🥀___🥀
"I love you"
"Sshhhhh" Hanessa memejamkan matanya erat. Kalau suaminya sudah mengatakan kalimat sakral itu disela cumbuan mereka itu artinya pelepasan pria itu tidak lama lagi akan datang. Hanessa bisa merasakan pergerakan suaminya yang semakin cepat dibawah sana, nafas keduanya memburu. Hanessa suka ini, moment ketika suaminya mulai mempercepat ritme bermain mereka, bahkan rasanya untuk membuka mata aja Hanessa tidak sanggup.
"Mas?? Udah??" Hanessa tentu saja terkejut, dia benar-benar baru merasakan apa yang ia inginkan tapi tiba-tiba suaminya mencabut batangnya begitu saja.
"Udah sayang, thank you" Suaminya bergerak mengambil kain basah yang tadi sudah mereka siapkan, mengelap apa yang sekiranya perlu dibersihkan. Meskipun nafas Hanessa masih memburu, tapi suaminya sama sekali tidak mengira ada sesuatu yang terjadi pada istrinya tersebut.
"Mas satu kali cukup?" Tanya Hanessa ketika suaminya sudah selesai dan kini bergabung dengannya dibawah selimut. Deo mengangguk, pria itu mengecup bibir Hanessa sekilas.
"Mas penerbangan pertama hari ini sayang, mas mau banget main lama tapi kerjaan gak bisa ditunda" Keduanya melirik kearah jam digital disamping nakas. Memang tidak ada waktu, jadwal penerbangan Deo itu pukul enam dan sekarang sudah pukul tiga. Bahkan mereka hanya punya sedikit waktu untuk dihabiskan bersama karena mereka harus segera ke bandara.
Hanessa tidak bisa menyembunyikan raut kecewanya, ia benar-benar kecewa. Padahal ia mengharapkan sesuatu yang lebih malam ini.
"Jangan cemberut sayang" Deo kembali mengecup bibir Hanessa, kali ini beserta lumatan pelan. "Bistrip kali ini penting untuk mas, untuk kamu, untuk keluarga kita. Mas gak bisa gak pergi sayang" Hanessa diam, memilih untuk tidak menjawab.
"Atau kamu mau ikut sama mas?"
"Mas jangan gila!!!" Hanessa menjauhkan badannya, "Tiga bulan tuh gak sebentar. Kamu mau anakmu jadi yatim piatu ditinggal sendiri??" Deo terkekeh, tangannya terulur menarik Hanessa untuk kembali didekatnya.
"Makanya jangan cemberut sayang, dikira Mas gak sedih apa ninggalin kalian lama. Nanti, sekali-sekali kalian susul ya? Pas weekend"
"Kenapa gak Mas aja yang pulang?"
"Kalau Mas pulang, Mas gak mau balik lagi sayang. Udah ih, yuk bantu Mas packing" Deo menarik Hanessa untuk bangun perlahan. Sedikit terkekeh melihat istrinya yang berjalan dengan tidak perduli padahal masih belum mengenakan apapun.
"Hanessa"
"Apa Mas? Ini aku bantu packing, kamu mandi sana abis itu bangunin Leo. Dia harus nganter kamu juga!"
"I love you"
🥀___🥀
"I hate you Mami!!" Hanessa terkekeh melihat putranya yang mengomel. Anak itu marah karena dibangunkan hanya untuk mengantar Papinya ke bandara. Padahal kan nanti bisa video call.
"Mami sorry, sekarang dedek mau sarapan apa? Mumpung kita diluar" Jalanan pagi ini masih sangat lenggang, karena orang-orang yang akan berkelahi memperebutkan jalur jalan belum keluar. Tidak lama untuk mobil yang Hanessa kendarai keluar dari tol.
"Eyo don't need sarapan mami, eyo need boboo" Hanessa menoleh sebentar, kondisi Leo saat ini ingin membuatnya tertawa tapi kalau sampai ia tertawa, putra semata wayangnya itu pasti akan semakin marah.
KAMU SEDANG MEMBACA
𝐃𝐞𝐫𝐧
FanfictionSecret, hidden, dark || (also feelings) ⚠️ Genderswitch ⚠️ Nohyuck (little haechan harem) ⚠️Age gap ⚠️ Cheating