"Ah-..... " Gina tidak sadar telah menetaskan air matanya
"Kenapa? padahal kita sedang makan malam... " Bingung Gina sambil mencoba menyeka air matanya yang terus keluar itu
"Gina... " Ujar lembut Ika sambil berdiri dari tempat duduknya dan berjalan menuju kearah satu-satunya anak perempuannya
"M-maaf tapi aku tidak tahu kenapa ini tidak mau berhenti.... " Panik Gina yang berusaha menghentikan air matanya yang terus keluar itu
"Tidak perlu minta maaf, tidak ada yang menyalahkanmu" Ucap Ika sambil memeluk anaknya itu yang sedang menangis
"Tapi.... " Ragu Gina ketika merasakan dirinya sedang dipeluk oleh Bundanya itu
"Tidak apa-apa anakku... " Ujar Ika sambil mengusap-usap rambut anak perempuannya itu dengan perlahan dan lembut
"Bunda... " Pecah tangis Gina ketika mendengar perkataan Bundannya yang memanggil dirinya sebagai anaknya
"..." Ika tetap tersenyum sambil memeluk Gina yang sedang menangis itu
Kenapa? kenapa dengan kata-kata yang diucapkan dari mulut mereka membuat hatinya sesak?. Seakan-akan ini adalah hal yang selalu dirinya tunggu selama dirinya hidup baik sekarang maupun dulu, sebuah perasaan akan kebahagiaan dan kehangatan yang bisa menyelimuti dirinya.
Padahal dulu meskipun dirinya menangis tidak ada yang mencoba untuk menenangkannya tapi malah memarahinya karena terus saja menangis. Tidak ada kata-kata hangat untuk dirinya, tidak ada pelukan untuk dirinya, dan apakah orang tuanya yang dulu pernah sama sekali mencintai dirinya sebagai anak mereka?.
Padahal dirinya sudah membuang jauh-jauh ingatan tersebut tapi kenapa ingatan tersebut malah kembali ketika dirinya melihat orang tuanya yang sekarang?. Sikap dan perilaku yang sungguh berbeda dari orang tuanya dulu, sikap dan perilaku yang hanya bisa dirinya damba-dambakan dari orang tuanya dulu.
"Bunda... hiks" Tangis Gina sambil memegang erat baju yang dipakai oleh Bundanya itu
"Tidak apa-apa, Bunda ada disini sayang.... " Ujar Ika dengan lembut
Apakah dirinya boleh berharap dengan kehidupan yang saat ini dirinya dapat hidup dengan orang tuanya, setidaknya seperti sebuah keluarga pada umumnya? bolehkah dirinya berharap?.
"..." Diam Noah ketika melihat adiknya itu menangis, entah kenapa ada perasaan yang campur aduk di dalam hatinya
"..." Ervin yang melihat anak perempuannya itu hanya bisa mengepalkan tangannya dengan kuat-kuat
"Siapapun yang berani membuat anakku menangis, kutandai dia" Ancam Ervin dengan suara kecil kepada dirinya sendiri
KAMU SEDANG MEMBACA
NAU&GIN
Novela JuvenilMembaca satu sampai dua novel yang dimana pasti ada protagonis dan antagonisnya, dan kebanyakan yang neovel atau cerita yang dibaca itu antagonis selalu kalah atau bahkan mati hingga akhir cerita. Kalo dipikir-pikir itu hal yang wajar untuk antagoni...