11

1.4K 162 16
                                    


🥀___🥀



K

arin menatap keponakannya yang tengah menikmati ice cream dalam diam itu dengan tatapan gemas. Jarang sekali Hanessa mengizinkannya untuk membawa Leo jalan-jalan seperti ini, jadi karena sudah dapat izin Karin akan menggunakan kesempatan ini sebaik mungkin.

"Leo, sering-sering dong bujuk mami biar Leo boleh main sama ontyy" Karin memajukan tubuhnya, lalu mencubit pelan pipi gembul keponakannya itu. Meskipun sepertinya akhir-akhir ini badan Leo sedikit kehilangan masanya tapi hal itu sama sekali tidak mempengaruhi pipinya.

"Iyaa, Nanny sama ontyy bakal kabulin semua yang Leo minta kok. Semua yang gak mami kasih, pasti nanny sama onty kasih" Ibu mertua Hanessa ikut bersuara. Sama halnya seperti Karin, ia juga selalu ingin ada waktu yang sedikit lebih banyak dengan cucu satu-satunya ini, tapi apalah daya Hanessa tidak memberi izin dan didukung dengan Tio yang mengikuti apapun yang Hanessa ucapkan.

"Humm, nanti Eyyo coba bilang. Tapi Eyyo ga janji yaa ontyy, nannyyy. Soalnya balu-balu ini Eyyo punya teman main yang beda!!"

"Ohya?? Siapa??"

"Namanya om Evin! Kata mami, tugas om Evin buat nemenin Eyyo main sambil belajar"

Tidak ada ruang penasaran untuk Om Evin ini dikepala ibu dan Karin. Karena sepengetahuan mereka, pemuda itu adalah orang yang Hanessa rekrut untuk sedikit membantu pertumbuhan Leo.

"Leo anak baik!! Mami kamu pasti sayang banget sama kamu. Janji untuk hidup selama mungkin supaya kita bisa bersama selama yang kita bisa ya??"

Leo mengangguk, anak itu tiba-tiba semangat menghabiskan ice creamnya karena Karin bilang sebentar lagi mereka akan masuk ke wahana yang baru. Leo excited!! Setiap wahana yang ia datangi adalah hal baru untuknya, ia akan merekam semuanya diotaknya dan kembali menceritakannya kepada om Evin nanti ketika mereka sudah pulang. Ah, Leo jadi tidak sabar!!








🥀___🥀



"Kevin... Ibu minta maaf"

Kevin yang tengah sibuk memotong sayur-sayur yang akan ia masak nanti menggeleng pelan. "Ibu, kenapa minta maaf. Ini tuh udah seharusnya aku lakuin" Ucapnya, pemuda itu berhenti sebentar dari aktifitasnya dan melemparkan pandangannya kepada anak-anaknya diluar lapangan yang tengah lari-lari berteriak kesenangan karena masing-masing dari mereka mendapatkan mainan baru.

"Terimakasih ya, entah kenapa ibu merasa kalau tuhan selalu baik sama ibu" Ibu panti pun sama, matanya menatap sendu anak-anak yang tengah bermain dilapangkan. "Kemarin Abang kamu nelfon, katanya sementara ini gak bisa dulu biayain keperluan ini itu panti, soalnya ada masalah sama kerjaannya. Ibu gak faham, tapi ibu sedih karena Abang kamu masih mikirin panti padahal harusnya dia juga lagi pusing tentang keluarga kecilnya"

Kevin berbalik, kembali melakukan kegiatan yang tadi ia tunda. Rencananya hari ini ia akan memasak berdasarkan resep yang ia terima dari Hanessa beberapa hari yang lalu. Kata Hanessa, makanan yang hendak ia masak kali ini adalah makanan yang paling ampuh untuk mengembalikan nafsu makan.

"Kevin sudah kerja Bu, Abang Jeff mungkin lagi kesusahan sekarang tapi anak ibu gak cuma Abang. Ada aku juga. Aku mau ibu kayak kemarin, gak ragu untuk telfon aku ya??"

Sekali lagi ibu merasa kalau tuhan memberikannya banyak berkat. Kalimat 'rezeki tidak melulu tentang uang' itu rasanya benar-benar ia rasakan sekarang. Sudah banyak anak-anak remaja dewasa yang memutuskan untuk lepas dari pantinya tapi hanya Jeff dan Kevin yang masih perduli. Tanpa diminta mereka dengan hati yang ringan memberikan apa yang panti butuhkan.

"Ibu jangan segan pokoknya. Ibu biayain hidup aku selama ini, ibu berjuang buat aku supaya bisa sekolah. Sekarang, mumpung aku ada rezekinya, biar aku bantu sedikit ya?? Ibu gak usah khawatir. Aku ini pinter bagi waktu ibu, aku sangat bisa kuliah sambil bekerja!!" Kevin melebarkan senyumnya. Hatinya sedikit nyilu ketika melihat binar terharu dari mata ibu. Andai ibu tahu.....



🥀___🥀


Hanessa menatap arloji dipergelangan tangannya. Masih ada beberapa jam sebelum pesawat kepulangan Leo berangkat. Ia masih punya waktu luang yang entah akan ia gunakan untuk apa. Setelah mengantar Leo ke bandara, Hanessa tidak kemana-mana lagi, ia langsung pulang karena ya..... Dia memang tidak punya tujuan. Kalau dulu mungkin ia bisa mampir ke klinik Rendi, atau ke kantor seseorang yang tidak ingin ia ungkap identitasnya. Sekarang, ia tidak bisa lagi menemui orang-orang itu, karena perjanjian konyolnya dengan Kevin

Hanessa tersenyum lebar ketika melihat notifikasi pesan dari Kevin. Wanita itu tadi mengirimi Kevin sebuah foto biasa, dan senyumnya berubah menjadi tawa kecil ketika membaca reaksi Kevin.

"Wow" Ucapnya, matanya masih bergulir membaca tiap kata yang Kevin kirimkan. Aneh sekali, Hanessa merasa seperti remaja baru pubertas yang wajahnya memerah ketika menerima balasan pesan dari sang pacar.

TING TONG

"Hhhaahhh?? Masa secepat itu jir???" Tiba-tiba saja Kevin sudah ada didepan rumahnya?? Tidak dipercaya, padahal pemuda itu baru bilang ia ingin menemui Hanessa. Masa sudah sampai saja?? Tidak mau berperang dengan pikirannya sendiri, Hanessa bangkit dari duduknya dan bergegas membukakan tamunya pintu.

"Surprise!!" Ucap Kevin ketika Hanessa membuka pintu. "Sebenernya aku udah disini dari sebelum kamu kirim foto" Ucap pemuda itu sambil menunjuk pos satpam. Hanessa menggeleng, bisa-bisanya pak satpam duluan yang di apel baru dirinya.

"Yuk masuk" Hanessa menarik pelan tangan Kevin sampai tubuhnya masuk kedalam rumah, setelah ia menutup pintu ia mencoba menarik Kevin lagi tapi tidak bisa karena pemuda itu menolak.

"Kenapa bukain aku pintu pakai baju kayak gini?" Hanessa mengikuti mata Kevin untuk melihat dirinya sendiri. Apa yang salah? Tanktop putih dan hot pants hitam yang biasa ia kenakan dirumah, ini adalah pakaian sehari-harinya. "Untung tamunya aku" Ucap Kevin lagi. Pemuda itu merapatkan tubuhnya kearah Hanessa.

Hanessa mengerling nakal, bukannya takut wanita itu malah mendongak untuk menatap Kevin. "Emangnya aku cuma boleh berpenampilan gini pas didepan kamu doang?" Ucapnya menantang, membuat Kevin terkekeh.

"Iya" Bisik Kevin sensual. Dengan berani pemuda itu mencium bibir Hanessa. Membawanya kedalam ciuman panas yang sensasinya beda sendiri menurut Hanessa. Karena mereka berciuman dengan posisi berdiri ditengah rumah. Seperti tidak ada tempat lain.

"Kev??" Panggil Hanessa disela ciuman mereka.

"Hmmm???" Kevin sibuk dengan aktifitasnya, mulutnya mengemut bibir atas dan bawah Hanessa secara bergantian, sementara tangannya sudah bertengger didua bukit kembar Hanessa yang sial kali sangat menggoda karena lagi-lagi Hanessa tidak menggunakan bra.

"Aku punya seribu imajinasi sex sama kamu" Bisik Hanessa pelan, sangat pelan. Dalam ciuman mereka Hanessa dapat merasakan Kevin mengangat bibirnya sebelah, sialan. Kevin's smirk! Hanessa ingin melihatnya dengan matanya langsung tapi kepalanya ditahan oleh Kevin, pemuda itu tidak ingin ciuman mereka terlepas.

"Ayo kita wujudkan satu persatu"





🥀___🥀






Lagi-lagi aku minta maaf untuk super slow update 😔😔

𝐃𝐞𝐫𝐧Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang