Chapter 7 - Pesan Raja Assasin

110 14 0
                                    

"Tuan Tatsumi Reon, anda dipanggil oleh Raja Assasin." Katanya.

"R-Raja Assasin? Mengapa dia ingin bertemu denganku?" Tanyaku pada mereka.

"Raja mengatakan, bahwa ada hal penting yang harus diberitahukan kepada anda." Tambahnya.

Mengapa Raja Assasin mau bertemu denganku? Biasanya dia tidak mau berbicara kepada seorang pemula.

"Baiklah aku akan menemuinya nanti."

"Terima kasih tuan. Kalau begitu, kami permisi dulu." Sambil pergi meninggalkan penginapan.

"Oi Reon, mengapa Raja mau bertemu denganmu? Kudengar dia jarang memanggil orang seperti ini." Ucap Reia.

"Entahlah, aku juga tidak tau."

****

"Baiklah aku berangkat dulu." Ucapku.

"Hati hati Reon." Kata Reia.

"Baiklah."

Aku berangkat menuju tempat Raja Assasin. Tempatnya tidak begitu jauh dari penginapan. Akhirnya, aku sampai di tempatnya. Ternyata, sudah ada orang yang menyambutku.

"Tuan Tatsumi, silakan ikuti saya."

Aku mengikutinya memasuki sebuah ruangan seperti ruang tamu. Tempatnya agak luas. Disana sudah ada Raja Assasin Ezar Lucasio.

"Anak muda, duduklah." Katanya.

"Baiklah Raja."

"Aku dengar, kamu sudah mendapatkan senajata terkuat Assasin." Ucapnya.

"Itu benar Raja. Memangnya ada apa."

"Aku harap. Kau menggunakannya dengan hati". Karena senjata itu, bisa menguasaimu." Katanya yang membuatku kaget.

"M-Menguasaiku?!" Ucapku kaget.

"Benar sekali nak. Jika kau terlalu mengandalkannya, lama" kau akan termakan kegelapanmu sendiri. Karena pedang itu memakai kekuatan kegelapan yang hebat."

"Jika kau terlalu sering menggunakannya, dan kau terlalu bergantung pada pedang itu. Maka kau akan dikuasainya.

"Bagaimana anda bisa mengetahuinya?"

"Karna dulu, aku juga pernah mendapatkan pedang itu. Tetapi aku mengembalikannya."

"Mengapa anda mengembalikan pedang itu?"

"Karena pedang itulah, aku menjadi seperti sekarang ini. Karena pedang itu juga, aku kehilangan temanku yang berharga." Jelasnya.

"Bagaimana ceritanya Raja?"

"Dulu, saat aku sudah mendapatkan pedang itu. Aku terlalu sering menggunakannya, dan terlalu bergantung pada kekuatannya yang hebat."

"Sampai pada hari, dimana aku dan teman"ku kewalahan menghadapi Iblis. Sebenarnya aku sudah tak mau menggunakannya lagi. Tapi, melihat teman"ku yang terluka parah, aku jadi menggunakannya."

"Padahal teman"ku sudah mengingatkanku, tapi aku tak mau mendengarkannya. Aku menggunakan pedang itu untuk mengalahkan Iblis itu, aku berhasil. Tapi aku menjadi lepas kendali dan menyerang semua temanku. Kemudian, seorang temanku mencoba menghentikanku. Namun dia terkena serangan pedangku, dan mati."

"Aku berhasil berhenti, tapi temanku... mati. Aku hanya bisa menyesal melihat hal itu, kemudian aku memutuskan untuk mengembalikannya." Jelasnya panjang lebar.

"Apa kau sudah paham inti dari cerita ini?" Tanyanya.

"Ya Raja, saya paham. Saya akan berhati". Kalau begitu, saya permisi dulu."

Dungeon QuestTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang