Abba kamu ke kantor, jadi Abang saja. ”
“ emang sekarang jam berapa umma?”
“ jam 8 pagi.”
Arsakya melotot, “ Astagfirullah, serius umma? ”
Alesa mengangguk, “ abang kan udah umma bangunin dari beberapa jam yang lalu, niatnya Hasna mau di anterin, tapi akhirnya bareng sama abba.”
“ astagfirullah, maafin Abang umma.”
“ ya sudah ga papa, lain kali di alarm ya bang.”
“ kalo gitu umma pergi dulu ya, kamu cepet-cepet gih.”
“ mau di anterin umma? ”
Alesa menggeleng, “ enggak usah, nanti umma naik ojek saja.”
“ tapi...”
“ tenang saja, umma bakal hati-hati juga kok.”
Arsakya nampaknya bimbang, membiarkan umma nya pergi sendiri.
Alesa menghela nafas, “ Abang jangan khawatir, dulu umma jago berkelahi. Jadi nanti kalo ada orang jahat, umma bantai kepalanya.” ucapnya di sertai kekehan kecil.
Arsakya menggeleng, “ tapi kan dulu umma masih kuat tenaganya, kalo sekarang kan umma udah berumur, tidak sekuat dulu tenaganya.”
“ sudah-sudah, pokoknya umma mau pergi sekarang, assalamualaikum.” pamitnya lalu berlalu pergi.
Arsakya menghela nafas, mau tak mau ia menurut.
Ia pun segera masuk ke kamar, dan membersihkan dirinya.
Usai beberapa menit, ia turun ke bawah, dan duduk di meja makan.
Lalu ia mengambil satu buah roti yang sudah di panggang.
•••
Arsakya berjalan ke arah ndalem, lalu ia melihat ada satu pemuda yang duduk di teras ndalem, alisnya terangkat seperti pernah melihat bahu pemuda tersebut.
“ assalamualaikum...”
Pemuda itu menoleh dan tersenyum lebar, “ waalaikumsalam, widih lo—khem maksudnya Gus Arsakya, baru Dateng...”
KAMU SEDANG MEMBACA
Takdir Cinta Seorang Gus
Teen Fictionbaca cerita pertama dulu, biar nyambung alurnya. (Bimbing Aku Zauji! ) ••• Muhammad Arsakya Zulkarnain, pemuda tampan dari kalangan seorang Gus muda. hobinya yang bermotor-motoran membuat kedua orang tuanya selalu khawatir. tak hanya di situ, sosok...