6

1.4K 154 16
                                    

🥀___🥀

Demi tuhan yang kalau masih mau mengakui Kevin sebagai hambanya, Kevin benar-benar kesal sekarang. Dia sudah membuang egonya sejauh mungkin dan meminta untuk kembali bekerja dengan Hanessa, tapi wanita sialan itu hanya memandangnya dari bawah sampai atas dan bilang—

'kamu bisa kerja sama saya lagi kalau kamu bisa muasin saya'

Anjing memang, Kevin ingin mengumpat sebanyak yang ia bisa, ia ingin mengirimi sumpah serapah untuk Hanessa yang menurutnya tidak tahu malu itu. Tapi, dibalik Hanessa yang Kevin bilang tidak tahu malu, ada Kevin yang sekarang sedang menjilat air ludahnya sendiri. Bilangnya ingin menyumpah serapahi Hanessa tapi akhirnya ia datang juga kealamat yang Hanessa kirim.

"Goblok, goblok, goblok, goblok!!!" Kevin menghela nafas berat, duduk di lounge hotel dan memesan kopi delapan puluh ribuan seperti yang disarankan oleh salah satu influencer sesat nyatanya tidak membuatnya tenang. "Gue ngapain malah kesini sih ah!!" Ia kesal tapi inilah jalan satu-satunya. Kevin tahu ada yang tidak beres ketika ibu panti melefonnya. Ada beberapa biaya yang harus Kevin bantu mulai dari pajak bangunan, pajak tanah, air, listrik, sampai belanjaan dapur untuk makan anak sehari-hari. Kevin tidak bisa membantah karena dulu ada seseorang yang juga diposisinya sekarang, yang membiayai makan serta sekolah Kevin.

"Mas, ditunggu ibu dikamar" Satu pelayan mendatanginya dan memberikannya access card. Kevin memilih tidak menjawab, karena ada tatapan yang aneh dari mata pelayan tersebut.

Tidak ingin ditatap aneh berlama-lama, Kevin pun bangun dan tidak lupa membawa kopi mahalnya. Ketika memasuki lift, ia mulai meraup oksigen banyak-banyak karena tidak bohong kalau Kevin gugup, bagaimanapun juga. Ini akan menjadi pengalaman pertamanya.

🥀___🥀

Terkutuklah semua pikiran Kevin selama ia dalam perjalanan tadi. Kevin kira, ia sudah akan dijadikan entah apa oleh Hanessa, tapi ternyata tidak. Yang wanita itu maksud dalam hal memuaskannya itu ternyata hanya dalam menjaga Leo???!! Disinilah Kevin, menjaga Leo sudah hampir tiga jam dikamar hotel yang sangat besar ini.

"Om Evin pakai ini dehhh" Leo bergerak menarik Kevin dan memaksa pemuda itu duduk di kursi pijat. "Enak kan om???"

"Hmmmm" Kevin tidak menjawab dengan benar karena seperti yang Leo katakan, kursi pijat ini benar-benar bekerja dengan baik. Harganya pasti sangat mahal sampai-sampai getarannya mampu membuat Kevin relaks. Dalam ketenangannya Kevin menoleh kearah kaca disebelahnya, lalu pemuda itu mengernyit. Untuk apa cermin disamping kursi pijat??

Kevin diam beberapa saat, pemuda itu sibuk memperhatikan bayangannya. Lekukan kursi pijat ini membuat piki— SHIT!!! Dalam hitungan detik Kevin langsung berdiri. Pemuda itu merinding membayangkan Hanessa dan selingkuhan wanita itu sedang bermain dikursi itu dan—

"Bego!!!"

"Apa Om Evinn??"

"Hah??" Kevin merutuki dirinya lagi, bisa-bisanya ia lupa kalau ia masih bersama anak dari wanita yang ia bayangkan tadi. "Leoo" Kevin menyetarakan tingginya dengan Leo. "Kamu kalau nanti diajak mami kesini, jangan pernah naik disini ya?" Ucap pemuda itu, telunjuknya mengarah pada kursi pijat.

