Chapter 15 - Kelompok Misterius

86 10 3
                                    

Benda yang tadi melukai bahuku, menancap disebuah pohon yang tak jauh dari tempatku. Aku menoleh untuk melihat benda apa itu. Rupanya sebuah anak panah. Sial, siapa yang melakukannya?

Dari ketepatannya yang seperti tadi, bisa dipastikan bahwa dia seorang Archer. Tapi untuk apa dia mengincarku, sedangkan aku sama sekali tak ada masalah dengan siapapun.

Aku melihat kembali luka di bahuku, luka itu berwarna merah keunguan. Apa ini? Biasanya hanya darah merah biasa yang keluar.

"Kau terkena racun Reon!" Kata Erza kaget.

"Apa?? Racun!??" Ucapku yang tak kalah kagetnya.

Seketika badanku mulai mati rasa. Mulai dari tangan kemudian seluruh tubuhku. Sampai pada akhirnya seluruh tubuhku telah sempurna tidak dapat digerakkan sedikitpun.

Racun apa ini? Kenapa efeknya sangat parah begini? Apa ini racun yang sangat berbahaya? Mungkin saja benar dugaanku. Kenapa aku malah mendapat masalah disini.

"Anak panah itu telah dilumuri dengan racun ular Phatel, jenis ular paling berbisa ditempat ini. Racun itu memberikan efek tubuh menjadi mati rasa dan akan membutuhkan waktu satu jam untuk sembuh." Kata Evan.

"Satu jam!!? Aku begini terus??" Ucapku.

"Itu benar. Sayangnya kami tidak memiliki Healer disini." Katanya lagi.

Ah, andai saja Shania ada disini, pasti semuanya akan cepat berakhir. Jujur saja, ini mengerikan. Kau disuruh untuk mengalami mati untuk sementara. Ya, walaupun sementara ini tetap menakutkan. Kau sama sekali tidak bisa bergerak, kau hanya bisa berbicara dan menggunakan penglihatanmu.

"Kita akan mengistirahatkanmu dulu disini agar kau pulih kembali, setelah itu kita baru berangkat." Kata Evan.

"Baiklah." Ucapku.

Setelah selama setengah jam beristirahat, aku mulai bisa menggerakkan tanganku. Namun kakiku masih tidak bisa bergerak. Yah, ini lumayan dari pada tak bisa bergerak sama sekali. Pada saat itu juga, aku mendengar suara dibalik pepohonan.

Mereka tak mungkin mendengarkannya karena ini adalah langkah seorang Assasin. Assasin memang tidak bisa dideteksi oleh Class apapun. Namun untuk sesamanya, itu bukanlah hal yang sulit. Aku mulai menyiapkan senjataku untuk berjaga-jaga jika dia menyerang.

Benar saja, dia mulai melompat ketempat dimana kami berada. Aku yang sudah bersiap dengan senjataku ini menangkis serangannya. Sekarang aku tau targetnya, dia mengincar benda suci.

"Ah, ada serangan!" Kata Evan.

"Untung saja aku cepat menyadarinya." Ucapku.

"Sayangnya, dia lari setelah menyerang kita." Kata Erza.

"Tidak kau salah." Ucapku.

Assasin memang gaya serangannya seperti itu. Kebanyakan menggunakan strategi Hide and Attack. Dengan itu, target akan mengira bahwa penyerangnya sudah melarikan diri. Padahal dia hanya sedang menunggu momen yang tepat saja.

"Apa maksudmu aku salah? Bukankah memang dia sudah lari?"

"Dia memang terlihat layaknya lari, namun sebenarnya dia masih bersembunyi disekitar sini. Waspadalah kalian semua." Jelasku pada mereka.

"Kalau begitu kita harus meningkatkan pengawasan kita. Jangan sampai kita lengah sedikit saja. Karena kau juga masih terkena racun." Kata Evan.

"Ya benar. Kalian harus menunggu setidaknya sampai aku sembuh dulu, baru kita akan melanjutkan perjalanan lagi." Ucapku.

"Oke." Mereka berdua mengangguk.

Beberapa menit sudah berlalu cukup lama. Saat ini, akhirnya tubuhku bisa digerakkan kembali seperti semula.

Dungeon QuestTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang