"Kemana kucing galak itu pergi seminggu ini, aku sudah mencarinya di apartemen dan tempatnya bekerja." Laki-laki dengan tubuh pendek itu menggerutu sembari berusaha menghubungi nomor sang sahabat berkali-kali.
Yah benar, Mild khawatir karna satu Minggu sudah Gulfino menghilang tanpa kabar. Dia takut terjadi apa-apa pada kucing galak nya itu.
Merasa panggilan nya tak kunjung di jawab Mild segera memasukkan kembali ponselnya kedalam saku, dan lanjut mencari keberadaan Gulfino.
Bruukkk...
Akibat melangkah terlalu terburu-buru Mild tidak sengaja menabrak seseorang cukup keras.
"Ahh maaf tuan, aku sedang buru-buru. Maafkan aku sekali lagi." Setelahnya Mild kembali melanjutkan langkahnya.
Namun tanpa Mild sadar seseorang menatap punggungnya yang mulai menjauh itu dengan lekat.
Di sisi lain.
Gulfino uring-uringan didalam kamar dengan nuansa putih itu. Beberapa hari yang lalu Merwindra berhasil menyita ponsel nya, dan itu sama saja membuat Gulfino kehilangan separuh jiwa raga nya. Lebay memang, tapi percayalah Gulfino tanpa ponsel itu sama saja dengan dunia tanpa matahari. Suram dan gelap.
Sampai sekarang alasan Merwindra mengurungnya di sini masih sama. Laki-laki itu mengatakan bahwa Gulfino adalah miliknya. Tanpa bertanya apa yang Gulfino rasakan atas tindakan seenaknya itu.
"Hahh..."
Ok, Gulfino sudah mulai merasa bosan dengan semua ini. Dia memang bisa merasakan kehidupan yang sangat mewah di sini. Gulfino di layani 24 jam, dia bisa mendapatkan apa yang ia inginkan, bahkan tanpa Gulfino meminta Merwindra akan dengan senang hati membelikan nya barang-barang dengan harga yang bahkan jauh lebih mahal dari harga dirinya.
Tapi Gulfino tidak bisa terus-terusan berada di sini. Dia ingin bebas seperti sebelum dia terperangkap di sini dengan sosok kaku seperti Merwindra.
"Aku harus bisa keluar dari sini."
Gulfino sempat berfikir akan kabur dari jendela, tapi terurung saat dia tau bahwa kamar nya berada di lantai dua. Lagi pula tidak semudah itu ketika sepanjang jalan dan setiap sudut mension penuh dengan orang-orang berpakaian serba hitam menenteng senjata.
Bahkan sekarang Gulfino merasa bahwa hidupnya lebih miris dari Rapunzel yang di kurung di atas menara oleh ibu tirinya.
"Aku harus apa?"
Banyak uang dengan fasilitas mewah adalah list pertama dalam hidup Gulfino. Tapi ketika dia mendapatkan secara instan seperti sekarang, Gulfino malah merasa tidak nyaman. Merwindra sosok asing yang sama sekali tidak pernah terfikirkan oleh Gulfino akan masuk dalam kehidupannya.
Sibuk melamun Gulfino tersadar ketika pintu kamar nya terbuka. Di sana sosok yang memenuhi fikirannya selama satu Minggu ini berdiri di sana.
"Aku ingin mengajak mu jalan-jalan, karna ku fikir kau akan merasa bosan karna terus berada di sini."
Sontak Gulfino memasang wajah senang, bukan kah itu lebih baik. Dengan Merwindra yang membawanya keluar peluang untuk nya kabur semakin besar.
Interaksi mereka tak pernah lebih, hanya sekedar berbicara satu dua patah kata kemudian berakhir begitu saja. Gulfino yang belum terbiasa, dan Merwindra yang memang irit bicara.
"Aku memang sangat bosan di sini."
Merwindra melangkah mendekat kearah Gulfino, hingga ia berhenti pada jarak sekitar 1 meter "Jadi...mau jalan-jalan dengan ku?"
Gulfino menoleh "Tentu saja, aku sangat merindukan dunia luar setelah terkurung selama satu Minggu di sini."
Merwindra mengangguk kan kepalanya "Bersiap-siaplah, aku akan menunggu di bawah." Setelahnya Merwindra pergi dari sana.
KAMU SEDANG MEMBACA
Merwindra || MewGulf
FanfictionMerwindra, si dingin irit bicara itu akhirnya luluh saat sosok Gulfino si cerewet yang ceria datang ke kehidupannya secara tak terduga. Seperti kisah pangeran dan sepatu kaca. Keputusan Gulfino untuk membantu sahabatnya Mild memata-matai kekasih boc...