FIRST KISS

35.3K 620 36
                                    

jangan lupa vote komen yang banyak dehh!! saranku yg puasa baca nanti ajaa okk

ENJOYY!!

————

"Pagi, Ra."

"Pagi, om Dewa."

Sapaan hangat dari Dewa kepada ponakannya yang tengah menyantap roti tumpuk di meja makan. Laki-laki itu mengambil duduk di sebelah Shera dan menerima sandwich lain di piring yang telah disiapkan gadis itu.

"Kamu nih yang buat? Bukan bibi?"

"Iya dong aku!" Shera berseru sombong. "Bibi aja belum dateng. Ga tau kemana."

"Mungkin agak siang baru dateng." sahut omnya yang dibarengi dengan gigitan pada roti isi itu. Roti isi sederhana buatan Shera yang sudah berhasil membuatnya bahagia. Meskipun potongan tomatnya tebal sebelah, jumlah mentimun sedikit dan telur dadar yang berada dalam tumpukannya sedikit gosong, Dewa tetap menyukainya.

Dibalik kurangnya sandwich buatan Shera laki-laki itu masih bisa melihat kesempurnaan di sana. Irisan daging yang dimasak sempurna, roti yang terasa garing namun juga lembut yang merupakan favoritnya juga banyaknya saos seimbang dengan mayonaise yang diberikan. Shera benar-benar gadis idaman!

"Enak kan, om?" Si keponakan memandangi omnya dengan tatapan berharap. Untungnya sang om memberikan anggukan sesuai harapannya. Bahkan Dewa mengangkat dua jempol sambil menggigit roti.

Senyum senang mengiringi sarapan Shera pagi ini. Senang sekali rasanya bisa memasak enak untuk sang om. Karena biasanya Dewa lah yang menyiapkan sarapan untuknya. Kadang juga mereka berdua hanya makan makanan yang dibawa bibi.

"Ra, soal semalem," Dewa menelan makanannya sebelum lanjut berbicara. Ia kira Shera akan merespon namun ternyata perempuan itu hanya menatapnya dengan kepala dimiringkan penuh kebingungan.

"Semalem apa?"

"Kamu, ga boleh ya kayak gitu sama cowo lain."

"Maksudnya?"

Dewa menghela napas. Memang harus sabar berbicara dengan gadis tidak tau segalanya seperti Shera ini. Sedikit-sedikit harus dijelaskan dan tentu saja dengan kesabaran. Kepolosan gadis muda itu telah membuatnya gila.

Laki-laki itu memilih menggeleng. Menarik ucapannya. "Ga jadi, Ra. Udah kamu makan aja abis ini kita berangkat." ujarnya.

"Itu ya, minta tolong liatin pepek aku?"

Sang om mengangguk kecil.

"Emang kenapa?"

"Ya ga boleh, Ra. Kamu ga boleh kayak gitu sama cowo lain. Ga semua cowo itu baik. Ada juga yang jahat." Contohnya om. Yang udah jahat dan bejat karena suka sama kamu.

"Tapi kalo sama om Dewa ga apa-apa?"

Pertanyaan gadis itu membuat omnya diam tak mampu menjawab. Dewa hanya bisa membeku mendengarnya. Laki-laki itu meraih minum untuk membantu menelan makanan yang entah kenapa terasa nyangkut di lehernya.

"Om Dewa kan baik. Aku juga suka sama om Dewa. Trus kalo mau liat pepek sendiri aku ga bisa karena ga keliatan. Kayak semalem itu."

Oh ya. Soal semalam. Sebenarnya Dewa tidak mengiyakan tawaran menggiurkan dari keponakannya itu. Ia hanya mengatakan mungkin vagina Shera gatal karena digigit semut atau apalah itu. Dan Shera harus mengeceknya sendiri ke kamar mandi. Meskipun masih ia temani sampai ke depan pintu kamar mandi.

"Pokoknya kamu ga boleh kayak gitu terutama sama cowo lain." Nada bicara Dewa terdengar seperti tidak ada bantahan untuk kalimatnya itu. Sehingga mau tak mau sang keponakan mengangguk setuju.

Tidak sulit bagi Shera karena tidak satupun teman laki-laki ia miliki. Kebanyakan temannya di sekolah berjenis kelamin perempuan. Mungkin beberapa siswa menggodanya tapi ia tidak menyadari itu.

Pasangan om dan keponakan itu memutuskan berangkat saat jam menunjukkan pukul setengah tujuh pagi. Seperti biasa, Dewa akan mengantar Shera terlebih dahulu sebelum benar-benar menuju kantor. Biasanya juga laki-laki itu hanya mengantarkan si gadis lima puluh meter dari gerbang utama sekolah. Karena permintaan Shera sendiri tentu saja.

Alasan yang diungkapkan kepada Dewa adalah karena siswi SMA itu ingin jalan kaki. Padahal sebenarnya Shera tidak suka saat teman-teman sekolahnya memperhatikan sang om dengan tatapan 'ingin'.

Sebelum keluar dari mobil, Shera berdiam terlebih dahulu. Menunggu om nya mematikan mesin untuk memberinya kecupan penyemangat.

"Belajar yang bener ya, jangan nakal di sekolah. Atau om potong jumlah cokelat mingguan kamu." Dewa dengan tampang yang dibuat menyeramkan, menakut-nakuti keponakannya itu.

"Ish! Selalu aja om ancam aku kayak gitu."

Sang pria tertawa. Ditariknya tubuh Shera supaya mendekat. Gadis muda itu ia hadiahi kecupan hangat di kening. Ke pipi lalu ke hidung. Dan yang paling terakhir sekaligus yang paling mengejutkan, Dewa mengecup bibir keponakannya. Shera diam tercekat akibat tindakan pamannya itu.

Melihat si gadis membeku, kening pria dewasa itu berkerut. Dewa mengelus lembut pipi Shera untuk menyadarkannya.

"Kenapa?"

"Akuu... Mau cium kayak gitu lagi."

Senyum miring menggoda ditampilkan Dewa. Dengan mudahnya kepala laki-laki itu kembali bergerak maju. Mengecup biasa bibir keponakannya sebelum mengajak Shera saling melumat.

Tentu gadis itu belum bisa. Masih jauh di bawah amatir. Namun dengan dorongan dan hasil mencontek pamannya, Shera bisa melakukannya. Meskipun sedikit-sedikit. Hanya sekedar menghisap bibir bawah Dewa lalu bergantian ke bibir atas laki-laki matang itu.

"Buka mulutnya lebih lebar, sayang. Julurin lidah kamu." Shera menuruti perintah om nya dengan menjulurkan lidah dengan mulut lebih dibuka. Gadis muda itu merasakan kenikmatan mendadak saat lidahnya terasa dililit lidah lain. Perutnya dipenuhi kupu-kupu beterbangan seketika.

"Ahhh-emmhhh ommmhh,"

Decap lidah basah yang saling beradu memenuhi mobil itu. Keduanya terlena dalam suasana. Bahkan melupakan tujuan awal untuk berangkat sekolah dan berangkat kerja. Tangan kekar Dewa mulai menyusuri buah dada gadis kecilnya yang seperti ia bilang, masih sangat kecil dan hanya sebesar milik anak SMP.

Gundukan tak seberapa itu ia remas perlahan. Dipijit lembut dengan mata sesekali menatap intens Shera. Gadis itu melayang. Hanya bisa mendesah nikmat.

"Aahhhhh mmmhhh hmppp!!"

Baru pertama kali berciuman dan sudah diserbu penyedot debu seperti Dewa, tentu lah Shera tidak tahan. Hanya hitungan detik dari desahan lantangnya gadis muda itu menepuk-nepuk dada bidang om nya supaya berhenti mengeksekusi bibirnya. Sudah cukup rasanya. Pasokan oksigen sangat kurang untuk paru-parunya karena ciuman menuntut Dewa.

Dengan tanpa paksaan laki-laki matang itu melepaskan pagutan bibir mereka. Dibelainya bibir merah merekah milik sang keponakan. Senyum senang terpampang di wajah tampannya. Kepala Shera diusap beberapa kali sementara siswi SMA itu masih sibuk menormalkan napas. Sambil memegangi dadanya.

"Sakit ya?"

Kepala Shera menggeleng. "Cape." ujarnya. "Om Dewa kenapa ciumnya kuat banget. Kan aku engga kuat. Terus payudara aku juga diremas sama Om. Pepek aku jadi gatel lagi."

"Om ciumnya kuat karena om suka bibir kamu."  Tangan kekar Dewa menuju sesuatu di selangkangan keponakannya. Dilebarkannya paha Shera terlebih dahulu lalu rok yang dikenakan gadis itu ia naikkan. Tampaklah celana dalam putih yang serupa dengan warna kulit siswi SMA itu.

"Gatel?" Jempolnya mengelus-elus permukaan vagina tertutup celana dalam itu.

Shera mengangguk-angguk. Ah, enaknya. Vaginanya dielus-elus sang om dengan lembut. Dan ia suka.

"Kamu ga usah sekolah aja ya. Om obatin pepek nya dulu."

————
sadar om sadarrr

OM DEWATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang