10

1.4K 162 13
                                    

🥀___🥀

"Anjing!!!"

"Apaan sih anjing!!" Kevin hampir saja memukul Jean yang tiba-tiba menepuk pundaknya kuat padahal Kevin sedang mengerjakan workshop-nya. Mangkok yang tadinya sudah hampir selesai sekarang hancur kembali karena Jean.

"Sorry" Ucap Jean tapi tidak ada perasaan bersalah sama sekali diwajahnya, mungkin karena Jean juga sudah bosan melihat Kevin yang akhir-akhir ini selalu berkutat dengan tanah liat, mana yang dia bikin bentuknya mangkok semua.

"Lo kenapa sih, buta?!!" Kevin kesal, jelas. Pottery ini adalah kegiatan yang menurutnya sangat ampuh untuk menghilangkan setress atau sekedar mengalihkan pikirannya yang kusut. Salah memang dia fokus pada mangkok yang sedang dia bentuk sedangkan Jean berada didekatnya.

"Ini ada notif mbanking lo, ada transferan. Serius ini gaji lo?? Gede banget bangsat!!" Yang membuat Jean terkejut adalah jumlah uang yang masuk. Dia sudah mengira kalau gaji Kevin akan besar tapi angka yang ada didepannya saat ini bukanlah angka yang ada dibayangkannya. "Vin, bagi gue job juga dong sama ini tante-tante. Tukang anter jemput anaknya juga gak apa!!"

"Gakk!!" Kevin segera meraih paksa ponselnya, entah apa saja yang sudah Jean buka, dia degdegan sekarang.

"Aelahh, ada job bagi-bagi dong"

"Kaga ya anjing!! Cari sendirilah, jangan sama boss gue"

Kalimat Kevin mengundang kecurigaan Jean, pemuda itu menyipitkan matanya seolah sedang menelisik apa yang sedang temannya sembunyikan.

"Kok lo posesif??"

"Y-yaa" Kevin kelabakan, bingung harus menjawab apa. Rasanya keringatnya akan bercucuran sekarang juga.

"Vin?? Lo gak—"

"Hai boysss, waktunya udah selesai nih. Yuk keluar, bentar lagi tutup nih"

Untuk pertama kalinya Kevin bersyukur ada Gadis yang selalu mengikuti kemanapun mereka pergi.




🥀___🥀

Hanessa memandang dirinya didepan cermin. Celana pendek diatas lutut dan baju kaos oversize, rambut diikat asal dan riasan yang tidak terlalu tebal membuatnya merasa dirinya yang sekarang adalah Hanessa remaja sebelum menikah. Terimakasih kepada seluruh uang yang ia gunakan untuk perawatan selama ini karena setidaknya sudah membantunya untuk tidak menua dengan cepat.

"Mamiiiii cantikkk" Leo muncul dari belakangnya, anak itu juga sama rapinya. Hanessa terkekeh lalu menyamakan tingginya dengan sang putera.

"Terimakasih Leooo" Leo cekikikan saat Hanessa mengecupi seluruh wajahnya.

"Ahahahaha mamii geliiii"

"Leo janji ya hari ini harus jadi anak yang baik, nurut sama aunty ya??"

Leo mengangguk patuh, tadi malam Karin menghubungi kalau ia akan membawa Leo ke studio universal untuk bermain. Hanessa tidak pernah keberatan sebenarnya, ia malah senang kalau Karin atau ibu mertuanya yang mengusulkan untuk menghabiskan waktu berdua dengan Leo.

"Eyoo janji mami. Nanti Eyoo gak akan lepotin ontyy kooook. OHIYA mamii, om Evin nanti ikut Eyoo gak yaaa?"

"Enggak dong sayang" Hanessa merapilan pakaian Leo. "Om Evin kejauhan kalau mau pergi, om Kevinnya kan sekolah juga. Lagian onty maunya ngabisin waktu berdua sama kamu, masa orang lain harus ikut sih??"

"Benell juga ya mamii" Ucap Leo yang berhasil membuat Hanessa terpekik gemas. Leo ini adalah makhluk paling menggemaskan di seluruh dunia menurut Hanessa.

"Leo readyyy??"

"Readyyy mamiiiii"

"Okayyy, yuk kita menuju onty Ayin!"




