kamu, kopi, dan malam

22 2 0
                                    

KAMU, kopi, dan malam ialah perpaduan sempurna bagi sumber peningku di kepala. Subuh menghantam sementara yang tertera di hadapanku ialah sebuah manuskrip panjang berisikan daftar hal-hal yang kubenci sekaligus kukagumi tentangmu. Lucu, kamu tahu? Bagaimana bisa sebuah rasa bertabrakan membentuk benci dan cinta. Bagaimana bisa aku menggenggam kagum, dalam sekejap mata yang selanjutnya kulihat ialah ungkapan pilu.

Kamu bagai secangkir kopi susu. Manis-pahitmu tak berujung. Manis, tapi juga memberi tonjokan rasa ngilu. Tidak baik untuk lambung, tapi kandungan kafeinmu membuat candu. Aku benci menulis manuskrip panjang-panjang, tapi tentangmu, kata seolah tidak pernah habis untuk memberi deskripsinya.

Sementara soal malam, ah bagaimana untuk memulainya? Aku tak pernah bosan berbicara soal indahnya malam: ia tenang, ia misterius, ia Anggun, ia cakap, ia memikat. Ia mengajariku arti kenikmatan dalam kesendirian, kebahagiaan dalam kesunyian, kepuasan yang dihabiskan dalam senyap.

Sepi tidak seburuk itu, bisiknya, dan aku percaya.

Malam tidak bergantung pada siapa pun, tidak berharap pada presensi bulan atau bintang—ada atau tidak adanya mereka, malam adalah malam.

Ada atau tidak ada mereka, ia berkata, aku akan tetap datang. Dinanti atau tidak, diterima hatau tidak, ditakuti atau tidak, aku adalah aku. Aku akan tetap datang.

Dan, ia menepati janjinya.

Malam selalu begitu.

Aku terjaga hingga pukul dua subuh kala menuliskan manuskrip ini tentangmu; tentang malam, tentang secangkir kopi dan sisa ampasnya, tentang pribadi yang gelap dan misterius dan memikat. Indahnya menyamarkan ketakutan.

Banyak orang mencintai cahaya pagi, tapi anehnya itu memberiku kekhawatiran. Banyak orang membenci sepinya malam, tapi anehnya itu memberiku ketenangan.

Lalu, soal kamu.

Kamu beraroma seperti kopi dan langit malam: kuat, tangguh, berani, dan ambisius. Kamu ialah hasil dari campuran pahitnya ampas serta manisnya saus karamel: campuran dari kebanggaan sekaligus penyesalanku yang paling dalam.

Dan, daftar itu bertambah.

Dulu, aku hanya menyukai kopi dan malam.

Kini, aku menyukai tiga hal.

Kamu, kopi, dan malam. []


Daftar hal yang kita cintai akan bertambah, seiring dengan siapa yang kita temui, dengan siapa kita akan membuat memori.

bait-bait sajak yang lahir di pagi butaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang