Chapter 10 - Raja Yang Berpetualang

110 14 0
                                    

Minotaur itu terus menyerang kami secara berkelanjutan dan seperti tanpa henti. Kami tak memiliki waktu untuk berpikir, mengeluarkan penghalang dari tadi juga sia". Karna penghalang yang kami buat akan dihancurkan oleh Minotaur" itu. Disaat itu aku mulai mengingat sesuatu.

"Oh iya! Kenapa dari tadi aku tak memakai Honramazu?! Pasti bisa digunakan untuk mengalahkan mereka!" Ucapku.

"Jangan Reon! Bagaimana jika kau lepas kendali lagi?!" Kata Reia.

"Sudahlah, jangan takut! Aku sudah bisa mengendalikan pedang ini! Jadi, aku tak akan lepas kendali!"

"Honramazu!"

Aku mengeluarkan pedangku lalu mulai menyerang. Walaupun aku sudah bisa mengendalikan pedang ini, tapi aku masih tidak bisa mengalahkan mereka. Kenapa bisa begini?! Lalu, ada suara lagi yang muncul dikepalaku.

"Kau belum bisa mengeluarkan kemampuan maksimal pedang ini. Karena kau belum banyak berlatih."

Dia bisa bilang begitu mudah sekali. Bagaimana aku bisa latihan jika tak ada yang bisa kuajak? Dan aku juga tidak mungkin menggunakan pedang terkuat di Training Place. Tentu aku langsung diusir dari sana, karena bisa saja aku membunuh orang jika aku tidak berhati-hati. Aku juga tak memiliki waktu untuk memasuki hutan, karena monster yang ada disana sangat banyak. Dan juga sangat kuat.

"Tapi kami semua akan mati jika tidak bisa mengalahkan Minotaur" ini??" Ucapku didalam hati.

Tiba" ada suara yang membuat kami semua terkejut. Bisa disebut, itu adalah suara panah. Siapa yang mengeluarkannya, padahal Reia ada didekatku. Kenapa bisa? Padahal dia sama sekali tak memegang busurnya.

"Skill: Fire Arrow! Multi Shot!" Ucap suara itu.

Panah itu tepat mengenai tangan para Minotaur itu. Secara otomatis, mereka menjatuhkan senjatanya, dan berhenti menyerang.

"Sekarang, serang mereka!" Kata suara itu.

"B-Baiklah!"

Kami semua menggunakan kesempatan itu untuk mengakhiri para Minotaur itu. Dengan mudah, para Minotaur itu terjatuh. Ternyata kelemahan mereka adalah tangannya. Satu Minotaur jatuh, dua, lalu Minotaur yang terakhir juga sudah kalah. Ah, kami bisa bernafas lega akhirnya.

Setelah itu semua, kami menoleh ke orang yang telah membantu kami tadi. Sungguh mengejutkan, ternyata dia Raja Archer Darzin Kurzo. Mengapa Raja bisa sampai disini?

"T-Terima kasih Raja Archer." Ucap Shania.

"Ya Raja. Tanpa anda, kami semua mungkin sudah mati. Tapi, mengapa anda bisa sampai disini?" Tanyaku.

"Aku berpetualang juga seperti kalian."

"Hanya sendiri?"

"Iya. Aku memang suka berpetualang sendiri mengunjungi Dungeon" di semua kota." Sambil tersenyum kearah kami.

"Apakah anda menginginkan senjata itu?" Tanya Reia.

"Tidak. Aku sama sekali tidak tertarik dengan benda seperti itu. Menggunakan senjata bisa lebih nyaman kalau menurutku." Jelasnya.

"Oh jadi begitu. Apa senjatanya boleh kami ambil?"

"Oh silakan saja anak muda. Ambil saja."

Reia lalu maju untuk mengambil senjata itu. Senjata itu berhasil dia ambil.

"Aku akan mencoba sedikit kemampuannya nanti." Katanya.

"Apa sudah selesai? Kalau begitu, aku akan pergi dulu, karena aku akan melanjutkan petualanganku." Kata Raja Archer.

Dungeon QuestTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang