✨20✨

58 15 4
                                    

Mentari mulai menjajakan sinarnya tepat di atas kepala. Dua sejoli itu masih berdua di sana mengabaikan Cia yang tengah berada di bawah sendirian pada bawah lantai sembari memasukkan baju Lyla untuk persiapan kepulangannya sore nanti. Hatinya panas melihat Adam juga Lyla yang mesra bercanda dan tertawa riang bersama. Bukan karena ia suka terhadap Adam atau bagaimana, bukan. Melainkan, karena ia juga ingin bisa mendapatkan sosok laki-laki yang mencintainya dengan tulus juga sepenuh hati selayaknya Adam mencintai sohibnya saat ini.

Ni dua orang kurang ajar banget, udah dibilangin jangan bucin depan gue malah lanjut part dua, pekiknya dalam hati.

Dirinya beranjak dari tempat asal dan mulai membenarkan kuciran rambutnya. Ia mengambil baju yang telah Lyla lipat beberapa di atas hospital bed-nya. Lalu, kembali ke tempat asal untuk menaruhnya pada tas yang telah berisi beberapa baju Lyla sambil berjongkok.

"Lyl, gue abis ini berangkat ke kampus dulu, ya. Gue pulang malem. Buat urusan ulangan lo itu kaga usah dipikirin dulu. Nanti aja lo tanya temen kampus lo biar di bilangin ke dosen matkul lo ada pengganti apa kaga," tuturnya sembari menyampirkan tas di sisi pundaknya.

"Mas Dam, jagain sohib gue dulu. Paling abis ini Kak Luna ke sini. Biar nanti gantian jaga sama lo kalo lo repot," sambungnya kembali sebelum keluar dari ruangan tersebut meninggalkan Adam juga Lyla berdua.

Saat Cia mendorong pintu tersebut, ia langsung berpapasan dengan Luna yang juga bersama dengan Bima saat ini. "Kak Luna? Nggak ada kelas siang?"

"Nggak, eh, kapan Lyla boleh pulang? Udah diperiksa dokter tadi pagi?"

"Beres, Kak. Udah, kok, nanti sore katanya boleh pulang. Ya, udah, aku duluan, ya. Mau kelas siang, Kak," jelasnya melangkah menjauhi mereka berdua.

Sebetulnya, gadis itu juga berpikir, sangat bahaya jika sampai Bima bertemu dengan Lyla karena di dalam ada Adam. Namun, karena Cia juga harus segera bersiap untuk kelas siang ini, ia pun membiarkan keduanya masuk.

Bodoamatlah, biar mereka liat kebucinan sejoli itu di dalem sana. Kalau berantem lagi gue kaga ada urusan, biar Kak Luna aja yang ngelerai, kekehnya ketika dirinya telah berjalan menjauh dari sana.

Sementara Bima juga Luna terlonjak saat memasuki ruangan yang di dalamnya terdapat sosok laki-laki asing tengah menemani Lyla di sisinya. Bima merasa tak asing dengan lelaki yang membelakangi mereka saat ini. Dari perawakannya, sepertinya ia mengenalnya.

"Hei, Kak Lun!" sapa Lyla membuat Adam turut menoleh ke belakang.

Luna berjalan mendekat dengan langkah ragu. Gadis itu mengernyit dan sekilas melirik Adam lalu kembali menatap Lyla dengan raut kebingungan layaknya memberi bahasa isyarat pada dirinya. Lyla yang paham pun langsung mengenalkan mereka berdua. Sementara Bima masih terpaku di tengah pintu.

"Ini Mas Adam, Kak Lun."

"Mas Adam, ini Kak Luna yang biasanya nolong aku. Kita sekos. Dia sepantaran sama kamu," tuturnya membuat Adam mengangguk paham diikuti Luna. Keduanya menjabat tangan satu sama lain sebagai rasa hormat.

Gadis itu menoleh ke arah Bima di belakangnya. "Ngapain di situ? Masuk, Bim," titah Luna.

Saat Bima melangkah, kedua netra mereka langsung bertemu satu sama lain. Bima baru sadar, jika maksud dari laki-laki tersebut menjenguk temannya kala itu yang di maksud adalah Lyla.

Adam mengangkat tangan menyapanya sembari tersenyum. Lalu, ia beranjak dari tempat duduk dan menghampiri Bima dengan mengulurkan tangan. "Mas."

Bima pun membalas ulurannya. "Yang kemarin nolongin saya, kan?" tanya Bima. Lelaki itu mengangguk.

LOVE IS BURDEN [TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang