BAB 35

11.1K 880 25
                                    

Vote komen jangan lupa bestie.. Minimal tuh cerita ini udah 400-500 vote keatas dan 50-70 komen sih kalo liat dari pembaca tuh

***

Jennie berdiri, mencengkram tangan Lisa erat. Gejolak batin yang dirasakan Lisa terhenti. Matanya menjelajah penampilan Jennie. Rambutnya berantakan, wajahnya pucat layaknya orang yang sakit, dan ada tangan yang menggenggamnya terasa dingin, berkeringat dan tidak luput dari perhatiannya, darah kering di punggung tangannya.

“Lisa,” Jennie menghela nafas, seolah lega dia telah menemukannya.

“Kau... apa kau kabur dari Rumah Sakit?” Lisa memperhatikan Jennie yang berdiri gelisah. Meski sedang sakit, cengkraman di tangannya sangat kuat.

“Kenapa kau tidak memberitahuku soal ini?” Tanya Jennie, mengeluarkan kotak merah yang di simpan di dalam saku baju Rumah Sakit.

Lisa mengalihkan pandangannya ke arah lain. Masih sakit memikirkan bahwa Jennie mengalami kecelakaan lantaran salah paham karena cincin tersebut. Cincin yang membawanya pada kesialan hingga dia hampir saja menghilangkan nyawa dari orang yang dia cintai, lagi.

“Lupakan itu,” Kata Lisa, hendak mengambil kotak merah itu dari tangan Jennie, namun Jennie bergerak lebih cepat. “Sama sekali tidak penting, Jennie.” 

Mata Jennie bergetar, dan Lisa bergagap. Panik, takut, matanya melihat sekeliling. Dia tidak mau jadi seorang tersangka yang sudah membuat orang lain menangis di tengah makam. Menghela nafas, Lisa meraih tangan Jennie dan menariknya lembut.

Di belakang, Jennie pasrah saat Lisa menariknya pergi dari makam. Sampai Lisa membawanya ke salah satu kafe terdekat, Lisa mengikuti pandangan mata Jennie yang rupanya tertuju pada tas yang di bawanya.

Secara otomatis, Lisa membawa tas besar itu ke pangkuannya, untuk menyembunyikannya dari pandangan Jennie. Dia pun merasa berat hati mendengar nafas Jennie bergetar dalam sesak.

“Kenapa kau bilang cincin ini tidak penting sama sekali?” Jennie bertanya. Seolah ingin semakin menyiksa Lisa, dia malah mengeluarkan cincin itu membuat Lisa sekali lagi membuang pandangan ke arah lain. “Sama berartinya dengan cinta yang kita miliki, bukan? Bahkan, nama kita terukir di dalam cincin ini.”

Lisa tidak kuasa menahan gelombang emosi yang membuat dadanya bergetar dalam rasa perih yang tidak terlihat. Dia menggelengkan kepalanya, lalu mengangkat pandangan.

“Cincin ini sudah membuatmu terluka. Salah paham yang terjadi, karena aku menyembunyikan cincin dan segalanya yang sudah aku persiapkan membuatku hampir saja membunuhmu. Ini--- tidak lagi penting.” 

Mata Lisa terpejam. Sensasi dari rasa sakit, mengingat Jennie tidak sadarkan diri selama tiga hari membayang dalam dirinya. Membuka mata, dia merasakan tangan Jennie menggenggam tangannya.

“Tapi disinilah aku, Lisa. Aku berada di depanmu, menggenggam tanganmu dan aku tidak bisa membayangkan kau pergi dariku. Aku bodoh, aku pergi dan tidak mendengarkan penjelasanmu. Aku sendiri yang menyebabkan kecelakaan ini, bukan kau, Lisa.” Kata Jennie.

“Tidak,” Lisa membantah, keras kepala. “Ini karena aku. Jadi---“

“Jangan katakan apapun, tolong. Aku mencintaimu, oke? Aku mencintaimu, jangan katakan apapun yang akan membuat kita menyesal nantinya.” Pinta Jennie. Tatapan yang penuh permohonan membuat Lisa diam sejenak.

“Aku mencintaimu.” Lisa membalas dengan senyum lambat dan kaku.

Jennie bergeser, lebih dekat ke arah Lisa. Perlahan, tangan Jennie melingkar di pundak Lisa, menarik wanita itu dalam pelukannya. Yang masih menghangatkan, sehingga Lisa langsung melebur dalam pelukan Jennie.

JENLISA - Lili bite me (gip) ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang