Sore ini, Lyla yang tengah bersantai sembari mendengarkan musik dan membaca buku di dalam kamar, dikejutkan oleh satu notifikasi pesan yang muncul dari ponselnya. Ia sudah menduga jika pesan itu berasal dari Adam, karena suara notifikasinya yang berbeda dari yang lain. Ya, Lyla memang meng-custom suara notifikasi pesan dari Adam.
Gadis itu tercengang selama beberapa detik, lalu melempar bukunya secara sembarang. Ia kebingungan harus menjawab apa. Lyla menarik napas dalam-dalam seraya memejamkan mata, kemudian membuang napa perlahan dan mulai menjernihkan pikirannya.
"Oke, Lyla. Tenang," ucapnya menenangkan diri sendiri.
Dia mulai membuka matanya lebar-lebar dan membalas ajakan dari lelakinya kala itu. Sebisa mungkin dia berusaha untuk berdamai dengan dirinya sendiri agar mau memaafkan Adam dan melupakan kejadian-kejadian di masa kemarin.
Melihat jawaban Adam, Lyla pun segera bangkit dari tempat tidurnya dan mulai bersiap-siap untuk menuju apartemen lelaki tersebut.
Dia menggunakan gaun berwarna merah muda di atas lutut dan bagian dada yang sedikit terbuka. Setelahnya, membuat poni yang dibelah dua, lalu dibiarkan rambut itu tergerai rapi. Salah satu sisi rambut Lyla diarahkan ke belakang, satunya tetap berada di depan, memperlihatkan setengah leher jenjangnya.
Lyla terlihat begitu cantik dan anggun saat ini. Ia menghadap cermin untuk memakai sedikit lipstik agar tidak terlihat pucat, lalu memakai wewangian tipis dan mengambil sebuah tas yang digantungkan pada salah satu bahunya.
Selang beberapa menit selepas persiapannya, suara klakson juga deruman mobil terdengar khas di telinga Lyla, membuatnya mengintip dari bilik jendela. Lalu, tak lama setelahnya dering ponsel mengejutkannya. Nama Adam terpampang di sana. Dia menolak panggilan tersebut.
Gadis itu yakin jika mobil tadi adalah milik Adam. Sesegera mungkin ia keluar dari dalam kosnya dan melangkah menuruni anak tangga dengan cepat hingga menuju depan mobilnya.
Senyum Lyla yang manis tersungging tatkala Adam membuka setengah kaca mobilnya. "Masuk, Sayang," titahnya membuat Lyla mengangguk paham, menuruti instruksi sang lawan bicara.
KAMU SEDANG MEMBACA
LOVE IS BURDEN [TERBIT]
Fanfiction[BELUM REVISI] Terlalu dalam menaruh rasa seringkali membuat kita lupa akan sebuah lara. Padahal kedua hal itu selalu mengikat satu sama lain. Kalyla selalu menganggap cinta adalah beban dan tak sedikit pun ia berminat untuk jatuh cinta. Beberapa ka...