Kisah Remaja

9 1 0
                                    

Di pagi menjelang siang ini, aku sedang duduk di bawah pohon mangga, tepatnya di pinggir lapangan yang berada di sekolah.

Aku sedang membuat sketsa pemandangan yang ada di sekolah untuk melatih skill menggambarku, karena di bulan depan akan ada satu lomba yang aku ikuti.

Sambil menggambar sesekali aku melirik ke arah lapangan basket. Di sana ada "Dia" yang sedang bermain basket dengan teman satu timnya.

Aku teringat saat aku pertama kali menyukainya.

Pagi itu saat jam istirahat pertama berlangsung, seperti biasa aku dan kedua sahabatku Kiki dan Winda baru saja kembali dari kantin. Kami sedang berjalan menuju kursi panjang yang berada di bawah pohon mangga, tepatnya ada di pojok pinggir lapangan basket.

Kami berjalan sambil mengobrol seru membahas hal random yang terjadi di kelas. Sampai tiba-tiba ada seorang anak laki-laki yang berperawakan tinggi menghentikan langkah kami.

"Tunggu." Katanya. Sontak kami bertiga berhenti dan menoleh ke sumber suara.

Di belakang kami berdiri seorang anak laki-laki yang ku ketahui kelas sebelas sama sepertiku, karena dari seragamnya terlihat tanda XI di lengan baju sebelah kanannya.

Aku membalikkan tubuhku menghadap ke arahnya, begitu pun dengan kedua sahabatku. Anak laki-laki itu tidak berkata apa pun seraya berjalan mendekat ke arahku, lalu tangan kanannya terulur untuk memberikan pensil padaku. Aku diam tidak mengerti maksudnya.

"Arina itu bukannya pensil lo!" Kiki temanku memberi tahu.

Refleks aku pun melihat pada buku sketsa yang selalu ku bawa di tanganku. Dan benar saja pensilku tidak ada di antara buku sketsa yang ku pegang. Kok bisa ya aku tidak sadar kalau pensilku jatuh. Lalu aku pun menoleh ke arah anak laki-laki itu dan menerima pensil yang dia berikan.

"Terima kasih." Ucapku tulus sambil tersenyum ramah.

Tanpa mengatakan apa pun dia berbalik dan pergi menuju ke gerombolan anak laki-laki yang sedang bermain basket di lapangan.

Aku hanya diam menatap dia yang mulai ikut bermain basket bersama dengan teman-temannya.

Entah kenapa sepanjang perjalanan menuju pohon mangga aku hanya diam dan tersenyum. Bahkan saat sampai di kursi panjang pun aku tetap diam meskipun dua sahabatku asyik mengobrol dan bercanda. Aku hanya fokus menggambar, namun sesekali mataku melirik ke arah lapangan basket untuk melihatnya.

Sudah satu bulan berlalu sejak kejadian itu. Dan aku pun sudah tahu siapa dia. Dia bernama Jovi dari kelas XI MIPA 5, dia salah satu anggota tim basket di sekolah kami.

Dia satu tim dengan kelima sahabatnya,- yaitu Bagas, Devan, Yudis, Andra, dan Andi, anak XI IPS 3 yang paling lawak di antara mereka - yang ku ketahui dari Winda sahabatku.

Saat jam pulang sekolah tiba, di koridor di depan kelas aku melihatnya lagi. Dia sedang berjalan di tengah lapangan dengan teman-temannya sambil tertawa.

Dia selalu terlihat manis jika sedang tertawa dengan teman-temannya.

Aku cukup mengaguminya dari kejauhan.
Tidak ingin lebih.

Aku hanya ingin fokus untuk sekolahku dan lombaku bulan depan.

🔹
🔹
🔹

Saat sedang bercanda dengan teman-temannya, dari kejauhan Jovi melihat gadis itu, gadis yang selalu membawa buku sketsa saat di sekolah. Jovi tersenyum tipis melihatnya.

 Jovi tersenyum tipis melihatnya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
cerpen ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang