"Ya Allah, kenapa Faye masih aja kesulitan buat tidur, sih?"
Faye membolak-balikkan dirinya di atas kasur dengan gerakan rusuh. Seluruh detail tubuhnya kini menyerukan satu makna; resah.
Akibat pertanyaan Ray di penghujung telepon pada tiga Sabtu yang lalu, dampak yang harus diterimanya ibarat racun yang menggerogoti tubuh langsing Faye secara perlahan.
"Kenapa juga masih kepikiran soal pertanyaan dari Mas Ray waktu itu, sih?"
Bukannya Faye terlalu percaya diri atau berpikir kejauhan. Hanya saja, instingnya sebagai seorang perempuan yang masih menyandang status sebagai remaja, jelas ia paham betul ke mana arah pertanyaan yang dilontarkan Ray secara tersirat tersebut. Apalagi, belakangan ini Ray juga makin rajin menghubunginya.
Seumur hidup, gadis yang rambutnya baru saja dipotong jadi pendek sebahu tadi siang itu belum pernah merasakan yang namanya pacaran. Bahkan kata itu nyaris tidak pernah ada di dalam kamusnya. Sejak kecil, Faye sudah dididik dengan balutan agama yang sangat kental. Jadi, tidak heran, jika ia akan menghindar ketika topik seputar obrolan mengenai kata kerja yang tidak memiliki keabsahan baik di mata hukum maupun agama itu mulai tercetus.
Tetapi, apa Faye pernah jatuh cinta?
Ia tidak yakin apakah yang pernah dirasakannya dulu untuk salah satu kakak kelasnya di SMA-Ringga, yang juga masuk ke dalam tim OSN-bisa disebut sebagai perasaan cinta.
Faye berdebar saat ada di dekat pemuda itu? Iya. Faye kerap salah tingkah saat Ringga memberinya perhatian khusus selama masa pelatihan? Iya. Ingin selalu mengetahui kabar dan mendengar suara dari pemuda itu setiap saat? Iya juga. Tapi, apakah Faye ingin melewati batas samar yang memisahkan antara kedekatan sebagai seorang teman atau bukan bersama Ringga? Dengan pasti, ia akan menjawab tidak.
Faye cukup tahu diri. Di mata Tuhan-nya, perbuatan semacam pacaran adalah hal yang sangat dilarang. Bisa menimbulkan fitnah. Faye tidak mau mendekati dosa seperti itu, mengingat sikapnya selama ini kepada keluarga yang terkadang menyebalkan saja sudah bisa dianggap sebagai dosa kecil. Ia tidak sanggup jika harus memiliki dosa-dosa lain yang mungkin akan sulit untuk dimaafkan oleh Sang Pemilik Hidup yang sesungguhnya.
"Ngomong-ngomong, Kak Ringga gimana kabarnya, ya? Sejak dia lulus, lost contact," celetuk Faye tanpa sadar. Memikirkan pertanyaan Ray yang cukup menguras tenaga tersebut secara tidak langsung mengingatkannya kepada Dzaka Deringga Kala Maheswara.
Sekali lagi Faye berganti posisi menjadi telentang. Selimutnya ditarik hingga sebatas dada, sambil sesekali menghembuskan nafas keras-keras, dengan harapan rasa gelisahnya ini bisa segera pudar.
Baru saja Faye memejamkan mata, sering notifikasi pesan berbunyi sebanyak dua kali. Mau tidak mau, Faye meraihnya, untuk melihat Siapakah yang mengiriminya pesan di jam dua pagi begini.
Rupanya, ada dua pesan dari orang yang berbeda. Satu dari Ray yang mengingatkannya untuk mengambil tahajud, sementara satu lagi dari... Fiore, teman sebangkunya selama SMA.
Fiore Btarisma
Fayyeee ayangkuuhh!
Kamu masih di Cambridge kan, sekarang?Lafayette YS.
Kamu ngomong apa, sih, Fi?
Jelaslah Fay masih di Cambridge.
Kan masih kuliahhhh?Fiore Btarisma
Hehe soriiii, Ayangiiie!
Kan, ya mau make sure aja gitu
Siapa tahu kamu udah cabut dari sana terus pindah ke Harvard, kan? Wkwk.Lafayetta YS.
Ngacomu emang nggak ada obat, Fi.Fiore Btarisma
Hehe, Fiore gitu, lho~
(sticker)Lafayetta YS.
Jadi, ada apa?
Tumbenan ngechat pagi buta?Fiore Btarisma
Pagi buta gundulmu!
Udah siang iki, Mbak Fayeee.
Wis panas kentang-kentang gini, kok.Lafayetta YS.
Hmm... Kamu di Semarang,
Fay di Cambridge.
Beda waktunya 7 jam.
Coba tebak, apakah di Cambridge sekarang juga lagi panas kentang-kentang, Fiore Btarisma?Jeda kurang lebih dua menit tanpa balasan, membuat Faye berasumsi bahwa Fiore kini tengah menghitung perbedaan waktu yang kami alami. Teman yang sudah dianggap seperti saudara itu, tipe anak yang ceria, mudah bergaul, lumayan pintar, tapi satu-satunya kekurangan yg dimiliki adalah mudah melupakan sesuatu bahkan belum genap lima menit dibicarakan. Contohnya seperti barusan.
Fiore Btarisma
Ealah, Faaayyy.
Sori banget yoo, aku lupaa.
Sumpah he, di otakku sekarang tuh kayak, ya satu bumi ini jalan jamnya barengan :'(Lafayetta YS.
Untung aku udah tau siapa kamu, Fi.
Nah, betewe, ada apa?
Kalau nggak ada yang penting banget, aku mau tahajud dulu.Fiore Btarisma
Ada!
Tentang Mas Ringga!
Masih ingat, kan?Oh? Kakak kelas yang satu itu? Kenapa tiba-tiba Fiore membahas ya?
Lafayetta YS.
Iya, ingat. Kenapa?Fiore Btarisma
Kamu udah ketemu dia lagi belum?Lafayetta YS.
Fi, pikunmu kambuh lagi?Fiore Btarisma
Enggak, enggak.
Serius ini.
Mas Ringga juga lagi di Inggris sekarang. Kuliah S2.Lafayetta YS.
Tau dari mana?Fiore Btarisma
Instagram.
Kemarin follow request-ku baru di-acc sama dia, Fay. Padahal kirim requestnya udah setahun lalu.Faye terdiam. Kedua netranya terpaku pada pesan-pesan Fiore yang cukup menohok. "Mas Ringga di Inggris?" tanyanya pada keheningan malam. Spontan, tangannya menyingkap tirai jendela. Faye memandang langit dengan pikiran campur aduk. Tidak bisa dideskripsikan dengan kata-kata. Ia hanya... bingung dengan bagaimana sistem semesta bekerja, yang kadang memberi sedikit kejutan tidak terduga dalam setiap halaman hidupnya.
"Kenapa kamu jadi kepikiran, sih, Fay? Mau Mas Ringga di Inggris atau mana aja kan, enggak ada urusannya sama kamu?" peringat Faye pada diri sendiri, seraya menarik lagi tirainya hingga menghalangi pemandangan luar.
Fiore Btarisma
Siapa tahu kamu ketemu dia, kan, Fay.
Wish you all the best kalau kalian sampai ketemu lagi. Hehe.
Dah ah, buruan tahajud sana.
Terus bobo lagi.
Maap yaaa, Fayechu yang gemoy, udah gangguin kamu malam-malam.
Sleep well!Barisan pesan panjang tersebut menjadi akhir rangkaian perbincangan, yang mana tidak Faye balas lagi. Ia terlalu bingunh, tidak tahu harus merespons apa. Jadi, Satu-satunya langkah yang akan ia ambil sekarang adalah pergi tahajud, kemudian kembali mencoba untuk terlelap.
-To be continued.
Malang, 4 April 2023
15.29 WIB
All Rights Reserved
Pialoey 💙
KAMU SEDANG MEMBACA
MADELEINES
RomanceMenjadi anak perempuan terakhir dari seorang pemuka agama yang memiliki pesantren dengan reputasi terbaik di seluruh penjuru negeri tidaklah mudah. Faye, harus menghadapi berbagai aturan dan tradisi yang kadang-kadang membuatnya sulit untuk bergerak...