---------
Daily notes,
Cloudy ☁️
at 7 A.M••••
"Yesterday was the first time I saw you. But, I feel like, I wanna know everything 'bout you. Can we meet again, Kalyla?"
-BAMS-
--------
×××❤️×××
Awan yang tadinya cerah diselimuti sang surya, kini perlahan berganti mendung. Gemuruh mulai bersahutan, diiringi rintik hujan yang turun secara bergilir membasahi Kota Surabaya pagi ini. Di sebuah kedai kopi berkonsep industrial, dengan desain minimalis modern juga di dominasi warna putih cerah, terlihat seorang gadis dengan crop top putih yang di padukan celana kargo berserta rambut yang dibiarkannya terurai rapi, tengah berkutat dengan laptopnya dalam ruangan tersebut. Sekilas, dirinya melirik ke arah jam tangan yang terpaut di sebelah kirinya, pukul setengah sebelas. Lelaki yang ia tunggu itu pun tak kunjung datang, hingga kopi yang ia pesan sedari tadi mulai tak bersisa.
"Eh, kenapa, ya, kemarin Kak Bima gelagatnya aneh banget? Pake ngirim amplop yang ternyata isinya surat permintaan maaf lagi, aneh." Pikirnya keheranan.
"Ah, bodo amatlah," decaknya.
"Lagian, si Erick ini lama banget buset, dah! Udah hampir setengah jam gue nunggu. Di telepon pun nggak di angkat. Jadi nugas, gak, sih!?" gerutunya kesal.
Di samping ia menggerutu, fokusnya pun teralihkan pada seseorang yang baru saja membuka pintu masuk di kedai kopi tersebut. Terlihat ia sedang berjalan menuju kasir. Pandanganya menelisik sosok tersebut, mengenakan jaket kulit, tapi di biarkan terbuka di bagian tengahnya, juga membawa tas hitam, yang di gantungkan pada bahu kirinya. "Dari perawakannya kayak kenal, deh," gumamnya.
Saat Lyla akan menghampirinya, laki-laki tersebut lebih dulu berbalik badan. Netra keduanya menangkap satu sama lain. "Lyla?"
"Mas Adam!" Tunjuknya. Lelaki tersebut menghampirinya segera. "Kamu ngapain di sini?"
"Nunggu teman, Mas. Mau nugas, tapi dia gak dateng-dateng dari tadi. Kamu nugas juga? Aku tadi, kok, gak liat kamu?"
"Kayaknya, saya nyampe duluan baru kamu. Soalnya, tadi pas saya liat kamu masuk, saya kira bukan kamu. Gak bisa ngenalin juga, karena kamu pakai masker, kan, pas ke sini tadi?" Lyla mengangguk, "saya nugas juga tadi, Lyl. Di outdoor, mungkin kamu nggak liat saya," ungkapnya menjelaskan.
Gadis itu membulatkan bibirnya penuh sembari mengangguk. "Sepertinya emang nggak, sih, Mas. Ya, udah, aku nugas dulu, ya."
"Eh, iya-"penggalnya sambil mengambil dompet untuk mengeluarkan sesuatu. "Ini KTM, Mas, kemarin. Makasih, ya."
Adam menerima sembari mengangguk. "Mau dibantu?"
"Bukannya, kamu udah mau pulang, ya?"
Adam menggeleng. "Niat awalnya begitu. Tapi liat kamu, saya jadi mau di sini dulu bantuin nugas. Kebetulan lagi nggak ada kelas juga hari ini."
"Oh, ini ceritanya kamu mau cosplay jadi dosenku, gitu?" Keduanya terkekeh bersama.
Lyla mengajak Adam duduk di tempatnya semula. "Aku, tuh, bingung sama materi ini, Mas." Ia mengarahkan laptopnya ke arah Adam.
Adam melihatnya sekilas. "Statistik, ya?"
Gadis itu mengangguk. Lalu, menyeruput kopinya hingga tak bersisa, dan melanjutkan unek-uneknya, "Jadi, waktu itu dosenku ngejelasin, tapi nggak masuk di otakku. Makanya, aku minta tolong Erick, temenku ini, buat ngejelasin ulang. Katanya hari ini, di cafe ini, ngajak nugasnya. Udah nunggu hampir setengah jam, taunya gak dateng-dateng. Yakin banget aku, pasti dia ketiduran. Atau nggak, emang belum bangun."
KAMU SEDANG MEMBACA
LOVE IS BURDEN [TERBIT]
Fanfiction[BELUM REVISI] Terlalu dalam menaruh rasa seringkali membuat kita lupa akan sebuah lara. Padahal kedua hal itu selalu mengikat satu sama lain. Kalyla selalu menganggap cinta adalah beban dan tak sedikit pun ia berminat untuk jatuh cinta. Beberapa ka...