2

2.1K 223 23
                                    

🥀___🥀

"Dedek kesepian gak?" Hanessa mencondongkan tubuhnya karena Leo sibuk bermain pasir. Tidak terlalu memperdulikan eksistensinya. "Mami perlu cari temen untuk adek?"

Leo akhirnya menoleh, anak itu menatap Hanessa beberapa detik. "Sebenelnya ya Mami, eyo tuu mau main sama papi sekali sajaa"

Hanessa menggigit pipi bagian dalamnya untuk menahan sakit. Anaknya bukan butuh sosok teman. Tapi butuh sosok Papinya.

"Nessaaaa"

"Mbakkk" Hanessa berdiri menyambut Diana yang baru datang.

"Maaf ya telat. Ness, mbak ikut sedih sama apa yang kamu ceritain tadi" Hanessa mengangguk, sejujurnya ia sudah lelah dengan kalimat serupa. Tapi ia juga tidak bisa mencegah orang untuk bersimpati.

"Papinya tahu??"

"Kalaupun tahu, pasti aku yang dibilang gak becus mbak"

Diana menatapnya semakin iba.

"Jadi, mbak dapet gak orang yang aku pinta?"

"Dapet. Harusnya dia dateng juga kok. Cuma tadi diajak Jaden belanja sebentar. Nanti nyusul katanya. Ness, sebelumnya aku mau jelasin dulu tentang anak ini"

"Kenapa Mbak?"

"Dia ini memang bukan tenaga profesional. Dia baru masuk kuliah tahun ini. Dia kesulitan di biaya, belum uang kuliah, belum uang makan, belum yang lain-lain. Jaden gak bisa terlalu bantu banyak, ya kamu juga tahu Ness keuangan kami kayak gimana. Tapi aku bisa jamin Ness, dia orangnya cepat kok pendekatan sama anak. Puluhan anak dipantinya dulu, dia yang urus"

Hanessa menatap lurus kearah putranya yang masih sibuk bermain dengan pasir. Padahal disampingnya ada anak mbak Dona, tapi Leo sama sekali tidak mengindahkannya.

"Aku gak perduli mau tenaga profesional atau bukan mbak, aku cuma mau anakku gak diremehkan. Aku mau anak ku bisa ketawa ceria kayak anak-anak lainnya mbak. Berapapun yang dipinta sama orang rekomendasi mbak ini, aku pasti bayar"

"Permisi........."



🥀___🥀

"Seinget gue lo ngajakin gue ketemu orang yang bisa bikin gue dapet uang tambahan deh bang" Pemuda berhidung tinggi itu menoleh kiri dan kanan. Dia baru dua bulan di Neo pusat, belum terlalu hafal jalan dan masih sedikit-sedikit kagum dengan kota tempatnya menimba ilmu ini.

"Lo temenin gue dulu Kev, biar istri gue ngobrol bareng doi dulu. Eh tapi udah selesai sih. Ini kita kan mau berangkat kesana" Kevin mengangguk, menurut saja. Dalam hati Kevin benar-benar berterima kasih kepada Jaden, meskipun mereka tidak punya hubungan darah tapi sedari mereka masih sama-sama tinggal dipanti, Jaden selalu memperlakukannya dengan baik.

"Orang kaya ya bang? Kenapa gak sama tenaga profesional aja?"

Jaden bergumam sebentar, mungkin sedikit bingung harus menjawab seperti apa karena meskipun Hanessa ini teman istrinya, tetap saja dia tidak bisa membeberkan apa yang sudah istrinya ceritakan sembarangan.

"Untuk alasannya lo bisa cari tau sendiri gak nanti, agak bingung gue Kev. Tapi aman kok, gue jamin dah gaji kita pasti setara sebulannya kalau lo mau kerja bareng doi" Kevin melongo. Sudah dibilang kalau dia dan Jaden ini berhubungan baik sejak dari panti? Jadi berapa pemasukan pria itu Kevin pun tahu, dan pekerjaan Jaden ini bukan pekerjaan yang berkarir, sejak Jaden masih lajang sampai sekarang punya anak dua, posisinya itu-itu saja, gajinya pun tidak naik diangka yang banyak.

