VERA?!

11.1K 226 6
                                    

haloo! udah lama ga update yaa. semoga antusias fans Om Dewa sama Shera masih samaa🤣

btw slot Om Reno masih ada yaa. cusss orderrrrr😋

ENJOYY JANGAN LUPA VOTE KOMEN!!

————

Berhasil menikah dengan gadis impiannya menjadi salah satu hal terindah yang pernah Dewa dapatkan dalam hidupnya. Cinta yang sempat ia kira tidak lazim, kini malah mendapat balasan serupa dari yang terkasih. Sungguh, dirinya sangat bahagia.

"Sayangg, bangun... Kamu ga sekolah?"

Shera dengan sifat manjanya, semalaman penuh tidur dengan memeluk mas Dewa dengan eratnya. Siswi SMA itu menggeliat saat merasakan usapan lembut sang suami menerpa pipinya.

"Emmm, boleh bolos ga? Aku males. Hari ini cuma lomba-lomba aja." Dengan mata yang perlahan terbuka, Shera menatap Dewa dengan sedikit memohon. Matanya mengerjap lucu. Membuat suaminya tidak bisa menahan untuk tidak mengecupnya gemas.

"Boleh yaa? Temen aku juga pada ga masuk semua kok." ujar Shera berusaha meyakinkan mas suami supaya mengizinkan dirinya bolos hari ini.

"Yaudah deh, boleh." putus Dewa, akhirnya. Setelah disuguhi pemandangan menggemaskan dari istrinya sekaligus rengekan manja perempuan itu, mana mungkin dirinya berkata tidak. Tidak kuasa.

"Tapi mas ke kantor ya? Ada kerjaan, sayang." sambung laki-laki matang itu. "Atau kamu mau ikut sekalian?"

"Ah, tapi aku males mandi."

Dewa mengulum senyum. Mencubit gemas pipi Shera lalu beralih mengecup hidung perempuannya itu.

"Mau mandi bareng ga?" Dengan raut nakalnya, pria itu bertanya. Dewa bahkan menunjukkan senyuman mautnya. Sebelah alis suami Shera itu turut terangkat.

Wajah berpikir ditunjukkan sang wanita. Shera menggerakkan pupil matanya ke kanan dan kiri atas secara bergantian. Seolah sengaja membuat Dewa gemas sehingga memeluk tubuhnya erat-erat.

"Akh! Masss! Peluknya jangan kenceng-kenceng." Shera berseru menyuruh Dewa melonggarkan pelukan eratnya. Perempuan itu menggembungkan pipi. Sebelum akhirnya menggigit sebal bahu sang suami.

Dewa pura-pura mengaduh kesakitan dan memasang wajah semelas mungkin sehingga membuat ekspresi wajah istrinya berubah menjadi penyesalan. Shera mengusap-usap lembut bagian yang digigitnya itu tadi. Kemudian memeluk Dewa dengan hangatnya dan mengelus bagian belakang kepala laki-laki itu. Membuat senyum manis terukir di wajah tampan Dewa.

"Mas kalo kesakitan mukanya jelek." enek perempuan itu, mata suaminya melotot seketika. "Belum mandi jadi tambah jeleknya. Ayo deh mandi bareng, nanti aku yang sabunin muka mas biar ganteng lagi." Shera terkekeh kecil menampilkan deretan giginya.

Tanpa ragu suaminya mengangguk. Laki-laki itu segera bangkit dan menggendong sang istri menuju kamar mandi. Tidak perlu menunggu lama, keduanya langsung melakukan mandi bersama yang tentunya dihiasi kegiatan menghangatkan itu.

Tidak perlu dijelaskan lebih lanjut apa yang mereka lakukan. Langsung saja melompat pada sekarang ini. Dewa bersama sang istri berangkat menuju tempat kerja pria matang itu. Di perjalanan menuju kantor suaminya, Shera terus-terusan ngoceh mengatakan apapun yang ada di pikirannya.

"Mas Dewa pernah coba pisang goreng yang bentuknya kayak kipas itu ga?"

"Pisang goreng kipas apa, sayang?"

"Itu lohh, pisang goreng tapi bentuknya lebar kayak kipas."

"Belum tuh. Kayak gimana rasanya?"

Shera dengan semangat menceritakan. Tanggapan sang suami yang terdengar tertarik dengan ucapannya, membuat perempuan itu semakin ngoceh menjelaskan secara rinci.

Memang seperti itu Dewa sehari-harinya. Laki-laki itu selalu tertarik dengan segala cerita yang dibagikan Shera. Sekalipun cerita tidak penting seperti soal kebanggaan istrinya itu yang berhasil menepuk nyamuk hingga mati saat menggigit lengan Shera. Sampai soal anak kucing milik ibu kantin yang meninggal karena tak sengaja memakan makanan dengan racun.

"Itu tuh enak banget, mass. Apalagi ya di sekolah aku ibu-ibu penjualnya kasih cokelat di atas pisang goreng itu. Jadinya makin enak banget."

"Oh ya? Besok mas coba ke sekolah kamu deh buat beli pisang gorengnya."

Shera mengangguk. "Satu kantin cuma ibu ini yang jual pisang goreng kipas. Pokoknya yang paling enak."

Dewa tertawa melihat tingkah wanitanya yang begitu lucu. Shera seperti sales yang tengah mempromosikan dagangan si ibu kantin. Dengan lebay nya perempuan itu sampai memejamkan mata seolah sedang membayangkan betapa nikmatnya makanan yang baru saja ia ceritakan.

Mobil yang membawa pasangan suami-istri itu sampai di pelataran kantor Dewa. Keduanya turun dari kendaraan mewah itu. Sambil bergandengan tangan mesra, Shera dan sang suami memasuki gedung menjulang dengan banyak pekerja itu.

Kepala pria dewasa itu mengangguk beberapa kali membalas sapaan hormat dari para pegawainya. Dewa memberi gestur supaya mereka tak perlu berdiri untuk menyambutnya. Suami Shera itu menyuruh orang-orang di sana supaya lanjut bekerja saja.

Ruang kerja Dewa menjadi tujuan pasangan hangat itu. Shera langsung melompat kegirangan saat sampai di bilik kerja suaminya. Seketika perempuan itu berlari menuju sofa dan menghempaskan tubuhnya di sana. Ia bisa bermalas-malasan di sini, hehe.

"Mau makan atau minum, sayang?"

Shera mendongak menatap suaminya, kemudian mengangguk. "Aku masih laper. Belum kenyang makan sandwich tadi." ujarnya sambil meringis malu.

Dewa mengangguk dengan sedikit tawa kecil menyertai. Laki-laki itu menyerahkan ponselnya. "Mau makan dari kantin di bawah apa mau pesen dari luar aja?" tanyanya. Tubuhnya yang didudukkan bersebelahan dengan sang istri, agak condong ke arah perempuan itu.

"Dari kantin aja, biar cepet." jawab Shera sembari mengamati deretan nama-nama makanan yang tersusun dalam menu.

"Mauu nasi kuning aja, mass. Tapi lauknya pake nugget sama ayam. Bisa ga ya?"

"Kalo ga bisa ya tinggal mas tutup aja kantinnya, sayang. Masa istri bos yang minta ga diturutin."

Wajah Shera bersemu-semu malu. Perempuan muda itu tersipu. "Ihh, mas Dewaa." Dengan lucu pipinya menggembung.

Laki-laki itu bergemeletuk gemas. Jempol kanannya menekan-nekan layar ponsel untuk menghubungi seseorang yang bertugas di kantin supaya membawakan pesanan sang istri ke sini. Dengan embel-embel kalimat supaya dilakukan dengan cepat.

Sembari menunggu datangnya makanan yang diinginkan, Shesa duduk manis di sofa dengan mata mengamati mas Dewa yang sedang fokus bekerja. Pria nya tampak begitu berkarisma. Dewa dengan lengan kemejanya yang tergulung sampai siku, beberapa kali mendecak kesal melihat hasil kerja karyawannya. Terlalu banyak kesalahan sehingga mengharuskan dirinya mengkoreksi bahkan merevisi. Padahal setelah dari sini, mungkin nanti siang, ia dan Shera berencana jalan-jalan sebentar untuk menyejukkan mata juga pikiran.

Tak sampai sepuluh menit sejak pemesanan, pintu ruangan Dewa diketuk oleh seseorang. Laki-laki itu hendak berdiri namun ditahan Shera yang sudah mendahuluinya.

"Biar aku aja, mass." ujarnya yang yakin bahwa orang yang datang adalah petugas kantin yang membawakan makanannya. Senyum perempuan muda itu mengembang senang.

Tangan kanan Shera meraih handle pintu, kemudian memutarnya. Baru setelahnya ditarik untuk dibuka.

Tampak seorang perempuan yang sepertinya berusia 20 tahun ke atas sedang berdiri di hadapannya. Penampilan perempuan itu begitu rapi. Dengan blazer merah, rok span dan potongan rambut pendek, tak lupa sentuhan riasan di wajah yang membuat perempuan itu tampak semakin mempesona. Lipstik merah merona yang dioleskan di bibir menjadi satu hal yang paling mencolok. Si perempuan itu tersenyum tipis seolah menyapa Shera yang menunjukkan raut terkejut bukan main.

Istri Dewa bergerak mundur perlahan. Seperti ketakutan.

Tingkah Shera itu tak luput dari pandangan sang suami dan perempuan blazer merah di hadapannya. Perempuan itu ikut bergerak maju, memaksa Shera semakin mundur hingga tubuhnya menabrak meja kerja suaminya.

"Sayang? Kamu kenapa?" tanya Dewa sambil berdiri dari duduknya.

"Mass... Ini Vera... Yang di mimpi aku."

————

OM DEWATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang