naksir

322 34 12
                                    

Setelah pulang dari pesantren, Alesa tak henti-hentinya tersenyum, tak sabar memberitahu sang anak.

Saat ini wanita itu tengah berjalan menuju kamar sang anak laki-laki nya.

Tok.tok.

Ceklek.

“ umma,” panggil Arsakya.

“ masuk dulu umma,” Arsakya mempersilahkan umma nya untuk masuk kedalam kamarnya.

Alesa mengangguk, lalu ia duduk di ranjang kasur.

“ Abang tau gak? ” tanya Alesa sembari terus tersenyum.

Arsakya menggeleng, “ tahu apa umma? ”

“ abba bolehin Abang main motor-motor an! ” ucap Alesa antusias.

Arsakya mendongak sembari menatap wajah umma nya dengan serius.

“ beneran?”

Alesa mengangguk. “ umma berhasil bujuk Abba kamu! ”

“ Alhamdulillah, ” Arsakya tersenyum tipis, begitu melihat wajah umma nya yang tidak sedih lagi.

“ tapi, pesan umma, walaupun Abang di bolehin main motor-motor an, Abang jangan pernah tinggalkan shalat, ngaji, apalagi hafalan Abang yang sudah begitu banyak.”

Arsakya mengangguk, “ insyaallah Abang akan menomor satukan apa yang umma minta.”

Alesa tersenyum, ia mengelus surai hitam anaknya dengan lembut.

“ kamu benar-benar sudah dewasa, dan sebagian sifat kamu mirip alm. Mas Sakya.”

Arsakya mengerutkan keningnya mendengar nama yang hampir mirip dengannya.

“ mas Sakya? ”

Alesa mengangguk lalu tersenyum tipis, enggan untuk memberi tahu sang anak.

“ umma gak bisa ceritakan siapa dia saat ini, yang jelas nama kamu terinspirasi dari seseorang yang dahulu menyelamatkan nyawa Abba kamu.”

Arsakya begitu penasaran, namun umma nya seakan tidak ingin memberitahukan nya.

“ belum waktunya Abang dan adek tahu, insyaallah Abba dan umma akan cerita siapa dia, di saat sudah ketemu waktu yang pas untuk bercerita.”

Arsakya paham, lalu ia mengangguk. “ apapun itu, Abang dan adek Akan selalu menunggu waktu itu tiba.”

“ kalo gitu, umma ke bawah dulu ya, mau siapin makan malam.” Alesa beranjak dari duduknya lalu pergi meninggalkan sang anak.

•••

Tepat pukul 8 malam, setelah acara makan malam itu tuntas, Gus Davin terus menatap wajah putranya.

“ Abba perlu ngomong sama kamu bang, ” tutur Gus Davin tiba-tiba.

Arsakya yang mendengarnya mengangguk.

“ setelah ini, temui Abba di ruang keluarga ya.”

“ na'am abba.”

Berbeda dengan Alesa yang tengah membereskan sisa-sisa makanan bersama sang Putri kesayangannya, ia terus mendengarkan apa yang di ucapkan setiap kata suaminya.

Gus Davin beranjak dari duduknya lalu segera pergi ke ruang keluarga.

Arsakya hendak berdiri, lalu bahunya di usap oleh Alesa.

Takdir Cinta Seorang GusTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang