part sebelumnya nyess gitu ya. sebenernya baru kali ini aku bikin part sedih-sedih an di cerita adult kayak gini wkwkwk
vote komen yakk!!
————
Menangis. Hanya itu yang dilakukan Shera sejak berjam-jam yang lalu hingga dirinya tertidur seperti ini. Tubuhnya lemas. Hanya mengeluarkan air mata tetapi sudah se-lelah ini. Gadis itu melirik jam di atas meja. Ternyata sudah pukul sebelas malam. Akibat tertidur pulas sehabis menangis sesenggukan, badannya terasa pegal. Energinya terkuras.
Saat dirinya masih sadar tadi, telinganya terus mendengar ketukan pintu dengan suara Dewa yang menyuruhnya ke luar. Laki-laki itu mengatakan akan menjelaskannya. Namun Shera tidak merespon. Tubuhnya tetap terpaku di atas tempat tidur.
Sekarang ini, suara itu sudah tidak ada lagi. Mungkin Dewa lelah. Sama seperti dirinya. Hati Shera lelah.
"Laper." gumam gadis itu sambil memegangi perutnya yang terasa kosong. Sejak pagi belum makan. Hanya makan hati dan kenyataan pahit soal kekasihnya. Mana kenyang?
Dengan langkah malas, Shera menuju pintu. Memutar kuncinya dua kali sampai ada bunyi klik. Siswi SMA itu memutar kenop pintu perlahan, lalu mendorongnya. Terasa berat saat Shera melakukan itu. Hingga sesuatu berat yang ia rasakan, seperti tiba-tiba berpindah. Tepatnya berdiri.
"Shera! Shera!" Rupanya Dewa. Pria itu terduduk dengan bersandar pada pintu kamarnya sehingga saat tadi didorong terasa berat. Sosok itu langsung bangkit dan berusaha menggapai tangan keponakannya.
Namun gerakan Dewa kalah cepat. Shera lebih dulu menutup pintunya. Tak lupa kembali menguncinya.
Laki-laki itu langsung tertunduk lesu. Sedari tadi ia menunggu kesempatan ini. Ia hanya butuh satu kesempatan untuk menjelaskan semuanya. Entah nantinya Shera percaya atau tidak, ia serahkan kepada gadis itu. Memang salahnya tidak berterus terang dari awal. Harusnya ia menjelaskan ini semua kepada Shera bahkan saat mereka belum memiliki hubungan romantis seperti sekarang ini. Agar tidak ada yang ia sakiti.
Tentu Dewa menyadari seberapa sakitnya Shera. Ia sadar, hanya "Om Dewa" lah orang kepercayaan Shera. Gadis itu tidak memiliki siapa-siapa lagi. Hanya dirinya. Tapi mengapa pula ia menghancurkan hati gadis polos itu?
"Ra... Maaf..." Dewa membisikkan kata maafnya melalui celah pintu. Berharap Shera bisa mendengarnya.
"Maafin Om, Ra. Om sadar ini semua salah Om. Tapi kamu harus denger penjelasan Om dulu, Ra. Setidaknya sekali aja. Kalaupun nanti kamu ga mau lanjutin hubungan kita, Om ga masalah. Yang penting kamu udah tau yang sebenarnya."
Dewa masih berusaha. Perlahan, ia ketuk pintu gadis itu. Dipanggilnya lembut. "Sheraa..."
Di dalam bilik itu, si pemilik nama 'Shera' sedang sibuk menahan tangis yang akan kembali jatuh. Gadis itu menggigit bibir bawah dengan perasaan berdebar. Matanya terasa pedas. Tiba-tiba saja ada air yang menggenang di pelupuk mata dan luruh begitu saja.
Siswi SMA itu kembali terisak. Masih mematung di depan pintu. Sementara di luar sana, om nya juga melakukan hal yang sama. Meratapi pintu sambil berharap Shera mau ke luar kamar mendengarkan penjelasannya.
"Ke luar ya? Kamu belum makan. Om pergi kok." pungkas Dewa. Sepertinya memang hanya ini satu-satunya cara yang tersisa. Shera tidak akan mau bertemu dengannya. Jadi yaa harus dirinya lah yang pergi.
"Makanannya di atas meja ya, Ra? Om pergi dulu,"
Laki-laki itu sungguhan pergi setelah mengatakan kalimat terakhirnya. Setelah menggapai kunci mobil dan dompet sebagai bekal, Dewa melenggang ke luar rumah. Mengunci pintunya dari luar supaya Shera tetap aman di dalam. Kakinya mengayun ke tempat mobil diparkir, menumpanginya dan melaju.
KAMU SEDANG MEMBACA
OM DEWA
RomanceDewa si CEO kaya yang tiba-tiba kepincut gadis muda. Gadis menggemaskan bernama Shera, masih menginjak sekolah menengah atas tingkat kedua. Tentu umurnya dengan sang gadis sangat jauh berbeda. Meski demikian, umur tua ia abaikan. Dengan keteguhan ha...