"Memangnya kenapa Om?? Mami suka sekali sama kulsi ini, apalagi kalau habis ma—"

"Ssstt" Kevin menutup mulut bocah yang hendak memberikannya informasi yang sepertinya ia tidak perlu tahu. "Jangan, pokoknya jangan. Oke??"

Meskipun bingung, akhirnya Leo mengangguk.

"Nah pinter, sekarang sambil nunggu mami rapat, Leo bobo dulu oke??" Tidak banyak membantah, Leo langsung membaringkan diri diatas ranjang. Kevin memperhatikan Leo tentu saja, entah firasatnya saja tapi seperti ada yang aneh dengan anak itu. Kevin memperhatikan cara Leo bernafas, dan nafas anak itu sangat berantakan.

"Leo, you okay??"

"Hummm, I'm okay Om Evinn. Dahh ya, Eyyoo mau bobooo"

Kevin hanya mengangguk dan mengelus pelan rambut anak itu. Ada sedikit rasa iba tapi langsung ia tepis. Meskipun begini, Leo ini lahir dari keluarga kaya raya. Kalau ada yang harus dikasihani disini adalah diri Kevin sendiri.

🥀___🥀

"Aku sebel banget sama anak kamu"

Dalam hitungan detik Hanessa menoleh, menunggu laki-laki yang memeluk pinggangnya ini melanjutkan kalimatnya. "Kenapa dia harus tantrum disaat yang gak tepat sih, aku padahal kemarin itu lagi mau banget"

Dengan kasar Hanessa melepaskan pelukan lelaki yang kemarin ia dan Leo kunjungi itu, Psikiater anak yang bernama Rendi.

"Ren, kalau gini aku gak bisa lanjut. Sorry" Dengan cepat Hanessa bangun, memunguti pakaiannya. Rendi yang sadar kalau ia baru saja melakukan kesalahan langsung bangun dan memeluk Hanessa dari belakang.

"Sorry" Ucap lelaki itu, ia benar-benar merasa bersalah. Leo itu pernah menjadi pasiennya sebentar, sampai akhirnya anak itu trauma bahkan hanya melihat wajahnya saja Leo bisa tantrum hebat. "Aku gak maksud gitu sayang"

"Kamu tahu kan seberapa penting Leo untuk aku?"

"Tahu sayang"

"Bahkan kalau aku disuruh ninggalin semua yang aku punya hanya untuk Leo juga aku mau Rendi!!"

"Iyaa, maaf" Rendi mengelus perut wanita yang tengah ia peluk itu. Isakan Hanessa perlahan terdengar.

"Aku gak segan buat ninggalin kamu Rendi, aku gak suka kamu ngomong gitu tentang anak aku. Aku gak perduli hubungan timbal balik antara kita berdua, aku gak perduli!!"

Rendi mengeratkan pelukannya meskipun Hanessa setiap saat mereka bersama selalu menegaskan kalau hubungan mereka tidak lebih dari saling memuaskan saja, tapi sedikit banyak ada hati Rendi yang tertinggal. Lelaki itu perlahan memutar tubuh telanjang Hanessa untuk menghadapnya, ditatapnya Hanessa yang hidungnya memerah.

"Maaf, sayang" Rendi mengecup pelan bibir Hanessa, kecupan-kecupan ringan yang berakhir dengan lumatan. Rendi menyesap bibir itu dengan penuh kasih sayang, hendak menjelaskan perasaannya kepada Hanessa.

Karena keduanya sama-sama larut kedalam ciuman lembut nan intens itu, mereka sama-sama tidak sadar kalau tangan mereka sudah berada ditempat yang tidak seharusnya.

"Next round, babe??"

"Make me scream" Ucap Hanessa nakal. Setelah mengucapkan kalimat terakhirnya, Hanessa merasa kalau tubuhnya melayang dan terhempas dikasur. Ronde selanjutnya akan segera dimulai, bersamaan dengan Kevin dan Leo yang mulai terlelap dikamar sebelah.





🥀___🥀




1 part lagi sampe draft aku abis🙃

𝐃𝐞𝐫𝐧Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang