halo! maapin baru on lagi. kemarin hp ku mati sekitar semingguan😓 duhh
jangan lupa vote komen ya!! up malem jam segini emang masih ada yg melek? kalo ada, keren sih kalian. abis ini aja othor dah mau merem🤣
ENJOYY!
————"Pembalutnya udah ambil belum, Ra?"
Shera menggeleng menjawab pertanyaan pamannya itu. Dirinya yang sedang berdiri dengan handuk terlilit dan membawa celana dalam, menunggu Dewa mengambilkan benda itu untuknya.
Hmm iya Shera datang bulan. Darah yang tadi mengotori batang Dewa adalah darah menstruasinya. Sang paman yang langsung sadar segera menghentikan niat busuknya. Mengajak si keponakan ke kamar dan terjadilah percakapan di atas. Dari sini Dewa mulai sadar. Sepertinya semesta tidak merestui dirinya melakukan hubungan ehem ehem dengan Shera sebelum ada ikatan resmi.
"Om, ga jadi buat bayi?"
Dewa menggeleng. "Kamu lagi mens jadi ga bisa buat bayi." ujarnya. "Lain kali aja ya, kalo udah selesai mens nya." Diangguki gadis kesayangannya.
Laki-laki dewasa itu mendorong kecil punggung keponakannya supaya masuk ke kamar mandi. Sementara dirinya menunggu di luar sambil merenung. Apalagi kalau bukan soal hubungannya dan Shera.
"Kayaknya harus segera ajak Shera nikah. Atau minimal pacaran dulu. Cuma gimana caranya."
Sibuk berpikir dan merenung membuat Dewa tak menyadari bahwa sang keponakan sudah berdiri di sebelahnya. Tepukan lembut di bahu baru membuat laki-laki itu sadar.
"Om Dewa, udah cuci kontol?"
"Udah, Ra." jawab si om sambil sedikit melirik bagian selangkangannya yang kini sudah terlapis celana. Tadi Dewa sempat mencuci kejantanannya itu saat sebelum masuk ke kamar keponakannya.
Bibir Shera membentuk huruf O bulat sambil mengangguk-angguk. Gadis itu mendaratkan pantat di sebelah pamannya. Shera menolehkan kepala hingga pandangannya bertabrakan dengan pandangan Dewa. Siswi SMA itu mengulum senyum. Namun sedetik kemudian senyumnya berubah menjadi huruf U terbalik di bibirnya. Dengan manja Shera nemplok kepada sang om.
"Ih, perut aku sakit." ujarnya sambil menarik tangan Dewa dan diarahkan ke perutnya.
"Bantal hangat yang om beliin di mana?" Dewa mengedarkan pandangan menengok sekitar. Tidak mengharapkan jawaban dari keponakannya karena sudah pasti gadis itu tidak tau.
Dan benar saja, Shera hanya mengangkat bahunya sambil memasang wajah polos tanpa dosa.
Dewa mengambil tindakan dengan berdiri. Membuka lemari yang ada di sana. Melihat ke setiap rak nya untuk mencari benda yang diinginkannya itu. Dan baru saat sedikit berjinjit untuk melihat rak paling atas, laki-laki itu menemukannya. Segera saja Dewa mengutak-atik nya lalu membawa bantal yang sudah hangat itu kepada sang keponakan.
"Sini, Ra, pake ini dulu." ujarnya, berjongkok di depan Shera tersayang yang hanya diam dan menurut.
Baju yang dikenakan gadis itu dinaikkan oleh pamannya. Dewa memasangkan bantal hangat yang ia beli karena teringat keluhan Shera saat si gadis tengah datang bulan itu. Dirinya yang sudah sangat hafal, memposisikan bantal penghangat tersebut di tempat Shera biasa merasakan nyeri haid. Tak lupa kecupan kecil ia tinggalkan di perut rata gadis muda itu.
"Hihihi, om Dewa gitu ke perut aku kayak aku lagi hamil aja." Entah apa yang menurutnya lucu, Shera terkikik kecil.
"Emang sebentar lagi kamu hamil, Ra. Hamil anak om." kata Dewa dalam hatinya.
"Gapapa. Biar sakitnya cepet ilang jadi kamu ga perlu kesakitan lagi." Lain di bibir yang ia katakan. Dewa tersenyum manis untuk keponakannya itu.
"Pasti nanti istri om seneng deh punya suami kayak om Dewa. Kan om Dewa baik."
KAMU SEDANG MEMBACA
OM DEWA
RomanceDewa si CEO kaya yang tiba-tiba kepincut gadis muda. Gadis menggemaskan bernama Shera, masih menginjak sekolah menengah atas tingkat kedua. Tentu umurnya dengan sang gadis sangat jauh berbeda. Meski demikian, umur tua ia abaikan. Dengan keteguhan ha...