tentang dia, yang kini tersisa bayang

25 3 0
                                    

DIA yang kuingat ialah senang sekali menghabiskan waktu dengan menggerak-gerakkan jempol di atas layar ponsel, memainkan permainan daring yangーentah apa namanyaーterdiri dari berbagai macam tema dan musuh. Ia selalu berdalih, ini melatih strategi, mengasah logika dan cara pikir, tiap aku menegurnya terlalu banyak bermain. Ia selalu bermimpiーsadar atau tidak, diakui atau tidakーuntuk menjadi salah satu pemain terbaik menurut standarnya sendiri.

Dia adalah sosok berjiwa bebas: tidak akan membiarkan diri dikekang atau diatur orang. Biarlah semua berjalan apa adanya, let it go with the flow barangkali adalah motto hidupnya. Sebab, dalam keseharian pun, ia lebih sering menunjukkan sikap yang "bodoh amat", wajah cuek dengan perangai acuh tak acuh yang selalu membuat orang mundur.

Namun aku sudah terlalu lama mengenalnya untuk tahu bahwa ia tidak se-tidak acuh itu.

Kami ialah yang kau bilang kiri dan kanan; berbeda namun sepadan. Berbeda tetapi juga, sama, seolah diciptakan untuk selalu berduaーbegitu yang dulu kukira.

Memoriku tentang manusia selalu berubah samar seiring bertambahnya usia, tapi tidak dengannya. Aku masih mengingat sosoknya dengan sangat jelas: apa makanan kesukaannya, tanggal ulang tahunnya, apa permainan daring favoritnya, sikapnya saat senang dan marah, bahkan dari hal-hal remeh seperti kebiasaan remehnya untuk membeli sebotol fruit tea rasa apel ukuran besar tiap istirahat kelas.

Dan satu yang tak pernah kulupa, tawa jahilnya kala menyembunyikan botol minumku tiap senja.

Aku masih ingat semuanya.

Dengan sangat jelas.

Dan, itu menyakitkan.

Karena dia telah bertumbuh dan berubahーkami telah banyak berubah.

Seiring bertambahnya waktu, kedekatan yang dibangun bertahun-tahun perlahan berbalik menjadi bumerang dan mencipta jarak.

Dulu aku tak peduli dengan orang lain. Bagiku, dia sudah cukup. Bagiku, tak peduli berapa banyak yang membenci, menjauhiku, asal ia tetap di sisikuーitu sudah cukup.

Oh, sungguh naif. Kini aku memiliki semua orang di sisiku.

Tapi tidak dengannya.

Tidak dengan dirinya.

Lucu bagaimana kedekatan bertahun-tahun dapat berubah asing dalam satu malam. Lucu bagaimana relasi yang kami bangun dengan memori manis dan canda tawa, dengan pesan-pesan tidak jelas setiap malam dan kebersamaan yang saling menguatkan, kini berubah menjadi abu.

Dia, lambat laun, tak tersisa apa-apa selain bayang.

Salah siapa ini? Salahkukah dia menjauh? Salah diakah hubungan ini mati?

Tak akan berhenti. Bila aku terus mencari kesalahan. Kini, aku tak mau lagi memandang dan berharap pada masa lalu. Dia hanya tersisa bayang, biarlah bayang itu tetap hidup dan nyata. Aku tidak membencinya, kenangan tentangnya akan tetap merekah dalam nakas benak.

Biarlah dia tetap hidup dalam bayang memoriku.

Jadi dengan ini, aku melepasnyaーsemua tentangnya. []

hidup adalah fana. beberapa memang hanya akan singgah, sekeras apa kita mempertahankannya. tapi, itu semua soal masa lalu. pelajaran dari itu, berhentilah menaruh rasa aman, kebahagiaan, perasaan suka dan semua yang kamu pikir tak bisa kamu wujudkan sendiri pada orang lain. berhenti menggantungkan cinta dan penerimaan. karena menerima diri sendiri apa adanya seharusnya menjadi tugas pribadi setiap orang.

bait-bait sajak yang lahir di pagi butaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang