lelahku bagai rahasia yang dikubur rapat-rapat

12 1 0
                                    

Lelah itu kembali datang.

Kehadirannya bagai seutas tali yang melingkari dada. Menyeret beban ribuan kilo yang bahkan lebih berat dari bobotnya sendiri. Tiap langkah kakinya terasa berat. Tiap hela napasnya tersimpan ketakutan yang ditahan-tahan. Bahkan, dalam tiap embusan napas, ada bisikan bising yang mengudara.

Takutkah engkau akan hidup?

Dan, ia selalu membalas, Enyahlah kamu!

Hardikan itu kadang mempan.

Tapi acap kali, tidak.

Kasihan. Banyak orang berbisik-bisik saat melihatnya lewat. Ia masih muda, seharusnya ia bisa jadi orang sukses yang ceria dan bahagia. Oh, malang sekali nasibnya.

Atau dalam bentuk cercaan, Dasar hina! Anak muda macam apa yang selalu murung dan gelisah?

Ia juga tidak mau.

Ia juga tidak tahu.

Oh, tidakkah kau melihat? Ia pun mencoba untuk hidup. Mencoba untuk mengalahkan ketakutan yang tiap hari mengetuk bak angin topan di depan pintu. Ia berjuang sekuat tenaga untuk hidup. Sebab jauh di dalam, ia pun ingin bertahan.

Tidak, ia ingin bertumbuh.

Ia ingin menang mengalahkan rasa takut.

Namun, ini yang tidak ia sadari: ia tidak berjuang sendiri. Selalu ada orang di kanan-kiri yang siap dan akan selalu siap untuk memberinya dukungan terbaik.

Baginya, rasa takut mirip seperti borok yang harus diusir jauh-jauh. Mirip bagai rahasia kelam yang terus disimpan rapat-rapat. Ia tidak tahu bagaimana cara untuk terbuka, bagaimana cara untuk berbicara pada seseorang, 'Tolong, aku butuh bantuan". Karena ia selalu mendengar, bahwa orang yang meminta tolong itu lemah. Orang yang meminta tolong itu benar-benar tidak keren dan payah. Bahkan, alih-alih mendapat pertolongan, orang yang meminta tolong malah akan mendapat makian.

"Apa-apaan, bisa-bisanya kamu diperbudak oleh rasa takut!"

"Apa kamu sungguh-sungguh percaya pada rasa takutmu? Aku kira kamu orang yang kuat ..."

"Kamu mengecewakanku."

Dan, masih banyak lagi. Terlalu menyakitkan untuk didengar, terlalu perih untuk bahkan sekadar diingat.

Jadi, ia memutuskan untuk menyimpan semuanya sendiri.

Ia lupa, bahwa sekelilingnya pun adalah manusia. Yang punya rasa takut, yang punya kekhawatiran, yang juga punya masalah yang mereka simpan-simpan.

Kita semua menyimpan-nyimpan sampah.

Kita semua menyimpan-nyimpan rasa lelah yang tak kasat mata.

Hanya, pertanyaan itu muncul dalam benak: berkali-kali, berulang-ulang, bagai sebuah tanda tanya yang tak henti meloncat-loncat.

Kenapa selalu kita rahasiakan?

Kenapa tidak kita lawan rasa lelah itu bersama? []


Satu dukungan berharga. Satu kalimat baik berpengaruh banyak. Satu pujian dan ucapan positif berdampak signifikan. Kamu tidak pernah tahu apa yang orang lain hadapi dalam hidupnya. Jangan remehkan sesuatu yang terlihat sederhana, bisa jadi itu alasan untuk orang-orang di sekitarmu bertahan. 

bait-bait sajak yang lahir di pagi butaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang