BAB 33

10K 884 52
                                    

Ngakak ama yang pada komen Jennie amnesia :(

Kepanjangan dong, gak tamat2 ceritanya :/ jatohnya jadi drama sinetron HAHAHAHA

Btw karena irl lagi lumayan berkegiatan, jadi kemungkinan jarang nulis tp aku usahakan nulis untuk kalian kok :)

***

Miyeon jauh dari rencana yang sudah Lisa tetapkan. Namun sepanjang Lisa pulang dari Busan, dia terus mendatanginya. Mencoba meyakinkan Lisa, Miyeon mengatakan bahwa New York akan menjadi tempatnya mengejar karir cemerlang. Banyak orang mencarinya, dan ingin menggunakan jasa photographer nya. Itu agak mengejutkan. 

Tawaran itu menggiurkan, mengingat sejak awal itulah mimpinya. Tapi Lisa punya banyak pertimbangan akan hal itu. Satu-satunya alasan dia bisa menolaknya adalah karena Jennie.

Semuanya yang sudah di persiapkan secara matang hancur begitu Jennie melihatnya dengan Miyeon dan Lisa tidak bisa menyalahkan Jennie karena merasa kecewa.

Namun tetap saja, alih-alih pergi, Lisa berharap Jennie mendengar penjelasannya. Jennie seharusnya lebih daripada tahu dia tidak akan seberengsek itu padanya. 

"Kau baik-baik saja disana?" Seseorang muncul, mengulurkan segelas coklat panas mengepul, Lisa tersenyum menerimanya.

"Terima kasih, Rosie." Kata Lisa, memberi tempat agar dia duduk di sampingnya.

Keduanya berada di lorong tunggu Rumah Sakit, keheningan yang membuatnya nyaman. Lisa  menyandarkan kepalanya di pundak sahabatnya, membutuhkan hal ini setelah beberapa hari yang mencekik.

Lingkaran mata Lisa menghitam, rambutnya agak berantakan, tidak ada senyum muncul di wajahnya beberapa hari ini. 

"Kau tahu? Kau masih bisa menjelaskannya kemudian memberikan apa yang ingin kau berikan padanya, meski tidak berada di tempat yang seharusnya kita tetapkan." Kata Rosé, mengacu pada kejutan yang seharusnya Lisa berikan beberapa hari lalu. 

"Mungkin," Lisa menyesap coklat panasnya, mengerang atas sensasi yang menghangatkan tenggorokannya. "Tapi mungkin juga tidak. Kau lihat barusan? Dia membenciku."  

"Itu karena kau belum menjelaskan." Rosé mengusap lututnya untuk menenangkan Lisa.

"Atau itu karena dia tidak mau mendengar penjelasanku. Seharusnya dia tidak pergi begitu saja, semuanya tidak akan terjadi." 

Beberapa hari sebelumnya adalah hari menakutkan untuk Lisa. Menemukan Jennie penuh luka dan darah di sekitar tubuhnya. Ketakutan akan kehilangan seseorang memukulnya secara batin.

Lisa terguncang. Sama seperti menatap kematian kedua orang tuanya, Lisa terpaku tanpa henti menyalahkan diri sendiri karena menyebabkan kecelakaan yang Jennie alami.  

"Hai, Lisa," Rosé memeluknya begitu lembut, meraihnya ke pelukan, seolah tahu apa yang Lisa pikirkan. "Ini bukan salahmu. Kecelakaan itu bukan salahmu dan Jennie baik-baik saja sekarang."

"Tapi dia hampir pergi dariku, Rosie." Lisa berbisik, suaranya bergetar begitu pula dengan tubuhnya. 

"Namun lihatlah, dia membuka matanya dan melihatmu. Dia menunggumu untuk bicara, aku yakin itu."

Lisa tidak punya kemampuan untuk mendatangi Jennie. Melihat luka di sisi wajah Jennie mengingatkan hari buruk tersebut. Dia terguncang, dan saat dia bertemu tatap dengan mata Jennie tepat hari Jennie terbangun, dia mundur.

Ketidaksiapan Lisa untuk menghadapi Jennie akan ketakutan oleh bayangan bahwa dia menyebabkan orang sekitarnya terluka.  

Lisa juga tidak bisa berhadapan dengan orang tua Jennie. Dia menghindari semua orang, kecuali Rosé dan Jisoo.

JENLISA - Lili bite me (gip) ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang