Chapter 11 - Rencana Balas Dendam Raja Black Mage

114 12 0
                                    

Pagi hari itu kami semua sudah ke Training Place untuk latihan. Keadaan yang dingin masih terasa diwaktu itu. Walaupun aku tidak boleh menggunakan "Honramazu" tapi aku tetap akan berlatih agar kemampuan bertarungku bertambah. Kali ini aku lebih memilih untuk melawan manusia, dari pada monster seperti biasanya.

Alasannya karena, dia bisa mengendalikan dirinya dan bisa berhenti menyerang orang ketika orang itu sedang terluka. Aku memilih melawan Warrior. Meskipun sebenarnya aku tidak cocok untuk melawan class petarung jarak dekat, namun aku sebenarnya hanya ingin melawan orang yang kuat.

Dilihat dari wajahnya, dia seperti orang yang sudah bepengalaman dalam hal bertarung. Ekspresinya juga tidak menunjukkan bahwa dia sedang bersemangat untuk bertarung.

Beda dengan aku, yang sedari tadi sudah sangat semangat ingin ketempat ini. Demi meningkatkan kemampuanku. Sebenarnya ide untuk menuju ketempat ini adalah ideku.

Pertama aku kira, mereka tidak akan setuju karena hari ini kami memang sedang memutuskan untuk beristirahat agar besok dapat melanjutkan perjalanan dengan kondisi yang sehat tanpa ada yang sakit.

Tapi siapa sangka, mereka ternyata mau ikut denganku. Mereka bilang, mereka juga ingin meningkatkan kemampuan mereka agar tidak kewalahan dalam menghadapi musuh yang kuat nanti.

"Baiklah, latih tanding dimulai!" Kata pemilik tempat itu.

Aku menyerangnya dengan senjata biasa yang kumiliki. Aku mengandalkan kemampuan yang dimiliki Assasin untuk bergerak tanpa suara. Namun nampaknya dia sudah mengetahui bahwa aku akan melakukan hal itu. Itu terlihat dari gerakannya yang langsung mengeluarkan pedang yang besar itu.

Dia menebaskan pedangnya kearahku, untung saja aku sempat mengeluarkan sihir pelindung. Jika tidak, aku pasti akan segera merasakan bahwa pedang itu menancap dibadanku.

"Woagh, hampir saja." Pikirku.

Mencoba untuk begerak secara diam" kearahnya ternyata adalah pilihan yang paling buruk yang pernah kubuat. Siapa sangka dia bisa membaca pergerakanku yang seperti bayangan ini?

Mengingat dia sudah kelihatan berpengalaman tentu tidak membuatku terlalu kaget ketika memikirkan hal itu. Hanya saja dia ternyata sudah melapisi pedangnya dengan sihir petir.

"Sepertinya, kau ingin ini segera berakhir." Ucapku padanya.

Tapi nampaknya, dia sama sekali tidak memperdulikan omonganku. Mungkin yang ada dipikirannya saat ini, dia ingin mengakhiri hal ini dan segera untuk kembali beristirahat.

Itu terlihat dari wajahnya yang kelihatan malas untuk melawanku. Kemudian, dia akhirnya berbicara kepadaku.

"Aku hanya tidak ingin melawan orang yang bodoh." Katanya padaku.

"Mengapa kau berbicara seperti itu?!" Ucapku karena emosi. Meskipun aku sudah tau bahwa pasti karena aku yang tidak cocok melawan petarung jarak dekat dan bisa dipastikan bahwa aku berhadapan dengan mereka pasti aku akan kalah telak.

"Karena tidak mungkin ada orang yang classnya Assasin mau melawan para Warrior. Maka dari itu, aku ingin segera menyelesaikan ini karena tak mungkin kau bisa mengalahkanku" Jelasnya.

Benar saja perkataan yang kupikirkan tiba" saja diucapkannya. Aku sudah menduga bahwa dia akan mengatakan hal itu padaku. Namun aku berusaha bersikap tenang dan seolah tidak menanggapi perkataanya barusan.

"Baiklah, aku juga akan segera mengakhiri ini jika itu maumu."

Dia yang sedari tadi sudah siap untuk menyerangku, segera berlari kearahku. Dia berlari cukup cepat untuk ukuran seorang Warrior. Walaupun kecepatanku sebenarnya, lebih cepat darinya. Namun perkiraanku agak meleset, ternyata dari tadi dia sudah mengeluarkan sihir agar kecepatannya meningkat.

Dungeon QuestTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang