Vote sama komen mulai sepi 😭
***
Seolah membutuhkan pondasi untuk membuatnya tetap sadar dalam keterkejutan, Jennie menatap ke arah Lisa. Berkedip berulang kali, pikirannya masih memproses apa yang beberapa menit lalu ibunya katakan.
Lisa tersenyum, memberi usapan lembut pada tangan Jennie di bawah meja. Kehadirannya menenangkan, tapi juga masih membuatnya begitu bingung.
"Kau… tahu?" Tanya Jennie pada Lisa.
"Baru beberapa saat yang lalu saat kau bicara dengan ibumu." Lisa menjawab, ketenangannya luar biasa.
"Tapi bagaimana bisa? Aku tidak mengerti. Belum lama ini saat kita bertemu, keadaan masih sama kan, Ayah?" Tanya Jennie, kini beralih pada sang ayah yang memamerkan senyumnya.
Ada perubahan yang tidak Jennie sadari di wajah Hendrik. Terakhir mereka makan bersama, ayahnya masih memiliki garis lelah di seluruh wajahnya. Janggut memenuhi wajah, matanya tampak kelelahan hingga Jennie berpikir apakah kelelahan itu setimpal dengan uang yang ayahnya dapatkan.
Tetapi sekarang. Bagaimana orang bisa berubah secepat itu? Ayahnya tampak lima tahun lebih muda dari usianya. Garis kelelahan itu hilang, wajahnya bersih dan terawat. Yang terpenting… dia memiliki senyum penuh kebahagiaan.
"Kau tidak senang?" Tanya Hendrik, masih dengan senyum.
Jennie menggelengkan kepalanya. "Bukan begitu. Hanya saja— bagaimana bisa? Kalian semudah itu berubah. Seperti…"
"Kau dan Lisa?" Potong Hendrik dengan cepat. "Ingatkah percakapan kita saat aku berkunjung ke Seoul? Kau dengan tegas mengatakan bahwa kau belum ingin melakukan kencan."
"Ya, tapi…" Jennie tetap tidak bisa memproses segalanya. Mereka pasangan yang bercerai, tidak mungkin memutuskan perubahan hidup yang besar secepat itu, kan? Jennie tak percaya. "Tidakkah kalian terlalu cepat?"
"Aku sudah pensiun, sayang. Yang aku butuhkan hanyalah pendamping hidup yang menemani masa tuaku ke depannya."
"Dan kau memilih… Ibu?" Tanya Jennie.
Dulu sekali, Jennie masih sekali atau dua kali mengharapkan kedua orang tuanya akan rujuk. Tetapi, melihat mereka bersama dalam kebahagiaan, rasanya aneh. Menyenangkan, tapi terlihat aneh.
"Aku tidak membutuhkan wanita lain dalam hidupku." Kata Hendrik.
"Yow, kau manis sekali, Paman Hen." Lisa terkesiap saat mendengar kata-kata manis dari ayah Jennie itu. Jennie langsung tersentak ke arah Lisa. "Apa? Aku mengatakan yang sebenarnya. Ayahmu itu sama sepertimu, kalian sama-sama memiliki mulut dan pembicara yang manis."
Eliza di sisi lain terkekeh. Berterima kasih pada Lisa yang mencairkan suasana di tempat makan. Membantu Jennie memproses hal-hal yang dia mengerti, mengapa ini terasa mengejutkan untuk putrinya.
Mereka tidak pernah damai di masa lalu. Mereka menjadi orang tua yang buruk, bertengkar di hadapan Jennie bahkan saat mereka sudah bercerai. Dia menumbuhkan rasa takut di hati putrinya akan suatu komitmen.
Namun Jennie tidak tahu, dia menjadi dekat dengan mantan suaminya. Dua tahun terakhir, Eliza mencoba untuk meredam apapun yang selalu menjadi penyebab pertengkaran mereka. Dan dia sendiri cukup terkejut bagaimana dia dan mantannya berhasil melewati ini.
"Tapi Lisa, Ibuku bilang dia akan bertunangan dengan pacar barunya." Gumam Jennie, pikirannya berjalan di tempat. Dia sulit untuk memproses.
"Bukankah Ibumu mengatakan yang benar? Mereka bukanlah pasangan suami istri lagi. Ayahmu kini menjadi pacar baru Ibumu, yang sebentar lagi akan mengubah status menjadi tunangan. Aku tidak melihat ada yang salah." Kata Lisa.
KAMU SEDANG MEMBACA
JENLISA - Lili bite me (gip) ✔️
Fiksi Penggemar[21+] Karena insiden Lisa yang tidak sengaja menggigit bahu Jennie, setiap hari Jennie selalu berfantasi tentang Lisa. Begitu liar, terlalu sulit di abaikan, berharap fantasinya akan menjadi kenyataan. Note : Futa story, yang risih boleh skip. HA...