🥀___🥀




Dibumi belahan lain, ada sekumpulan pria yang sedang berkumpul. Didepan mereka ada berbagai macam minuman keras untuk menemani. Kegiatan seperti ini memang hal yang mereka lakukan setiap hari, sebagai bayaran atas hari lelah mengurus perusahaan baru yang sedang mereka rintis bersama.

"Gila gak kerasa udah satu bulan disini" Johnny, lelaki yang badannya paling besar mengangkat gelasnya.

"Asli, jadi kangen keluarga gue!" Yudha menimpali, Yudha ini memang terkenal sebagai family man diantara rekan bisnisnya, karena ia akan membicarakan keluarga kecilnya disetiap kesempatan, tidak jauh berbeda dengan Johnny.

"Sama jir, kayaknya gue weekend ini pulang sebentar deh. Lu pulang gak??" Johnny menepuk bahu Deo, dan langsung dibalas gelengan oleh lelaki itu. "Gila?? Gak kangen anak bini lu?"

"Kangen lah!!" Deo menyahut cepat. "Cuma gue males pulang. Soalnya takut nanti gue berangkat lagi malah berat. Kita tahu tiga bulan ini perusahaan harus benar-benar diawasi. Modal kita disini gak kecil"

Yudha menggeleng. Dia faham kok, kalau perusahaan ini gagal itu sama saja membawa kehancuran untuk bisnis mereka. Modal yang mereka keluarkan untuk ini sangat besar meskipun beresiko. Tapi Yudha pun rasanya tidak akan tega kalau ia tidak pulang sama sekali selama tiga bulan.

"Zaman udah maju" Ucap Deo kembali, "Elektronik udah canggih. Bisalah kalau kangen gue VC anak bini gue. Gak harus ketemu kan sekarang. Hidup kita udah dipermudah bro!"

Kalau tadi Yudha, maka kini Johnny pun ikut menggeleng tidak habis pikir dengan apa yang Deo katakan tadi. Masalahnya mereka sama-sama tahu kalau Nadeo ini tidak pernah lama ngobrol dengan Leo dan Hanessa ditelfon.

"Anak lu kasihan tau!" Johnny akhirnya memberanikan diri mengungkapkan apa yang dia pikirkan selama ini. "Dia lagi masa pertumbuhan, butuh banget sosok orangtua yang lengkap. Apalagi kan dia nih punya bapak ya, menurut gue lebih kasihan yang punya bapak tapi gak bisa ngerasain perannya daripada orang yang dari lahir memang kaga punya bapak"

Yudha memajukan bibirnya mendengar kalimat Johnny, bibirnya bergerak pelan dan mengatakan "Anjir selingkuhan Hanessa berani banget nasehatin suami sah" dan langsung dibalas "Diem lu anjir, lu juga selingkuhan Hanessa" Oleh Johnny.

Yudha terkekeh, lalu menepuk bahu Nadeo karena lelaki itu tidak memberikan respon sama sekali untuk nasehat Johnny tadi.

"Lo didalem hati pasti lagi bilang kalau ini yang terbaik buat Leo kan? Saran gue ya sebagai sabahat lo dari kuliah, selagi masih punya kesempatan, manfaatin dengan baik. Soalnya lo gak bakal bisa mutar waktu"

Nadeo tetap diam bahkan setelah Johnny dan Yudha meninggalkannya sendiri. Hatinya goyah tapi ia juga tahu kalau dia tidak bisa mengambil resiko. Perlahan tangannnya bergerak meraih ponselnya dan melakukan panggilan video kepada Hanessa. Anehnya, telfonnya sama sekali tidak diangkat, malah pesan Hanessa yang mengatakan kalau ia sedang tidak dalam posisi yang bagus untuk menerima panggilan video yang dia dapat.

Nadeo menghembuskan nafasnya pelan, pikirannya melayang tentang hubungan seperti apa yang ia dan Hanessa lakukan selama ini. Diamnya kembali mengingat masa-masa ia jatuh cinta kepada Hanessa, dan ia semua adalah masa terindah dihidup Nadeo.






🥀___🥀



Part ini adalah contoh ngetik maksa jadi aku minta maaf kalau ngalor ngibul.

Btw guys, I'm truly sorry untuk comment-comment kalian yang gak aku balas, aku baca kok karena aku sangat nungguin comment kalian. tapi maaf ya kalau ada beberapa pesannya yang kelewat dan aku gak balas. Aku janji kedepannya bakal berusaha lebih baik..
Love you guys.
selamat membaca💖💖

𝐃𝐞𝐫𝐧Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang