Note : Cerita futa, kalau risih boleh skip karena ini cerita 21+ di sarankan untuk menanggung sendiri apa pun yang kalian baca.
.
.Tubuh telanjang itu bergetar di bawah pancuran shower. Jari-jarinya menelusuri tubuhnya sendiri. Mulai dari tengkuknya, turun ke payudaranya yang bulat, mencari waktu di sana untuk memberi remasan. Erangan lolos dari mulutnya, Jennie terengah-engah saat dia mencubit puting payudaranya yang mengeras dan berkerikil.
Beberapa menit bermain di payudaranya, jarinya turun ke perutnya. Dia membelai dirinya sendiri. Menggeliat saat jarinya menggelitik titik sensitifnya. Matanya terpejam begitu jarinya semakin turun, vaginanya yang basah akhirnya bertemu dengan jarinya. Dia membelai sebentar, lalu menekan jarinya ke klitorisnya yang bengkak.
“Ohh, Lisa...” Nama itu keluar begitu saja dari mulut Jennie.
Bayangan di mana mereka sedang bermain satu minggu sebelumnya, lalu Jennie jatuh di bawah sedangkan Lisa tanpa sengaja menggigit bahunya muncul di benaknya. Saat perut Jennie merasakan ereksi Lisa. Sekarang dia membayangkan bagaimana jarinya menyentuhnya, mulutnya berada di sekitar penis Lisa.
Atau...
“Ya Tuhan...” Jerit Jennie saat dia memasukkan dua jarinya sekaligus ke lubang vagina yang hangat.
Mungkin tidak sama jika penis Lisa lah yang masuk di dalamnya, tapi rasanya luar biasa begitu Jennie memompa jarinya. Semakin licin vaginanya, semakin gerakannya tidak terkendali.
Bayangan Lisa menidurinya dengan keras di kamar mandi membuatnya semakin terengah-engah.
Satu tangannya menangkup payudaranya. Dia menggigit bibirnya, menahan agar tidak terlalu berisik.
Sialan, dia berharap Lisa yang membelai payudaranya. Mencium putingnya menggigit lehernya dengan keras.
Kepala Jennie jatuh ke belakang, gelombang kenikmatan tidak bisa di tahan. Beberapa sentakan lagi, dia akan orgasme. Kemudian bayangan Lisa menjilati seluruh cairannya membuat Jennie meledak.
“Sialan, fantasi ini membuatku gila.” Bisik Jennie setelah nafasnya mulai teratur.
Dia selalu membiarkan dirinya berfantasi tentang sahabatnya, yang sudah dua tahun ini menjadi teman satu kamarnya. Apakah Lisa mendengar erangannya?
Tidak. Ya, Jennie tidak peduli.
Mungkin bagus jika Lisa akan mendengarkan dia menyebut nama wanita itu.
“Jennie?” Kemudian, Jennie mendengar suara Lisa. Wanita itu pasti masuk ke kamarnya.
Buru-buru membersihkan diri dengan cepat, Jennie membungkus dirinya sendiri dengan handuk.
“Tunggu sebentar!” Jennie menjawab, berteriak.
Langkahnya terhenti begitu dirinya melewati wastafel. Jennie menatap dirinya sendiri di cermin. Kemudian dia menurunkan handuknya sehingga kini payudaranya atasnya menyembul, lalu keluar dari kamar mandi.
Lisa ada di sana. Sudah berpakaian rapi. Celana hitamnya memeluk tubuhnya. Jennie penasaran, bagaimana rasanya membuka celana itu dengan giginya?
“Hai, Lisa. Sudah siap untuk pergi?” Tanya Jennie. Membungkus rambutnya yang basah dengan handuk yang lain.
Lisa sedang melihat majalah, mengangkat wajahnya saat dia melihat Jennie. Hampir telanjang dan dia berkedip. Membenarkan letak celananya, dia berdehem.
“Kamu mandi lebih lama lagi hari ini.” Lisa berkata, memperhatikan bokong Jennie ketika sahabatnya itu berjalan mengambil pakaian dalam.
“Mengurus hal-hal tentang wanita.” Jennie terkekeh, melirik Lisa dari bahunya. Seketika dia merasa bangga melihat ke mana mata Lisa saat ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
JENLISA - Lili bite me (gip) ✔️
Fanfiction[21+] Karena insiden Lisa yang tidak sengaja menggigit bahu Jennie, setiap hari Jennie selalu berfantasi tentang Lisa. Begitu liar, terlalu sulit di abaikan, berharap fantasinya akan menjadi kenyataan. Note : Futa story, yang risih boleh skip. HA...