20. Starting to become a VLOGger

27 3 0
                                    

"So, great!! Menu sarapan buatanmu adalah yang terbaik, Laf! Mengapa kamu tidak  mencoba untuk membuat video VLOG bertema what I eat in a day saja, dan mengunggahnya di Youtube?"

Cuitan gembira dari Danielle membuat Faye geleng-geleng kepala. Sahabat baru yang dikenalnya sejak menginjak Cambridge Uni tersebut selalu unik saat melemparkan komentar ataupun ide. Seperti yang barusan. Bisa-bisanya Dani mengusulkan dirinya untuk mulai memproduksi video yang bisa dikonsumsi oleh khalayak ramai.

"Tidak, Dani. Aku sudah cukup kewalahan dengan jadwal kelas dan tugas-tugasku. Rasanya, aku tidak akan sanggup menyisihkan waktu untuk membuat video seperti itu."

"Why not, Laf? Kurasa itu akan menyenangkan. Kalau kamu merasa keberatan untuk memproduksi secara keseluruhan, aku bisa mengambil bagian untuk mengedit video dan kamu tinggal mengunggahnya saja. Kamu tahu, aku cukup percaya diri dengan kemampuan editing yang kumiliki."

Danielle, entah mengapa pagi ini terlihat bersemangat sekali. Bahkan perhatiannya kini tersita sepenuhnya pada topik yang sedang ia giring, sementara makanannya dibiarkan begitu saja.

"Aku tahu itu, Dani. Aku tidak meragukanmu sama sekali, hanya saja... aku merasa tidak cocok di bidang itu. Aku tidak percaya diri jika harus meliput keseharianku dengan kamera setiap saat," elak Faye secara halus. Ia berharap, Dani bisa menghentikan topik ini dengan segera tanpa harus Faye menyinggung perasaannya.

Tapi, Danielle adalah Danielle. Gadis itu tidak mengenal istirahat menyerah untuk suatu hal yang menarik seratus satu persen perhatiannya.

"Tidak harus menunjukkan wajah, Laf. Kamu bisa hanya merekam makanan dan minumannya saja. Tidak perlu menjelaskan secara lisan, cukup tuliskan subtitel saja pemikiranmu tentang makanan-makanan tersebut. Bagaimana? Kamu mau coba?"

Rasanya, Faye tidak bisa bergerak. Inilah yang akan ia dapati ketika berhadapan dengan Danielle dan sejuta ide nyelenehnya. Baru saja Faye hendak menelurkan jurus-jurus mengelak lainnya, Tiba-tiba ia dikejutkan dengan suara Ray yang terdengar dekat, namun sedikit menggema.

"Just do it, Fay. Enggak ada salahnya kan, buat mencoba?"

Ternyata, Danielle diam-diam menghubungi Ray lewat ponsel Faye yang memang tidak dikunci dengan kode sandi. Begitu saja, gadis itu mengadu pada pateu-nya. Memang tidak ada yang bisa menebak setiap tindakan Dani yang kadang bergerak sesuka hati itu.

"Aku enggak pede, Mas. Lagian, nggak ada waktu juga buat rekaman dan editing. Jadwalku padat minggu-minggu ini," elak Faye dengan tegas.

Lagi-lagi Lafayetta melontarkan harap semoga Ray peka dengan maksudnya kini, yang sayangnya, kembali menghadirkan kecewa di hati untuk ke sekian kali.

"Aku dan Danielle siap bantuin, kok, Fay. Aku bisa bantu record-in, dan Danielle yang ngedit. Gimana? Mau coba?"

"Kamu tahu, Laf, jika beruntung, kamu bisa mendapatkan penghasilan dari sana!" Danielle mengompori Faye dengan kekuatan ekstra. Faue jadi bingung sendiri, harus menjawab seperti apa.

Kalau boleh jujur, Faye sudah tumbuh di lingkungan keluarga yang cukup berada sejak kecil. Secara finansial, bisa dibilang ia tidak kekurangan sama sekali. Hanya saja, setiap memikirkan berapa menyenangkannya jika ia bisa segera memiliki penghasilan sendiri, bukankah itu jauh lebih menyenangkan?

"Jadi, apa jawabanmu!?" tanya Ray sekali lagi.

"Ya, gimana.... ya, Mas? Apa yang bisa Faye lakuin kalau Mas Ray sama Danielle bersekutu kayak sekarang? Nothing."

Saat itu juga, Danielle bersorak gembira. Bahkan ia melakukan selebrasi karena berhasil mendukung Faye agar mau melakukan hal baru, dengan cara melompat-lompat tak tentu arah. "You're choosing thé great way, My Laf! Uhuuuw, I love you!!"

Faye hanya mengembusksn nafas pasrah. Ya uwis lah ya, suka-suka mereka aja.

Tanpa perlu menunggu waktu lama, kali ini juga Ray bergegas mendatangi asrama di mana Faye dan Danielle berada. Mereka sepakat untuk melakukan proses perekaman di ruang makan bagian depan saja, yang dekat dengan pintu menuju luar.

"Siap, Fay?"

"Bentar, bentar, Mas. Jadi, ini aku cuma perlu ngeracik-racik, nyusun makanannya, terus makan sendiri gitu?"

Ray mengangguk. "Kita kan, enggak bener-bener lagi mau bikin fullvlog, Fay. Jadi, segitu aja udah aman menurutku."

Faye mengangguk saja. Menurut pada arahan sang produser dan asistennya, yang mengarahkan untuk melakukan berbagai pose. Setiap berganti menu, tangan cantik Faye juga melakukan pose yang menarik. Seakan sudah ditaksirnya untuk menjadi silent vlogger.

"Bagus, Fay. Good job. Kalau kayak gini terus sih, aku yakin nggak sampai seminggu pasca upload penontonnya bisa mencapai ratusan ribu." Ray tampak antusias sekarang. Bahkan melebih rasa antusiasme yang Danielle miliki.

"Mas Ray lebay, deh. Enggak mungkin ah, bisa sampai segitu."

"Mau taruhan?"

"Astaghfirullah, Mas. Taruhan itu nggak bener, tahu. Dosa," peringat Faye pada Ray, yang sebenarnya hanya bergurau saja.

"Ya, aku juga nggak serius kayak gitu sih, Fay. Kan, ini cuma trik penyemangat aja biar kamu bisa percaya sama diri sendiri. Kalau optimis, Insya Allah terkabul, kan?"

Oke. Saatnya Faye tutup mulut. Apalagi melihat hasil editan Danielle—yang tidak membutuhkan waktu sampai berjam-jam—yang luar biasa. Keren sekali.

"Video berhasil diunggah. Selamat, Fay. Kamu resmi jadi video creator sekarang," puji Ray dan Danielle bersamaan. Faye sendiri merasa cukup lega, tapi ada rasa senang juga. Dalam hati ia bertanya-tanya. Pengalaman baru ini, apakah yakin bisa ia tekuni sampai beberapa waktu ke depan?

 Pengalaman baru ini, apakah yakin bisa ia tekuni sampai beberapa waktu ke depan?

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


















- To be Continued.

Malang, 14 April 2023
23.46 WIB
All Rights Reserved
Pialoey 💙

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Apr 14, 2023 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

MADELEINESTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang