Sang surya telah memunculkan dirinya di ufuk timur seperti biasa. Awan cerah diselimuti kicauan burung pipit yang semakin menambah indahnya suasana pagi ini, membuat Cia terbangun lebih awal dari biasanya. Ya, gadis itu semalam telah pulang saat Lyla tertidur. Biasanya, jika ia tidur pukul sebelas malam, maka dirinya akan bangun tepat pukul delapan, tetapi berbeda dengan hari ini. Selang sepuluh menit dari kebangunan Cia, Lyla membuka dan memicingkan mata serta bergeliat sebelum akhirnya ia benar-benar terbangun.
Hal pertama yang dilakukan setelah bangun tidur adalah mengecek ponselnya apakah ada pesan penting masuk hari ini. Benar saja, beberapa notif dari grup kelas serta organisasi telah memenuhi isi room chat-nya. Namun, saat akan membuka grup, satu pesan muncul dari Erick, membuatnya beralih.
Sebelum beranjak dan menaruh ponselnya dalam nakas, nada dering itu mengejutkan dirinya. Satu nama terpampang di sana, Erick. Lagi-lagi, lelaki itu mengganggu paginya yang cerah. Ia menjawab panggilan itu dengan satu klik.
••••
"Gak, usah, nolak!
Lo lagi sakit! Gue jemput.""Makasih, gue bareng Cia."
''''
Detik itu, Lyla langsung memutus panggilannya. Ada-ada aja manusia satu ni. Kenapa peduli banget? Emang boleh se-peduli ini? Padahal kemarin udah jelas kalau Mas Adam gue terima. Rick, lo nggak berharap sama gue, kan? batinnya termenung sembari berpikir.Kemudian, Lyla beralih menghampiri Cia untuk meminta tolong padanya agar mau mengantar dirinya ke kampus, tetapi tak disangka, Cia menolak hingga terjadi cekcok di antara keduanya selama beberapa menit. Cia yang peduli akan kondisi Lyla tak mau jika gadis itu memaksa karena kondisinya yang baru saja pulih. Akan tetapi, Cia kalah telak ketika Lyla mengatakan ada ujian hari ini. Jelas, hal itu tak bisa ditunda.
Keduanya pun bersiap. Lyla menggunakan hoodie berwarna cokelat, beserta totebag yang digantungkan pada pundak kanannya. "Ayo, Ci."
"Udah siap?"Lyla mengangguk. "Ayo berangkat, cepetan," titahnya membuat Cia tergesa menuruni anak tangga untuk mengambil motor di bawah parkiran kosnya.
×××❤️×××
Setibanya di sana, pandangan Lyla langsung disuguhkan oleh laki-laki yang sudah tak asing dalam pengelihatannya, Erick. Cia pamit lebih dulu meninggalkan Lyla juga Erick yang tengah berjalan menghampirinya.
"Hi!" sapanya yang langsung meletakkan punggung tangannya ke kening Lyla. "Oh, udah kaga panas," tuturnya menurunkan tangan kembali.
"Paan, sih, lu. Eh, gimana soal UAS kemaren menurut lo, Rick? Lo, kan, rajanya Statistika, tuh?"
"Yah ... lumayan, lah. Lo sendiri?" tanyanya. Lyla hanya menjentikkan jari pertanda mudah.
KAMU SEDANG MEMBACA
LOVE IS BURDEN [TERBIT]
Fanfiction[BELUM REVISI] Terlalu dalam menaruh rasa seringkali membuat kita lupa akan sebuah lara. Padahal kedua hal itu selalu mengikat satu sama lain. Kalyla selalu menganggap cinta adalah beban dan tak sedikit pun ia berminat untuk jatuh cinta. Beberapa ka...