Chapter(2) Terdampar

51 23 12
                                    

Seorang cowok berwajah baby face terbaring lemah di tepi pantai dengan baju basah akibat terpaan ombak.

Kalian tahu kan siapa dia?

Ansel perlahan membuka matanya. Mata Ansel menatap asing tempatnya berada saat ini. Ansel bangun dari posisinya yang terbaring, dengan kepala yang terasa sakit.

"Gue dimana?" batin Ansel bertanya pada dirinya sendiri, saat menatap sekeliling lalu diam sejenak mencoba mengingat apa yang terjadi padanya. Tidak berselang lama Ansel teringat kejadian yang menimpanya dan Izel.

"IZEL," teriak Ansel, lalu berlari untuk mencari keberadaan Izel. Ia sangat berharap Izel berada di tempat yang sama dengannya. Lama Ansel mencari Izel sambil berlari, namun tak kunjung menemukan keberadaan gadis itu.

Ansel berteriak frustasi dengan tangan yang menjambak kuat rambutnya sendiri, "Lo dimana sih zel," gumam Ansel mengusap wajahnya kasar.

"Maafin gue Zel," lanjutnya.

Ansel berjalan menyusuri pantai, "Gue ada di pulau?" tanyanya pada diri sendiri saat melihat kembali tempatnya berada saat ini.

Sebuah pulau yang sangat luas. Di pantainya terdapat banyak sekali pohon kelapa. Ansel melangkah masuk ke dalam pulau tersebut. Mata Ansel tak sengaja melihat satu gadis dengan dua orang cowok yang sedang duduk tanpa alas apapun.

"Itu manusia kan?" mata Ansel menatap lekat ketiga orang tersebut, "yakali siang-siang ada hantu."

"WOY!" teriak Ansel lantang kemudian berlari ke arah mereka bertiga, mereka yang mendengar suara Ansel sedikit terkejut, mereka bertiga menoleh ke arah suara Ansel.

"Lo, manusia kan?" tanya salah satu cowok di antara ketiga orang yang Ansel temui.

"Ya iyalah," jawab Ansel sedikit kesal, mereka bertiga serentak berdiri mendekati Ansel.

"Kenapa lo bisa ada di sini?" tanya cowok yang bertanya tadi.

"Ceritanya nanti aja, bantuin gue nyari temen gue dulu."

"Temen lo? Nyari di mana?" tanya cowok yang masih sama, sedangkan cowok satunya dan satu gadis dengan rambut terurai hanya diam dengan menampilkan wajah datarnya.

"Pantai," jawab Ansel singkat, lalu berlari lebih dulu ke pantai yang tadi, hampir saja Ansel melupakan Izel, seharusnya Ansel tidak berhenti mencari Izel, meskipun belum tentu Izel berada di pulau yang sama dengannya, tetapi apa salahnya mencari bukan?

Sesampainya Ansel di pantai tempat ia terdampar tadi, tak berselang lama datanglah ketiga orang yang Ansel temui tadi.

"Temen lo, cewek apa cowok?" tanya cowok yang masih sama.

"Cewek," jawab Ansel.

"Oke, kita berpencar, nanti kumpul di sini lagi, gimana?" usul cowok yang sedari tadi berbicara dan dibalas anggukan setuju oleh ketiganya. Mereka berempat pun berpencar mencari Izel di sekitar pantai.

*****
Seorang cowok berkulit putih memiliki wajah campuran antara tampan dan manis berjalan menyusuri pantai di pulau yang begitu luas.

"Nama temennya siapa?" batin cowok itu, sekarang ia kebingungan sendiri harus meneriaki apa, bahkan cowok baby face yang meminta bantuannya saja dia tak tahu.

Ya, cowok ini adalah cowok yang berbicara dengan Ansel tadi.

Masih sibuk dengan pikirannya, tiba-tiba dia mendengar suara teriakan orang minta tolong. Buru-buru ia berlari ke arah suara itu.

Sesampainya di tempat suara tadi, ia melihat seorang gadis imut dengan rambut di kepang dua yang sudah berantakan, sedang duduk dengan posisi kaki yang diluruskan.

"Lo kenapa? Ada yang sakit?" tanyanya saat telah sampai di samping gadis imut itu. Gadis itu mendongak menatap cowok yang berdiri di sampingnya.

Bukannya menjawab pertanyaannya, gadis itu justru bertanya balik, "Kamu siapa?"

"Kenalin, nama gue Athan," ucap Athan memperkenalkan diri sambil berjongkok di samping gadis itu dengan tangan yang terulur di hadapan gadis imut yang belum ia tahu namanya siapa ini.

Gadis itu menerima jabatan tangan Athan, "Aku Izel, kak," ucap Izel memperkenalkan dirinya juga.

Iya, dia Izel, gadis imut yang sedang mereka cari-cari, ternyata Izel dan Ansel terdampar di pulau yang sama.

"Bisa jalan ngak?" tanya Athan, Izel menggelengkan kepalanya pelan. Memang kaki Izel sakit ketika ia mencoba berdiri pun tak bisa, mungkin karena kejadian yang menimpanya dan Ansel.

Athan berjongkok di hadapan Izel, "Ayok naik."

"Eh, nggak perlu, kak. Aku jalan aja,"

"Jalan gimana, kaki lo sakit kan?" Izel diam, benar apa yang diucapkan Athan, namun ia tidak ingin merepotkan Athan, apalagi mereka baru ketemu.

"Udah, buru, naik. Temen lo kasian nungguin lo," ucap Athan memberitahu. Izel mengerutkan dahinya.

Teman? Apa itu Ansel?

Izel berharap Ansel lah orang itu.

"Namanya siapa, kak?" tanya Izel penasaran.

"Naik dulu, baru gue kasih tau," ucap Athan. Sebenarnya Athan bukan tidak ingin memberitahu masalahnya, ia tidak tahu nama teman Izel yang meminta bantuannya tadi. Dengan ragu, Izel naik ke punggung Athan. Setelah Izel naik, Athan berdiri sambil mengendong Izel.

Athan berjalan sambil mengendong Izel santai menuju tempat yang mereka sepakati untuk berkumpul. Tidak susah Athan mengendong Izel karena Izel ringan.

"Berapa berat badan lo?" tanya Athan penasaran. Mengapa Izel bisa seringan ini? Rasanya Athan seperti mengendong anak kecil daripada seorang gadis.

"45, kak," jawab Izel jujur.

"Pantes ringan," batin Athan.

"Kenapa, kak? Berat ya?" tanya Izel. Athan yang mendengar itu dibuat terkekeh pelan. Mana ada berat, yang ada itu ringan bagi Athan.

"Banget," jawab Athan. Tentu saja Athan berbohong, berniat ingin menjaili Izel.

"Tuh kan, aku bilang juga apa jangan gendong aku, kak. Berat kan," tawa Athan pecah saat mendengar perkataan Izel. Entahlah mengapa Athan tertawa, yang anehnya mengapa ia bisa tertawa lepas dengan seorang gadis yang baru ia temui?

***

Nah udah pada tau kan ternyata Izel dan Ansel terdampar di tempat yang sama.

Tapi kira- kira Athan, satu cowok dan satu gadis yang berada di pulau itu siapa?

Apa mereka penghuni pulau itu?

Penasarannya? Lanjut ke bab selanjutnya 👇

SURVIVAL MISSION Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang