BAB 6

22.5K 1.1K 31
                                    

Vote komen yukkk tingkatkan lagi!

.
.

Jennie

Aku lelah. Keinginanku untuk pulang, tidur dalam pelukan Lisa sangat besar. Kekecewaan memuncak saat aku melihat seseorang berdiri di depanku. Tegap tubuhnya dari belakang membuatku langsung tahu siapa dia.

“Ayah,”

Berbalik, Ayahku tersenyum dengan wajah lelah. Wajahnya lebih tua dari yang terakhir aku lihat. Aku berusaha tersenyum, memeluk dia.

“Apa yang membawamu kemari?” Tanyaku, meraih tangannya.

Dia anggota kepolisian yang sangat sibuk. Aku hampir tidak memiliki waktu untuk bermain dengannya saat aku kecil. Perceraian kedua orang tuaku juga memisahkanku dengannya. Aku sangat merindukan dia.

“Aku bertemu dengan Ibumu.” Beritahu Hendrik, ayahku.

“Oh?” Aku tidak menyangka Ibuku yang keras kepala akan bertemu dengan ayahku.

“Bisakah aku membelikanmu makan malam, sayang?”

Dari situ, aku tahu, ada beberapa hal yang ingin ayahku sampaikan padaku. Karena di sela kesibukannya, dia memintaku untuk makan malam dan pergi ke Seoul yang harus menempuh waktu berjam-jam dari Busan.

Mengangguk, aku membiarkan diriku di bawa ke restoran oleh ayahku. Suasananya tidak begitu ramai, tetapi cukup banyak orang. Aku tidak keberatan, ikut duduk di hadapan ayahku. Posisiku di dekat jendela, sehingga aku dapat melihat pemandangan dari mejaku.

Memesan steak, aku pun makan dengan tenang. Begitu juga dengan ayahku. Tidak ada di antara kami yang ingin merusak ketenangan.

Segera setelah makan malam selesai, aku duduk lebih tegak. Memperhatikan ayahku yang terlihat kebingungan dengan situasi ini.

“Ayah, ada apa?” Aku bertanya dengan lembut.

“Ibumu mengatakan sesuatu padaku.”

Ayahku memulai dan aku tahu itu tidak baik. Aku benci jika sudah mendengar itu darinya.

“Bukankah Ibu memang selalu mengatakan satu dan banyak hal?” Kataku mencoba bercanda dan ayahku terkekeh.

Senyumnya masih sama, hanya saja matanya menggelap. Dia sangat kelelahan dengan pekerjaannya. Aku harap uang yang dia miliki sesuai dengan kerja keras yang selama ini dia coba raih.

“Tentangmu dan aku khawatir sekali, sayang.”

Mataku menyipit.

“Oke, bolehkah aku panik sekarang?”

Aku tidak tahu apa yang Ibuku katakan sampai membuat Ayahku pergi ke Seoul, bicara denganku dan dia menjadi khawatir yang terlihat berlebihan untukku.

Ayahku meraih tanganku, matanya mulai berkaca-kaca dan aku tersentak di tempatku duduk, aku membeku. Menyakitkan melihat ayahku menangis seperti ini.

“Aku minta maaf.” Suara Ayahku bergetar, aku bisa melihat dia menahan air matanya untuk tidak jatuh saat itu juga.

“Ayah, kenapa?” Tanyaku takut sesuatu terjadi padanya.

“Aku minta maaf telah meninggalkanmu dan Ibumu.”

Menghela nafas, aku pindah di sisi ayahku. Menangkup tangannya, menggelengkan kepala. Aku tidak percaya, ayahku masih menyalahkan dirinya sendiri atas kehancuran keluarga kami.

“Ayah, kamu tahu sendiri Ibu yang telah berselingkuh dengan pria lain.” Satu tanganku mengusap punggungnya.

“Tidak, aku yang pergi ke Busan terus menerus meninggalkan kalian.” Ayahku berkata dengan pedih.

JENLISA - Lili bite me (gip) ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang