Derasnya suara hujan beradu dengan penjelasan matriks dari Bu Nur. Walaupun hujan beliau tetap mengajar kelas kami.
Aku melirik kearah luar jendela menatap betapa derasnya hujan yang mengguyur sekolahku. Kurasa aku tidak bisa pulang, batinku.
Hujan sederas ini akan sangat sulit melihat dengan jelas nantinya. Aku menegakkan tubuhnya, menatap papan tulis dengan tatapan tidak minat. Angka-angka yang tertulis disana benar-benar memusingkan.
Kulihat anak-anak kelasku -terutama yang perempuan- memakai jaket dan sweater mereka. Saat ini memang hawanya sangat dingin, akupun sebenarnya kedinginan, hanya aja aku harus menahan hawa dingin ini karena tidak membawa jaket ataupun sweater.
Netraku lantas menatap sosok seorang gadis yang sedang fokus mendengarkan penjelasan Bu Nur ditengah-tengah derasnya hujan ini.
Gadis yang menarik perhatianku, Inggit.
Hanya saja yang menyesakkan dia sudah berpacaran dengan temanku, bahkan mereka kini sedang satu bangku saling merangkul dan mendengarkan penjelasan Bu Nur dengan seksama.
Aku menghela nafas membuat teman sebangku ku menoleh heran, "Kau kenapa?" Tanyanya.
"Tidak apa-apa. Memangnya kenapa?" Balasku heran.
Darel menatapku lebih intens, "Kau tampak lesu." Ujarnya memberitahu.
"Diluar hujan deras, aku ingin tidur." Aku berujar jujur padanya. Aku benar-benar ingin tidur ditengah-tengah hawa dingin yang menyiksa ini.
"Tidurlah. Kurasa Bu Nur juga tidak akan sadar." Suruhnya padaku. Aku mengangguk setuju.
Bu Nur pasti tidak akan sadar, kami duduk dibarisan paling pojok, tempat teraman dari jangkauan mata elang guru.
"Tidak ah," tolakku, "Pelajaran Matriks susah."
Kulihat Darel mendengus, lalu dia kembali menyimak penjelasan dari Bu Nur.
Setelah menjelaskan pelajaran Matriks tentang translasi dan refleksi. Kurasa setelah ini beliau akan memberi kami tugas dan menyuruh kami menulis jawabannya didepan jika sudah selesai.
"Sekarang buka Halaman 150-151 lalu kerjakan." Ujar Bu Nur.
Aku sudah menduganya, dengan malas aku mengeluarkan buku paket Matematika Wajib dan membuka halaman yang disebutkan oleh Bu Nur.
Aku menatap deretan soal-soal tersebut dengan tidak minat.
"Kerjakan yang nomor 5, 6, dan 7 saja ya." Ujar Bu Nur dari bangku guru, beliau duduk dengan tenang disana.
"Ini dikerjakan semua, Bu?" Tanya salah satu murid.
"Iya. Totalnya ada 35 pas untuk kalian maju satu per satu," Jawab Bu Nur, "Tapi nanti kalian ya mengerjakannya di papan tulis, ibu panggil nama kalian satu persatu." Lanjut beliau yang membuat beban kami berkurang sedikit.
"Sesuai Absen Bu!"
Itu Rangga yang menyahut, pentolan kelas yang dikenal dengan prestasinya. Dia cukup populer dikalangan para gadis.
"Jangan Bu!" Satu kelas melayangkan protes atau lebih tepatnya para gadis.
Aku menatap barisan perempuan dikelas ku, mereka benar-benar tidak suka jika harus dipanggil berdasarkan nomer absen. Alasannya tentu karena kebanyakan nama mereka menghiasi 20 absen pertama.
Aku lalu melirik Inggit dan Narendra, pacarnya yang fokus mengerjakan tugas dari Bu Nur. Kuyakin mereka benar-benar mengerjakan 35 soal itu karena mereka benar-benar cerdas.
"Enggak, nanti ibu panggil acak kok." ujar Bu Nur yang membuat kami para lelaki kecewa dan para perempuan senang.
Aku mendesah sebal, aku selalu tidak beruntung kalau urusan seperti ini. Padahal jika sesuai nomer absen urutanku adalah yang ke-28, urutan yang cukup aman.
"Udah ya, ibu panggil sekarang aja."
Satu kelas langsung berisik ketika mendengar ucapan Bu Nur. Kebanyakan karena panik belum paham dan belum menemukan jawabannya di google.
"Yang pertama, Darel."
Kulirik Darel yang baru sampai di nomer 5B. Darel menghela nafas lalu maju kedepan, aku menatap setiap gerak-gerik dari Darel dan Bu Nur, karena biasanya setelah Darel itu aku.
"Kerjakan nomer 5A, ya."
Aku sayup-sayup mendengar perintah Bu Nur pada Darel, jika Darel mengerjakan nomer 5A maka ada kemungkinan kalau kami akan mengerjakannya secara urut.
Kulihat Darel mengerjakan soal dipapan tulis dengan sedikit bantuan dari Bu Nur, sejujurnya itu bukan soal yang sulit hanya saja aku tidak terlalu paham dengan materi ini.
Darel kembali duduk di sebelahku setelah beres mengerjakan soal. Lalu Bu Nur mulai memanggil tiga nama lain setelah Darel selesai, mereka akan maju berurutan. Terus seperti itu sampai sudah 20 orang yang maju.
Aku menatap soal-soal itu dengan gugup, dalam hati berdoa agar mendapat soal yang mudah. Ternyata sangat tidak enak jika tidak mendapat kepastian kapan maju.
Kulihat barisan perempuan sudah tidak beraturan mereka mengerubungi Inggit dan memintanya mengajari mereka. Sedangkan Narendra juga sudah bergabung dengan para lelaki dan mengajari mereka.
"Inggit, Indra, dan Irma."
Aku terkejut ketika mendengar namamu dipanggil, aku lantas melirik Inggit dan Irma. Inggit maju tanpa ragu, mengambil spidol dan mengerjakan soal nomer 6C. Sedangkan Irma langsung panik mencari jawaban.
Soal itu tentang titik refleksi dari sebuah lingkaran. Soal yang rumit, batinku. Tapi Inggit tidak menganggap soal itu rumit, terbukti dengan aku melihatnya dengan lihai mengerjakan soal itu tanpa hambatan.
Aku memujinya dalam benakku tapi setelah itu aku harus mengerjakan soal nomer 6D. Aku menggeleng pelan dan berusaha fokus, untungnya soal itu cukup mudah, hanya tinggal merefleksikan titik koordinat (7.4) terhadap titik sumbu y = x.
Darel lantas berdiri ketika aku berdiri dan hendak keluar. Salah satu kerugian duduk dipojok adalah tidak bisa bergerak bebas.
Aku melangkah menuju papan tulis, aku sempat berpapasan dengan Inggit, "Semangat, Indra."
Aku lantas menoleh kebelakang, menatap Inggit penuh tanda tanya, tapi sesungguhnya aku sangat senang. Aku jadi sangat semangat. Sudut bibirnya terangkat, membentuk senyuman malu-malu karena Inggit.
Aku meraih spidol dan mengerjakan soal itu dengan semangat. Sungguh tidak pernah aku sangga aku akan mendapatkan ucapan semangat dari Inggit.
KAMU SEDANG MEMBACA
cerpen ✓
Short StoryCerpen (Cerita Pendek) merupakan suatu karya sastra dalam bentuk tulisan yang mengisahkan tentang sebuahlalu dikemas secara pendek, jelas dan ringkas • • • Kumpulan cerpen ini adalah karya tulis dari anggota Divisi Mading Ekskul Jurnalistik tahun aj...