"Mas Ringga juga lagi di Inggris sekarang. Kuliah S2.""Siapa tahu kamu ketemu dia, kan, Fay. Wish you all the best kalau kalian sampai ketemu lagi. Hehe. "
Dua kalimat yang pernah Faye highlight dari chat panjang Fiore kapan hari kembali terngiang. Ia tidak menyangka, candaan sahabatnya soal pertemuan kembali dengan Dzaka Deringga yang dianggap tidak mungkin terjadi itu justru kini sedang terlaksana nyata.
Di depan mata Faye, tengah berdiri sosok setinggi 177 senti, dengan sweater cokelat yang melindungi tubuh dari udara dingin, serta rambut pendek yang ditata gaya koma. Penampilan yang agak jauh dari Ringga yang pernah Faye kenal.
Dulu, semasa sekolah, Ringga terkenal anti dengan yang namanya rambut panjang. Ketika batang-batang rambutnya sudah memanjang sekitar dua senti saja, dia sudah gatal ingin segera memangkasnya jadi lebih pendek. Tetapi kini, apa yang Faye lihat justru sebaliknya. Mantan seniornya di sekolah itu, tampak memelihara rambutnya lebih panjang dan diwarnai dengan cokelat yang lebih terang dari busananya.
"Mas Ringga? Masya Allah, gaya Mas sekarang beda banget lho, sama dulu. Fay hampir enggak ngenalin Mas Ringga. Apa kabar?" sapa Faye sedikit basa-basi. Sejujurnya, ia kikuk. Merasa aneh dengan situasi saat ini. Momennya sungguh tidak pas.
"Alhamdulillah, baik, Fay. Eh, tapi kamu kok di sini? Lagi liburan?"
"O-oh, enggak, Mas. Fay kuliah. Masih tahun pertama."
"Oh, ya? Lho, bukannya Abi enggak setuju kamu kuliah jauh, Fay? Gimana cerita nya kamu bisa sampai di sini? Dan lagi, kamu kuliah di mana? Jurusan apa?"
Sederet pertanyaan yang terdengar seperti sudah disusun sebelumnya itu mau tak mau membuat Faye jadi menjawabnya satu per satu. Bahkan tanpa sadar, Faye mempersilahkan figur kakak kelas panutannya tersebut untuk bergabung di meja yang ia dan Ray tempati.
"Uhuk!"
Aksi batuk sederhana Ray terbukti ampuh untuk mendapatkan atensi dari seorang Lafayetta. Nyatanya, kini gadis itu mulai sadar pada situasi, di mana ini tidaklah sendiri. Ada Ray, yang sudah ia abaikan selama beberapa menit untuk meladeni pertemuan tak terduganya dengan Ringga.
"Mas Ray enggak apa-apa?" Tangan Faye tergerak untuk mendorong gelas Ray mendekati sang empu. "Minum dulu, Mas," katanya.
Melihat hal itu, membuat sosok Ringga bertanya gamblang, "ini siapa, Fay? Suami kamu?"
Ray yang sedang meminum Blueberry Burst-nya pun tersedak. Pertanyaan ngawur yang sarat akan dia tersebut, bagaimana bisa diucapkan secara blak-blakan seperti itu? Oleh seorang lelaki pula.
Di samping itu, pipi Faye kian terasa panas. Tidak tahu apa penyebabnya. Apakah AC di ruangan ini dipadamkan?
"Bukan, Mas Ring."
KAMU SEDANG MEMBACA
MADELEINES
RomanceMenjadi anak perempuan terakhir dari seorang pemuka agama yang memiliki pesantren dengan reputasi terbaik di seluruh penjuru negeri tidaklah mudah. Faye, harus menghadapi berbagai aturan dan tradisi yang kadang-kadang membuatnya sulit untuk bergerak...