"Gak usah bercanda anjirrr"

"Beneran gue!! Suaminya COO Kwangya Group. Gila lu kalau masih ragu!" Kali ini Kevin benar-benar membuka mulutnya lebar. Kwangya Group adalah perusahaan raksasa dinegara mereka, atau mungkin diranah Asia. Sudah jelas, mereka-mereka yang berada dijabatan atas ini bukan orang sembarangan. Dengan sigap Kevin memperbaiki duduknya, lalu mengendus kemeja yang ia kenakan sekarang. Ah— Shit! Ini kemeja andalannya sebagai luaran untuk ke kampus. Kemeja yang belum ia cuci sejak seminggu yang lalu!!

"Banggg, lo ada parfum gaaa??"



🥀___🥀

Hanessa menatap pemuda yang dikenalkan Diana sebagai orang yang tepat untuk Leo. Meskipun Leo belum menunjukkan ketertarikan kepada pemuda itu, tapi Leo sudah mau menjawab beberapa pertanyaan yang dilayangkan. Padahal, normalnya Leo baru akan menjawab pertanyaan orang asing yang bertanya kepadanya setelah ia melihat orang tersebut berhari-hari.

"Ibu??

"Hah?? Mbak aja" Meskipun usia mereka cukup jauh, tapi rasanya terlalu membawa dirinya tua kalau dipanggil ibu, Hanessa tidak terbiasa untuk itu.

"Oke, mbak. Ini kita gak ngobrolin saya harus ngapain aja sama Leo?"

"Saya bingung" Jawab Hanessa jujur. Karena memang ya dia bingung. Leo butuh teman kata ibu-ibu disekolah, jelas tugas pemuda bernama Kevin ini nanti adalah menemani Leo untuk waktu yang sudah mereka sepakati. Yang Hanessa bingungkan adalah, haruskah ia membawa pria asing ini kerumahnya??

"Kalau mbak gak nyaman buat ketemu diluar, saya kerumah saja gak apa. Emm, saya perlu pendekatan yang lebih intim mbak"

"Hah???" Wajah Hanessa memanas saat menyadari dirinya salah tangkap atas kalimat yang Kevin lontarkan. Entah Kevin menyadarinya atau tidak, yang jelas Hanessa malu sekali saat ini.

"Gimana mbak?"

"Kamu gak keberatan kerumah saya di waktu-waktu yang saya minta?? Maksud saya, diluar waktu yang sudah kita sepakati"

"Tergantung. Kalau saya sedang ada kelas, tugas penting, atau saya sedang bekerja paruh waktu sepertinya saya akan keberatan"

"Kamu gak usah kerja dimana-mana. Cukup sama saya aja. Nanti saya kirim alamat rumah saya, trus kamu kirim juga nomor rekening kamu ya. Mungkin tugas kamu gak cuma jadi teman ngobrol Leo, tapi tolongin saya kaga dia disaat-saat saya ada keperluan mendadak"

Kevin mengangguk, dia sudah berjanji untuk mendedikasikan diri kepada keluarga ini. Asal tidak mengganggu waktu kuliahnya, Kevin akan menuruti apa saja yang keluar dari mulut Hanessa.

"Mbak sama Leo mau saya antar?" Kevin merutuki dirinya, bisa-bisanya ia menawarkan hal tersebut padahal dirinya tidak punya kendaraan. "Sorry mbak" Ucapnya tidak nyaman karena tatapan yang diberikan Hanessa.

"Kamu bisa nyetir?"

Kevin mengangguk, "Bi—"

BREK

Kevin menangkap kunci mobil yang Hanessa lemparkan. Senyumnya melebar saat melihat wanita itu menggendong putra kecilnya dan berjalan didepan.

"Yatuhan, cakep banget"





🥀___🥀






Kevin, brondong 19tahun

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Kevin, brondong 19tahun

𝐃𝐞𝐫𝐧Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang