Chapter(5) Malam Pertama Berada dipulau Kosong

20 11 5
                                    

Semuanya diam, hening menyelimuti mereka. Banyak pertanyaan bersarang di otak mereka tentang gadis itu. Salah satunya yang muncul di pikiran mereka semua adalah...

Dia manusia atau hantu?

Izel terbatuk kecil untuk meredakan suasana yang tegang. "Bentar lagi udah mau malem, kita nggak nyari kayu bakar?" tanya Izel.

"Nyari dimana?" tanya Keisha, yang malah membalas pertanyaan.

"Biasanya kalian nyari dimana?" tanya Izel lagi.

Athan terbatuk kecil, "Jadi gini sebenernya kita bertiga itu baru ada di pulau ini juga, sama kayak kalian," kata Athan memberitahu.

"Hah? Kalian terdampar juga atau gimana?" tanya Izel yang tak mengerti mengapa mereka berada di pulau ini.

"Kejebak sih, lebih tepatnya. Lo nggak ngira kita penduduk pulau ini kan?" tanya Athan pada Izel. Izel tertawa kecil lalu menggeleng. Athan ikut tertawa kecil. Mereka berdua tak sadar bahwa di antara mereka berlima ada yang panas melihat kedekatan keduanya.

Athan bangkit dari duduknya setelah tawanya reda, berjalan menuju belakang pohon besar lalu mengambil sebuah ransel, kemudian membawanya ke tempat ia duduk.

"Jadi sebenernya gue itu mau berkemah setelah pulang dari acara papah, tapi malah kejebak di sini," ungkap Athan.

"Di dalamnya ada beberapa peralatan buat gue kemah, sama ada makanan dan minuman lumayan lah  buat kita. Kita irit-iritin makanan sama minumannya sampe kita dapat cara gimana buat makan dan minum kita di pulau ini," lanjut Athan memberitahu.

Athan mengambil tenda berukuran sedang dan satu matras lipat. "Yang tidur di tenda Izel sama Keisha, kita tidur di luar. Nggak ada masalah kan?" tanya Athan pada Raibeart dan Ansel. Raibeart hanya berdeham dan Ansel hanya mengangguk.

"Oke, gimana kalau kita bagi tugas? Ada yang masang tenda, nyari kayu atau ranting, atau apa pun yang bisa digunain buat bikin api, dan ada yang nyiapin makanan. Gimana, setuju?" tanya Athan meminta persetujuan. Semuanya mengangguk setuju.

"Gimana kita bagi tugasnya? Lewat apa? Hompipa lagi?" tanya Ansel dengan nada kesal.

Athan hendak menjawab 'iya', tapi kalah cepat dengan Izel yang berkata, "Nggak perlu hompipa." Ansel yang mendengar itu menatap tak percaya pada Izel. Sebenarnya, ada apa dengan Izel? Sebelumnya Izel yang ingin semuanya adil untuk tidak memutuskan semuanya sendiri, lalu kenapa sekarang dia ingin memilih sendiri?

"Oke, lo mau bareng lagi, Zel?" tawar Athan pada Izel sambil tersenyum ke arah Izel. Izel yang melihat itu sebenarnya tak tega untuk menolak.

"Maaf, Kak Athan, aku mau sama Ansel," lirih Izel.

Ansel terkejut dengan ucapan Izel. Ia kira Izel akan menerima tawaran Athan, ternyata tidak.

Athan? Diam, tak mengeluarkan sepatah kata pun. Harusnya ia tidak melupakan keberadaan Ansel. Tentu saja Izel ingin bersama Ansel, bukan dirinya yang bisa dibilang orang baru, yang baru beberapa jam yang lalu Izel kenal.

"Lo serius, Zel?" tanya Ansel yang masih tak percaya. Izel mengangguk antusias dengan senyum yang mengembang sempurna.

Ansel tersenyum tipis lalu bangkit dari duduknya, diikuti oleh Izel yang juga bangkit dari duduknya. Ansel menghampiri Izel lalu merangkulnya sambil tersenyum lebar. Tak bisa dipungkiri, Ansel senang karena Izel memilih ingin bersamanya.

Izel melirik takut-takut Ansel dan mendapati Ansel yang sedang tersenyum lebar ke arahnya. Tatapan datar Ansel tidak terlihat lagi. Izel ikut tersenyum senang melihatnya.

"Ansel, jangan marah lagi ya?" lirih Izel pada Ansel.

"Gue nggak marah..." Ansel masih tersenyum. "Cuman kesel aja," lanjut Ansel.

"Maafin aku ya?" pinta Izel sambil menatap Ansel penuh harapan.

"Iya, sayang," Ansel mengacak pelan rambut Izel.

Izel diam mematung, pipinya memerah ulah Ansel. Ansel tertawa melihat pipi chubby Izel yang memerah karena ulahnya. Interaksi keduanya tak lepas dari sepasang mata yang menatap mereka dengan tatapan yang sulit diartikan.

Izel melepas paksa rangkulan Ansel, kemudian berlari kecil menghampiri Athan, meninggalkan Ansel yang masih tertawa.

"Kak Athan," panggil Izel, namun Athan hanya diam menatapnya. Izel menatap bingung Athan yang hanya diam.

"Kak Athan," ulangnya.

"Eh, iya Zel, kenapa?" tanya Athan yang seperti baru sadar dari lamunan.

"Aku sama Ansel bagian nyiapin makanan ya?" pinta Izel. Athan mengangguk sambil tersenyum tipis, lalu memberikan ranselnya pada Izel. Setelah menerima ransel itu, Izel menghampiri Ansel.

"Salting ya?" goda Ansel ketika Izel telah berada di sampingnya.

"Enggak," elak Izel.

"Masa sih,  pipinya kok merah?" goda Ansel lagi sambil menunjuk pipi Izel. Izel memalingkan wajahnya dari Ansel, lagi-lagi Ansel dibuat tertawa. Izel yang kesal memilih berjalan lebih dulu.

"Mau kemana Zel? Emang tau mau masak dimana?" teriak Ansel. Izel berhenti melangkah, benar yang dikatakan Ansel, Izel tidak tahu akan memasak dimana.

Ansel berlari kecil menghampiri Izel, merebut ransel yang dipegang Izel untuk ia pegang, kemudian merangkul Izel. "Makanya jangan ninggalin, masak nya nggak perlu jauh-jauh kali, disana aja," ujar Ansel sambil menunjuk lahan di depan kedua pohon besar yang mereka duduki tadi dengan dagunya. Ansel membawa Izel kembali.

Kini mereka telah berada di depan kedua pohon besar, tepatnya di depannya. Izel hendak berjongkok namun ditahan oleh Ansel, "Tunggu bentar, jangan dulu duduk atau jongkok," ucap Ansel lalu berlalu entah pergi kemana. Izel hanya menurut saja. Tak lama datanglah Ansel dengan membawa papan kayu yang lumayan panjang.

Ansel menaruh papan kayu itu di depan Izel, "Kita duduknya di sini, daripada jongkok," ucap Ansel yang langsung duduk di papan itu, disusul Izel.

"Dapet dimana?"  tanya Izel penasaran.

"Dapet disana"  jawab Ansel sambil menunjuk semak-semak yang berada di ujung dengan dagunya. Izel hanya mengangguk dengan mulut yang membentuk O.

"Bentar, kita masaknya gimana?" tanya Izel bingung sendiri.

"Tunggu Raibeart sama Keisha balik dulu, mereka lagi nyari kayu bakar," kata Athan dari arah belakang. Izel dan Ansel serentak menoleh ke belakang, ada Athan yang sedang mendirikan tenda seorang diri. Izel berniat menghampiri Athan untuk membantunya, namun niatnya ia urungkan ketika melihat Athan yang telah selesai mendirikan tenda.

"Yaudah, gue mau nyusulin Raibeart sama Keisha dulu," pamit Athan. Izel mengangguk, dan Ansel hanya berdeham.

Tak berselang lama, terlihat Raibeart, Athan, dan Keisha yang berjalan ke arah mereka. Keisha membawa dedaunan kering dan beberapa ranting, sedangkan Raibeart membawa dua buah batu yang berukuran sedang, dan Athan yang hanya membawa satu buah batu yang berukuran sedang juga.

Ketiganya telah sampai di tempat Ansel dan Izel berada. Raibeart dan Athan menaruh batu yang mereka bawa di hadapan Ansel dan Izel. Tiga batu yang mereka bawa itu mereka simpan dengan posisi dua batu yang saling berhadapan dengan diberi jarak, sedangkan batu satu lagi disimpan di bagian atas dengan ditempelkan pada kedua batu sebelumnya sampai tidak memiliki celah. Sehingga jadilah tungku sederhana.

"Nah, masaknya pake ini," ujar Athan setelah selesai menyusunnya. Keisha menaruh dedaunan kering juga beberapa ranting tepat di sebelah batu-batu itu.

"Soalnya gue nggak bawa kompor buat masak," lanjut Athan memberitahu. Izel mengangguk paham.

"Wah, kreatif juga,"puji Izel.

"Oh jelas, ide siapa dulu," kata Athan sambil menepuk dadanya bangga. Izel terkekeh pelan sambil mengelengkan kepalanya.

"Yaudah, kita nunggu disana ya," pamit Athan. Izel mengangguk, kemudian Athan, Raibeart, dan Keisha pergi ke bawah pohon yang sudah terdapat tenda berukuran sedang yang di depannya sudah digelar tikar yang lumayan lebar.

Izel membuka ransel Athan dan melihat banyak makanan ringan, mie rebus, pop mie, air mineral ukuran besar, air mineral ukuran sedang, tiga jagung mentah, panci sedang, serta sendok untuk memasak, dan tiga gelas. Izel merasa heran untuk apa Athan membawa tiga gelas, tapi di sisi lain ada bagusnya juga, bisa digunakan untuk mereka.

"Kita masak mie rebus atau pop mie ya?" tanya Izel pada Ansel.

"Pop mie dulu, masak mie emang ada mangkoknya?" balas Ansel.

"Eh iya, Athan nggak bawa mangkok."

"Iya, ayo mulai masak!" ajak Ansel. Izel mengangguk, lalu mengeluarkan panci dan satu air mineral berukuran besar. Ansel memasukkan dedaunan kering juga ranting ke dalam tungku.

"WOY!" teriak Ansel pada Athan.

“Lo punya korek nggak? Ini gimana bakarnya coba.”

"Kayaknya ada, coba lo cari aja di ransel gue," balas Athan.

Ansel mencari korek di ransel Athan setelah menemukannya. Ia membuat api, lalu Izel mulai memasak air. Tak membutuhkan waktu lama, air mendidih. Kemudian Ansel mengangkatnya dan menuangkan ke dalam lima pop mie berukuran kecil. Izel memasukkan bumbu-bumbu pop mie, lalu menutupnya.

Ansel dan Izel berjalan sambil membawa masing-masing dua pop mie. Mereka duduk di tikar yang telah di gelar.

"Ini buat kak Raibeart sama kak Keisha," ucap Izel membagikan pop mie, dan diterima oleh keduanya.

"Siniin punya gue, laper banget nih," pinta Athan pada Ansel yang masih memegang dua pop mie lainnya.

"Enak aja, ini punya gue sama Izel," Ansel tersenyum mengejek. "Punya lo disana," ujarnya sambil melirik satu pop mie yang masih disimpan di papan. Athan berdecak kesal, kemudian bangkit dari duduknya untuk mengambil pop mie dan kembali ke tempat bergabung dengan yang lain.

"Maaf kak Athan, soalnya aku nggak bisa bawa tiga," sesal Izel.

"Eh gapapa Zel," Athan menatap Izel sambil tersenyum. "Makasih udah buatin."

"Sama-sama kak, dibantuin Ansel juga."

"Iya lo nggak mau bilang makasih gitu sama gue?" tanya Ansel dengan senyum jailnya.

"Thanks," ucap Athan sedikit terpaksa. Ansel tertawa puas.

"Thanks," ucap Raibeart dan Keisha bersamaan. Izel dan Ansel mengangguk.

Malam pertama mereka berada di pulau kosong, menghabiskan waktu mereka dengan makan bersama. Terbit senyum tipis di bibir kelima remaja tersebut. Tidak ada rasa takut di antara mereka berlima yang terjebak di pulau kosong tak berpenghuni. Justru rasa hangat seperti keluarga yang mereka rasakan, ibaratkan mereka telah saling mengenal lama.

***

Malam pertama mereka di pulau kosong guys

Gimana? Kalian penasaran nggak besok mereka bakal ngapain?

Langsung lanjut aja ke chapter berikutnya yuk 👇

SURVIVAL MISSION Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang