Chapter 9 - Honramazu

115 11 2
                                    

Semuanya gelap, tak terlihat apapun disana. Sepertinya, aku terjebak dikegelapan ini. Aku sama sekali tidak bisa melihat apapun. Sampai ada sebuah cahaya didepanku, cahaya itu berkata.

"Aku adalah Honramazu." Ucapnya.

"Honramazu?" Tanyaku kebingungan.

"Itu benar. Aku adalah pedang terkuat milik Assasin. Sebenarnya, aku bisa berbicara tapi hanya melewati pikiran seseorang."

"Bukankah, dulu kau sudah pernah berbicara padaku? Bukannya kau yang menawarkan kekuatan padaku?" Tanyaku padanya.

"Itu bukan aku. Yang berbicara padamu adalah kegelapan yang ada didalam dirimu. Karena itulah kau bisa mengendalikanku dengan mudah."

"Mudah kau bilang?! Seingatku, aku sudah menghancurkan banyak rumah warga. Bagaimana kau bisa bilang itu mudah?!"

"Ya, aku tau. Tapi, hanya kau yang bisa mengendalikanku, dan masih sadar bahwa kau sedang dikendalikan."

"Mungkin bagus bagimu. Namun, jika didalam rumah yang kuhancurkan itu ada orangnya bagaimana?! Sama saja aku sudah membunuh orang."

"Tenang saja, disana sudah tidak ada orangnya. Rumah yang kau hancurkan sudah ditinggalkan sejak lama."

"Huh... baguslah kalau begitu." Ucapku lega.

"Sekarang, apa kau mau membuat perjanjian denganku? Tawarnya.

Aku tidak tau apa yang dia tawarkan, tapi aku penasaran terhadap penawarannya.

"Perjanjian apa yang kau tawarkan kepadaku?"

"Kau bisa menggunakan kekuatanku kapan saja kau mau. Hanya saja, kau harus memusnahkan setidaknya 4 monster kepadaku apa saja."

Perjanjian yang menarik menurutku. Aku bisa menggunakan pedang yang hebat itu kapan saja. Bukankah hebat? Yang perlu kulakukan hanyalah membunuh monster, apa sulitnya?

"Baiklah aku menerima tawaranmu."

"Bagus!"

Tiba" cahaya tadi masuk kedalamku. Rasanya sangat sakit ketika cahaya itu masuk tepatnya kedalam tanganku. Dan saat itu juga, keadaan yang semula gelap menjadi terang kembali.

"A-Apa yang terjadi padaku?"

Ketika aku tersadar, aku melihat kesekelilingku. Sepertinya aku kenal tempat ini, apa yang tadi itu hanya mimpi? Kemudian, aku melihat tanganku. Ada sebuah tanda ditanganku, jadi tadi itu asli? Bukan mimpiku? Ketika aku memikirkan semua itu, ada suara didekatku.

"Reon-san, kau sudah sadar?" Suara itu telah membuyarkan lamunanku. Aku menoleh kepemilik suaranya. Oh, jadi dia.

"Ya Shania, aku sudah sadar. Apa yang sudah terjadi padaku?" Tanyaku kepadanya.

"Kau kemarin pingsan setelah mengalahkan Raja Akuma dan pasukannya. Kau sangat hebat Reon-san!" Ucapnya semangat.

"Oh begitu, apa yang lainnya sudah tidak terluka?"

"Mereka sudah kusembuhkan Reon-san, kau tenang saja." Ucapku.

"Hm, baguslah kalau begitu."

"Oh iya, aku ini dimana?"

"Kau sedang dimarkas Akuma Hunter Reon-san"

"Sudah kuduga."

"Oh iya Reon-san, apa kau sudah pulih sepenuhnya? Karena kita akan memasuki Dungeon kota ini nanti siang." Ucapnya.

"Tentu, aku sudah pulih sepenuhnya. Tenang saja."

Walaupun sebenarnya, seluruh badanku masih sakit karena kejadian tadi.

Dungeon QuestTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang