Merwindra tidak tau apa yang terjadi pada Gulfino. Anak itu berubah setelah bangun dari tidur nya di pagi hari. Gulfino mendiamkan Merwindra, mengacuhkan nya, setelah mereka melewatkan malam panjang dengan berpelukan.
Gulfino terus menggumamkan kata takut, dan Merwindra berusaha membuatnya tenang. Tapi ketika pagi datang, Gulfino bangun kemudian menatapnya dengan takut. Mengabaikan nya seolah dia tidak ada di sana.
Lima belas menit mereka lalui dengan saling berdiaman. Tidak ada yang berniat buka suara, Gulfino...maupun Merwindra.
Sampai....
"Tuan Merwindra...."
Mendengar suara lembut itu menyapa rungunya, Merwindra segera memfokuskan atensi nya pada pria manis di depan nya.
"Aku ingin pulang."
Merwindra mendengar penuturan itu terdiam beberapa saat sebelum akhirnya ia melontarkan pertanyaan "Kenapa?"
Gulfino menatap laki-laki itu ragu "Aku takut, aku merasa tidak aman sejak aku...bersama Tuan Merwindra."
Gulfino hanya sedang mengutarakan isi hatinya, kegundahan nya, dan perasaan khawatir yang terus mengganggu nya. Mungkin sebagian orang menganggap bahwa dia kurang bersyukur, bukan kah bersama Merwindra dia bisa mewujudkan semua keinginannya.
Tapi tidak, Gulfino bahkan lebih baik hidup biasa saja ketimbang hidup mewah bersama Merwindra tapi selalu di hantui rasa takut.
Kehidupan seorang mafia keras dan penuh ancaman.
"Ya aku salah untuk itu. Aku salah telah menjadikan mu bagian dari kelemahan ku." Merwindra menjeda ucapannya, dia memikirkan kalimat apa yang pas untuk selanjutnya. Dia bodoh dalam hal seperti ini, membujuk seseorang untuk tetap tinggal bersama nya. "Tapi aku mohon tetaplah di sini, tetap bersama ku dan aku janji akan lebih menjaga mu. Maaf atas kelalaian ku."
"Tapi.."
"Aku mohon." Dia bahkan meruntuhkan ego nya hanya untuk seorang Gulfino.
Gulfino awalnya keberatan. Ohh ayolah dia hanya ingin hidup tenang, tapi setelah bersama Merwindra semua nya berubah seketika. Meski sejujurnya dia pun tidak menepis, jika dirinya sudah mulai nyaman dengan perlakuan Merwindra pada nya.
Merwindra meraih tangan Gulfino dan menggenggamnya. Dia hanya mengikuti nalurinya, sebab Merwindra tidak pernah bersikap seperti ini pada siapapun. Gulfino adalah yang pertama.
"Bisa kita memulainya dari awal Tuan?"
"Maksud mu?"
"Pertemuan tidak terencana."
.
Hahh....
Musim hujan..
Pemuda dengan surai kecoklatan itu menatap lurus kedepan dimana hujan turun dengan deras nya dari balik dinding kaca caffe tempat dimana dirinya bekerja.
Ini sebulan setelah keputusannya. Namun dia juga percaya bahwa seseorang itu masih terus mengawasi nya.
"Jika seperti ini bagaimana rencana itu akan berjalan dengan lancar." Gumam nya menggeleng pelan sembari melihat kearah sebrang jalanan, dimana seseorang dengan pakaian serba hitam tampak memantau nya dari kejauhan. Itu berjalan sejak dua Minggu lalu.
"Gulfino!!"
Panggilan itu membuat ia segera menolehkan kepalanya "Bright." Teman baru nya di cafe ini. Laki-laki tinggi blasteran Thailand Amerika.
"Ada apa? Kau terlihat gelisah." Ujar nya menelisik wajah Gulfino, sedangkan tangan nya sibuk menyeduh kopi hitam.
Cuaca seperti ini kopi hangat adalah pilihan yang tepat.
KAMU SEDANG MEMBACA
Merwindra || MewGulf
FanfictionMerwindra, si dingin irit bicara itu akhirnya luluh saat sosok Gulfino si cerewet yang ceria datang ke kehidupannya secara tak terduga. Seperti kisah pangeran dan sepatu kaca. Keputusan Gulfino untuk membantu sahabatnya Mild memata-matai kekasih boc...