5

1.5K 174 20
                                    

🥀___🥀

"Ness, sorry ya. Aku gak expect anaknya gak bertahan bahkan belum satu bulan"

Hanessa terkekeh, Kevin sudah bilang sebelumnya kalau dia gak akan datang lagi dan Hanessa pun tidak ingin mempermasalahkannya meskipun ia sudah membayar dimuka. Ia pikir hal seperti ini pun tidak akan berjalan lancar. Leo masih dengan kepribadiannya yang tidak ingin diganggu kalau diluar. Makanya ketika Diana menawarkan untuk mencarikan orang baru, Hanessa menolak dengan pelan. Sepertinya ia akan mencoba sekali lagi membawa Leo ke psikiater anak.

"Kita mau kemana mamii? Tumben sekali" Biasanya setelah pulang sekolah Hanessa akan meminta Leo istirahat, kalaupun mereka mau hunting diluar, pasti setelah jam tidur siang Leo. Tidak biasanya mereka keluar berdua dijam-jam seperti ini.

"Mami mau ajak Leo ketemu seseorang. Leo janji ya nanti jadi anak baik?"

"Seseolangnya Om Evin??"

Ini sudah kali kelima Leo menanyakan Kevin hari ini, "Bukan sayang. Ketemu Om Evinnya nantian yaa. Yang ini lebih penting"

Anak itu tidak lagi menjawab. Leo memilih untuk diam cemberut karena ada sedikit perasaan kecewa. Kemarin sekali, dia sudah senang karena dapat teman baru, tapi temannya itu sudah dia hari tidak terlihat. Leo jarang merasakan hal seperti ini, makanya dia jadi uring-uringan sekali setelah Kevin tidak datang kerumahnya lagi.

"Mamii, Eyoo gak mauu" Leo berbisik pelan, meremas baju Mami yang tengah menggendongnya. Diperjalanan menuju ruangan sang dokter Leo diam saja. Dia sudah tahu sekarang dibawa kemana, karena dulu ia sering kesini.

Diamnya Leo akhirnya pecah saat langkah maminya mulai masuk kedalam ruangan. Anak itu menangis, berteriak dan memberontak. Leo tantrum dan Hanessa kewalahan.

"Leo!! Dengerin mamiii. Kita cuma ngobrol sebentar"

Leo tidak merespon apa-apa, anak itu masih menangis sambil berteriak yang keras, bahkan tubuhnya ia lempar kelantai begitu saja, menunjukkan kalau mampu memberontak sekarang.

Hanessa sudah hendak meledak juga, tapi tiba-tiba bahunya dipegang oleh seseorang yang sedari tadi hanya memperhatikan mereka.

"Jangan dipaksa Ness, dia gak akan mau diajak ngobrol kalau kamu juga keras pas dia tantrum gini"

Mendengar ucapan Dokter Rendi, Hanessa menghembuskan nafas pelan. Mencoba untuk menenangkan diri, entah kenapa Leo jadi tidak mau bertemu dengam dokter Rendi. Padahal dulu waktu awal-awal konsul, anak itu happy sekali. Sekarang jangankan berbicara, baru masuk kedalam ruangannya saja Leo sudah tantrum.




🥀___🥀





"Gak jadi kaya nih bro" Jean memukul punggung Kevin lalu duduk disebelah pemuda yang sedang meringis kesakitan itu.

"Jean, bercandanya jangan main fisik ih!"

"Sorry" Jean terkekeh, tatapannya masih mengejek Kevin. "Udah sampe mana kerja kelompok kita??" Bagai tak berdosa, Jean langsung melirik laptop Kevin dan satu lagi teman mereka. Gadis namanya.

"Udah selesai kok, bersyukur nih lo ada Kevin, kalau gak ada dia gue ogah banget tetep tulis nama lo disini" Gadis memberengut. Dia adalah salah satu mahasiswi ambis yang tidak perduli dengan teman sebenarnya, entah bagaimana cara Kevin membujuk gadis yang tidak punya hati ini untuk tetap menulis nama Jean dimakalah mereka.

"Kevin" Gadis beralih ke Kevin yang sudah selesai dengan sakitnya. "Abis ini lo ada kelas lagi? Ada kegiatan?? Atau part time??"

Kevin diam, kalau Minggu kemarin setelah ia kelas atau kerja kelompok ia akan pergi kerumah Leo, maka sudah dua hari ini ia bingung. Kevin bingung harus memulai dari mana, karena ia tahu kalau ia sudah harus mulai mencari pekerjaan lagi sekarang.

"Kalau sekarang sih kosong, kenapa Dis?"

"Oh, enggak. Gue mau ngajakin lo ke cafe seberang situ sih kalau mau"

Kevin hendak menjawab namun urung karena ponselnya bergetar. Tertulis nama ibu panti mereka di display panggilan itu. "Dis gue angkat telfon dulu ya" Ucapnya sambil berjalan terburu keluar perpustakaan.

"Naksir dia lu?" Tanya Jean, ia memang memperhatikan Kevin dan gadis sedari tadi.

"Iya, kenapa?"

"Wow!" Jean terkekeh, tidak menyangka kalau Gadis akan mengaku dengan lantang. "Tiati aja sih kata gue. Itu anak sedikit brengsek"

Gadis menggeleng, disuruh hati-hati menghadapi laki-laki sedikit berengsek sama yang berengseknya banyak. Melihat itu Jean terkekeh, pemuda itu turut meninggalkan perpus dan menyusul Kevin. Tahu kalau sahabatnya itu pasti sedang kesusahan karena ekspresinya ketika ia pergi tadi.





🥀___🥀




"Leo demam mbak?" Hanessa hanya mengangguk pelan. Sedikit terkejut dengan kedatangan mertua dan adik iparnya. Ia sudah tidak punya tenaga lagi, tantrum Leo kali ini benar-benar luar biasa. Hanessa tidak mampu menghandlenya, bahkan anak itu sampai demam.

"Kasihan banget cucu Omi" Ibu mertuanya mengelus rambut basah Leo. "Kalau ada apa-apa telfon ya Sa? Atau kamu mau nginep dirumah Ibu aja selama Deo bistrip?"

Hanessa menggeleng, tentu saja! Meskipun dengan tinggal dirumah mertuanya urusan tentang mengasuh akan tertolong, tapi tidak dengan hasratnya. Hanessa tahu kalau geraknya pasti akan dibatasi kalau tinggal disana. Jadi sudah pasti ia menolak.

"Aku disini aja Bu, Leo juga gak terlalu bisa tidur kalau bukan dikamarnya kecuali ada Papinya"

"Mbak mau aku temenin? Aku bisa sih bolak balik kampus dari sini"

"Gak perlu Rin" Hanessa menepuk jemari Karin, "Semuanya oke kok. Cuma ini sedikit kewalahan soalnya pertama kalinya Leo begini"

Karin mengangguk faham, "Kemarin katanya Leo ada pengasuh mbak, mana??"

"Bukan pengasuh Rin, lebih kayak terapis gitu. Selama ini karena Leo sama mbak terus, jadi mbak dikasih saran buat kasih Leo temen. Harus orang asing gitu"

Ibu mertuanya dan Karin mengangguk, mereka sudah lama memberi saran agar Leo diterapi saja, tapi kemarin-kemarin Hanessa keras kepala dan bilang yang Leo alami itu normal pada anak-anak.

"Yasudah, ibu gak bisa lama ya Sa. Ibu gak mau ganggu kamu, kamu juga perlu istirahat"

Akhirnya, Hanessa ingin mendesah lega dengan keras tapi tentu saja tidak ia lakukan. Ia masih sangat-sangat menghormati mertuanya.

"Maaf ya ibu, nanti aku ajak Leo kesana deh" Ucapnya lalu melambai, mengantar kepergian mertuanya sampai didepan pintu. Lalu setelah memastikan mobilnya tidak terlihat lagi, Hanessa pun masuk kedalam. Belum ada lima langkah, bell rumahnya berbunyi lagi. Benar-benar membuat hati Hanessa jengkel. Siapa lagi yang berkunjung kerumahnya??!!

"Ada ap—"

"Tolong terima saya kerja disini lagi!"





🥀___🥀





Apapun makanannya, minum nya tetap air ludah sendiri - Jean to Kevin

𝐃𝐞𝐫𝐧Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang