Chapter 5 - Kota Umbrala

158 16 0
                                    

Di tengah perjalanan menuju ke kota Umbrala. . .

"Oi Reia, apa kota Umbrala itu masih jauh?" Tanyaku pada Reia.

"Masih. Kenapa? Apa kau sudah kelelahan? Kita baru berjalan 1 jam saja, kau sudah kelelahan?" Katanya.

"T-Tidak ... Aku sama sekali tidak lelah! Hanya saja, aku kasihan dengan Shania. Dia terlihat sangat kelelahan." Ucapku sambil menunjuk seorang gadis di depan kami.

"Oh, kau benar Reon. Yosh, kalau begitu, kita istirahat dulu disini untuk beberapa saat! Jika tenaga kita sudah penuh, kita akan sesegera mungkin melanjutkan perjalanan." Ucapnya kepada kami.

"Baik." Jawab kami secara bersamaan.

Tentu saja aku, Reia, dan Shania kelelahan. Karena kita, sudah berjalan selama 1 jam. Karena aku dan Shania masih manusia normal, kami pasti kelelahan. Hanya Reia saja, yang tidak istirahat, dan malah memilih untuk berlatih.

"Oi Reia? Kenapa kau tidak istirahat dulu? Apa kau sama sekali tidak lelah?" Tanyaku.

"Tidak terlalu. Aku akan melatih kemampuanku dulu, karena rute yang akan kita lewati nanti, tergolong agak berbahaya." Jelasnya padaku dengan posisi, masih berlatih.

"Berbahaya? Memangnya kita akan lewat jalan yang mana? Bukannya, kita akan melewati jalan yang biasa?" Tanyaku penasaran.

"Tidak, kita tidak melewati jalan yang biasanya. Kita akan melewati jalan pintas yang menurutku lebih cepat sampai."

"Jalan pintas? Jalan pintas yang mana, yang kau maksud?" Tanyaku padanya.

"Jalan yang melewati hutan. Hutan Deadwood namanya."

"Ha?! Hutan Deadwood katamu?!." Ucapku dengan kaget.

"Iya benar, kenapa kau kelihatannya kaget?"

"Bukankah hutan itu sangat berbahaya?! Pemula seperti kita, mana mungkin bisa melewatinya dengan selamat?" Ucapku padanya.

"Kalau belum dicoba kan, kita tidak tau."

"Tapi kan-"

"Lagi pula kita tidak punya pilihan lain. Karena hari ini sudah hampir malam, kita tidak mungkin lewat jalan yang biasa. Karena akan lebih berbahaya jika ketika malam, kita masih berkeliaran di jalan." Jelasnya.

"Hm, kau benar juga Reia. Mau tidak mau, berarti kita harus melewati jalan pintas."

"Tepat sekali, mari kita beritau Shania." Kata Reia.

"Dia tadi masih beristirahat, mungkin sekarang dia tertidur."

"Oh begitu, ya sudah. Aku akan latihan dulu." Sambil berlalu.

"Tunggu Reia! Aku akan ikut berlatih denganmu. Karena aku belum cukup kuat dengan kemampuanku yang sekarang ini." Ucapku pada Reia.

"Ayo kalau begitu." Ajak Reia padaku.

Setelah kami selesai berlatih. Kami memutuskan untuk kembali ke tempat istirahat tadi. Shania nampaknya baru bangun dari tidurnya yang lelap.

"Kalian dari mana?" Ucapnya sambil membangun kembali kesadarannya itu.

"Kami baru saja berlatih disekitar sini. Apa kau sudah cukup beristirahat?" Tanyaku pada Shania.

"Um. Tenagaku sudah pulih sepenuhnya. Kalian sudah beristirahat tadi?"

"Kami sudah istirahat sebentar. Tenaga kami juga sudah pulih."

"Oh, bagus kalau begitu."

"Baiklah, karena kita semua sudah beristirahat dengan cukup. Kita akan segera melanjutkan perjalanan kita. Kita akan melewati rute yang bisa dibilang agak berbahya, Shania." Kata Reia.

Dungeon QuestTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang