Tentang Gulfino yang akan kabur, dia sangat bertekad untuk itu. Lihatlah sekarang, tepat pukul sepuluh malam Gulfino sudah siap dengan pakaian serba hitam nya. Itu akan menyamarkan nya di kegelapan.
Merwindra? Dari yang Gulfino dengar ketika para maid berbicara Merwindra sedikit memiliki urusan malam ini mengharuskan laki-laki itu pulang telat.
Tuhan berpihak padanya malam ini.
Entah apa yang terjadi mension cukup sepi, tersisa beberapa bodyguard yang berjaga dan Gulfino tidak sengaja melihat sekitar 10 buah mobil berbondong-bondong keluar dari pelantaran mension dan entah akan pergi kemana. Sepertinya Merwindra memiliki urusan yang sedikit genting.
"Tinggal lima belas menit, sepertinya aku harus bergerak sekarang."
Gulfino membawa tas ukuran sedang berisi beberapa pakaian dan sedikit perhiasan yang di berikan Merwindra waktu itu.
Ponselnya? Gulfino masih belum mendapatkannya. Tapi sepertinya itu adalah hal baik, Merwindra tidak akan bisa melacaknya dengan itu.
Gulfino keluar dari kamar dengan mengendap-endap. Suasana mension benar-benar sunyi seperti tidak berpenghuni.
"Sepertinya aman." Dan segera mempercepat langkahnya untuk menuju taman belakang. Disana terdapat tembok tinggi dan sebuah pintu yang tidak terkunci, itu yang Gulfino tau karna selalu di jaga.
Tepat setelah Gulfino sampai penjaga disana pergi, sepertinya akan bertukar ship. Gulfino segera berlari menghampiri pintu, menyentuh ganggangnya dan menariknya.
Kriiieet....
Gulfino tersenyum ketika melihat hamparan hutan di depan sana. Dia menoleh kebelakang melihat kearah mension besar itu sesaat, kemudian dengan menyakinkan diri segera berlari sebelum setelahnya ia kembali menutup pintu nya.
"Akhirnya aku bebas!!" Gulfino berteriak tertahan dan menyusuri pendalaman hutan.
Sama sekali tidak ada penerangan, Gulfino hanya mengandalkan sinar bulan yang bertengger di atas sana. Dengan hati-hati kakinya melangkah takut tersandung akar-akar kayu yang hampir keseluruhan menyelimuti tanah.
Meski takut Gulfino tidak berniat untuk kembali, dirinya sudah berjalan cukup jauh. Ketika ada peluang, kenapa Gulfino harus menyia-nyiakan.
Hidupnya adalah miliknya, bukan milik Merwindra.
"Aku tidak akan pernah kembali lagi kesana." Ujar nya lirih menatap kearah pergelangan tangan nya.
Gulfino melepaskan gelang tangan dengan lambang bunga matahari itu dan melemparnya sembarang arah, setelahnya ia kembali melanjutkan langkahnya.
.
Merwindra, laki-laki jakung itu duduk dengan kedua kaki di silangkan sembari menatap seorang pria paruh baya di bawah nya.
"David Cansen." Ujar nya dengan senyum tipis di garis bibir nya "Aku mempercayai mu untuk mengurus jual beli senjata di sini, bahkan aku memberikan kedudukan cukup tinggi untuk mu. Apa gaji mu kurang sampai kau melakukan korupsi besar-besaran."
Merwindra mengalami kerugian mencapai hingga puluhan triliun akibat salah satu bawahannya yang melakukan korupsi hampir satu tahun ini. Merwindra sudah mengetahui semuanya, hanya saja dia ingin memberikan waktu untuk David sedikit bersenang-senang dengan uang nya.
Dia menjual senjata dengan harga tinggi, jauh dari harga yang sudah di tetapkan di pasaran. Uang lebihnya akan ia ambil untuk kepuasan pribadinya. Dan itu bisa memenuhi gaya hidup David yang super mewah.
Dia memiliki rumah dengan lantai tiga di Amerika, beberapa koleksi mobil sport, dan jalang bayaran yang selalu rutin berkunjung kerumah nya.
"Aku tidak bisa mentolerir kesalahan dalam bentuk apapun. Kau telah mengkhianati ku, itu artinya kau siap menerima apapun konsekuensinya."
KAMU SEDANG MEMBACA
Merwindra || MewGulf
FanfictionMerwindra, si dingin irit bicara itu akhirnya luluh saat sosok Gulfino si cerewet yang ceria datang ke kehidupannya secara tak terduga. Seperti kisah pangeran dan sepatu kaca. Keputusan Gulfino untuk membantu sahabatnya Mild memata-matai kekasih boc...