Chapter(20) Menyadari banyaknya keganjilan

28 8 16
                                    

"Jadi gini sebenernya kita dapet penampakan tadi. Penampakan nenek-nenek yang bilang katanya aku sama Ansel cuma bisa ngambil sekali. Sama nenek itu juga nyuruh kita buat ingetin kalian jangan sampe lupa sama pesan yang kalian dapat. Kalo kalian lupa, kita bisa dalam bahaya," papar Izel. Semua terdiam, tak ada yang membuka suara.

"Gue rasa nenek-nenek itu mau bantu kita keluar dari sini deh, bukan mau nganggu," ujar Runa mengeluarkan pendapatnya tentang sosok nenek-nenek itu.

"Kayaknya iya deh," timpal Athan. Begitu pun dengan yang lain yang merasa sependapat dengan Runa.

"Cuman ada yang aku binggung. Kata nenek itu aku sama Ansel cuma bisa ambil sekali, tapi ambil apa?"

"Kalian nemuin apa?" tanya Kei sambil melirik Ansel dan Izel.

Izel terlihat berpikir. Tak lama kemudian, Izel menjawab, "Buah Rambutan."

"Sama tumbuhan bambu," sambung Izel.

"Bambu?" beo semuanya hampir serentak kecuali Ansel dan Izel.

"Bukannya gue nggak seneng atau gimana ya, gue seneng ternyata ada bambu. Tapi apa kalian nggak ngerasa aneh? Kalo cuman bambunya yang ada oke lah mungkin masih masuk akal, tapi ini ada sama parangnya. Kayak seakan-akan disediain nggak sih?" ujar Athan yang merasa aneh tentang kejadian yang sedang mereka alami saat ini.

"Gue sependapat sama lo. Gue udah ngerasa aneh pas gue sama Rai nyari sabut kelapa di pantai," timpal Runa yang juga merasa aneh.

"Aneh gimana?" tanya Kei.

"Yah aneh kenapa bisa ada sabut kelapa? Yang buka kelapanya siapa? Setau gue sampe tua pun kalo nggak ada yang buka bakal tetap utuh." Perkataan Runa dapat membuat semuanya diam termenung.

"Persediaan air kita udah dikit, kebetulan banget kalian nemuin mata air," kata Ansel sambil melirik Athan dan Kei.

"Oh iyah sama makanan kita udah tinggal dikit kan? Terus kak Athan nyuruh kita kalo dapet buah-buahan ambil buat kita makan. Aku sama Ansel dapat ini." Izel mengeluarkan buah rambutan dari dalam plastik hitam.

"Kalian nemuin pohon rambutan?" tanya Athan. Ansel dan Izel kompak mengangguk.

"Terlalu banyak kebetulan kalo mau disebut kebetulan. Gue yakin ini semua bukan sekedar kebetulan aja." Athan menatap satu persatu mereka. Selang beberapa detik, semuanya mengangguk setuju dengan apa yang dikatakan Athan.

"Jadi rencana selanjutnya gimana?" tanya Ansel.

"Karena parang ini harus dikembaliin besok sebelum matahari tenggelam, jadi kita harus ambil bambu itu sekarang. Gue tau pasti kalian capek, gue juga sama. Tapi mau gimana lagi kita cuman punya satu kesempatan untuk pulang. Jadi mau kan?" usul Athan.

"Of course."

"Why not?"

"Demi pulang gue tentu mau."

"Gue pasti mau lah."

"Aku juga mau kok."

Athan yang mendengar respons baik dari mereka tersenyum senang. Setelah itu, mereka semua bangkit dari duduknya untuk masuk kedalam jalan kecil yang mengarah ke hutan, dengan jalan dipimpin oleh Ansel dan Izel.

Setelah cukup lama berjalan, kini mereka telah sampai di tempat dimana tumbuhan bambu berada.

"Bagi tugas," titah Rai.

"Disaat-saat penting kayak gini nih si mukdar bakal ngomong, lebih tepatnya nyuruh. Dasar irit ngomong," cibir Athan pada Rai. Sedangkan yang dicibir terlihat santai dan tak peduli.

"Cek. Terus kenapa kalo dia irit ngomong?" decak Runa yang terlihat kesal.

"Kenapa jadi lo yang sewot?"

Runa seketika speechless. Athan yang merasa Runa tak akan berbicara memilih untuk berbicara lagi.

"Masalahnya gue nggak paham. Bagi tugas buat apa coba? Lo emang paham?"

"E-enggak."

"Eh udah-udah kenapa malah ribut," lerai Izel.

Runa melirik sekilas Izel, "Nggak usah sok ngelerai deh lo. Caper lo?"

"Cek. Lo kenapa sih? Bawaannya kesel mulu sama Izel," decak Ansel yang terlihat kesal.

Runa terkekeh pelan, "Kamu juga gitu, bawaannya kesel kalo sama aku."

Nada dan cara berbicara Runa jika dengan Ansel terkesan lebih lembut dan santai. Berbeda jika dengan yang lain lebih terkesan ketus.

"Ya karena lo juga nggak pernah baik sama Izel."

"Kalo seandainya Izel yang jaha...."

"Izel nggak mungkin jahat sama lo." sela Ansel.

Runa tersenyum, "kan seandainya. Pasti kamu tetep belain dia kan? Nggak akan kamu benci dia. Aku yakin."

Ansel speechless tak mengeluarkan sepatah kata pun untuk menanggapi ucapan Runa. Runa yang melihat Ansel hanya diam tersenyum miris. Interaksi Runa dan Ansel tidak sedikit pun lepas dari sepasang mata yang menatap mereka dengan tatapan yang sulit di artikan.

"Pembagian tugas apa yang lo maksud?" tanya Athan pada Rai yang sebenarnya sekaligus untuk mengalihkan topik.

Rai menghela napas, "Ambil Rambutan."

"Dan ada yang ngambil bambu?" tebak Athan. Rai mengangguk membenarkan.

"Yaudah yang nebang bambu yang cowok...."

"Cukup dua," sela Rai.

"Oh oke. Gue sama Rai yang ambil bambunya," putus Athan.

Athan menatap Ansel sambil tersenyum mengejek, "Lo tim ambil rambutan. Lo kan monyet jago manjat, padahal masih bayi."

"Diem lo!"

Athan tertawa puas saat melihat ekspresi Ansel yang terlihat kesal karena ucapannya.

"Oh iyah kita kan nggak bawa plastik," ujar Izel. Rai yang mendengar itu mengeluarkan dua plastik hitam dari dalam saku celananya.

Semuanya di buat kaget sejak kapan Rai mengambil plastik itu? Sedangkan yang lain bahkan tak terpikir akan mengambil rambutan, hanya terpokus di mengambil bambu saja.

Rai memberikan dua plastik itu pada Ansel, kemudian tanpa pamit Rai berjalan lebih dekat ke arah tumbuhan bambu itu yang langsung di ikuti oleh Athan yang sebelumnya telah berpamitan pada yang lain. Yang lain pun berjalan ke arah pohon rambutan.

"Gapapa Zel, lo nggak salah," ucap Ansel pada Izel yang berjalan di sampingnya.

"Runa udah semakin benci sama aku," lirih Izel. Izel menoleh ke arah Ansel yang hanya diam menatap lurus.

"Aku kira kamu bakal ngomong kayak dulu. Gapapa kamu udah mau ngomong sama aku lagi, aku udah seneng kok." Izel tersenyum yang tentunya adalah senyum miris. Setelah percakapan singkat itu Izel memilih berjalan lebih dulu.

"Sorry Zel," batin Ansel.

"Akhirnya gue berhasil, walaupun pasti kalian baikannya cepet. But it's okay I just need to keep you away again," batin

Di bawah terik matahari, keenam remaja tersebut bekerja sama untuk pulang. Dengan Ansel yang memanjat pohon rambutan lalu nantinya akan dipunguti oleh Runa, Izel, dan Kei. Sedangkan Athan dan Rai yang akan menebang tumbuhan bambu.

Setelah semuanya selesai, keenam remaja itu kembali pulang ke tempat peristirahatan mereka. Dengan Athan, Rai, dan Ansel yang memanggul masing-masing satu buah bambu. Nanti, jika mereka telah sampai di tempat tinggal mereka, Rai, Ansel, dan Athan akan kembali masuk ke dalam hutan untuk mengambil tiga buah bambu lagi.

***

Menurut kalian ini kebetulan?

"Terlalu banyak kebetulan kalo mau di sebut kebetulan"-Rafaizan Fathan Davidson

Setuju sama pendapat Athan?

Bau bau nya udah ada yang mau pulang nih 🤭

Rekomendasiin cerita SM kalo kalian suka ketemen-temen kalian, siapa tau mereka juga suka.

SURVIVAL MISSION Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang