Pagi ini Divan sedang sibuk mencari penutup tanda kemerahan di lehernya. Sambil terus mencari Divan tak henti henti memaki maki Hino dalam hati karena sudah membuatnya seperti ini.
Divan membuka laci meja belajarnya saat membuka laci tersebut di sana terdapat plester yang mungkin sedikit bisa menutupi tanda sialan itu.
Divan memasang plester tersebut di area yang mungkin sangat mencolok dan akan terlihat mencurigakan.
Divan tipe cowo yang berangkat dengan seragam apa adanya tidak suka memakai sejenis jaket, Hoodie dan lain lain yang menutupi seragam sekolah kebanggaannya. Bagaimana tidak sekolah itu sudah menjadi impiannya sejak kecil dan akhirnya terwujud.
Tapi kali ini Divan memakai hoodie lalu menutupi kepalanya dengan tudung Hoodie tersebut, mengambil tas sekolahnya lalu melihat handphone yang di pegannya, sudah ada beberapa pesan yang masuk terutama Hino.
Divan membuka isi pesan dari Hino.
Hilmino Adresa Gibran:
Gue udah di depan rumah LoDivan langsung bergegas turun menemui Hino yang berada sudah menunggunya di depan rumahnya.
Divan melihat Hino sudah siap dengan motor sport nya dengan helm full face miliknya.
Divan menghampiri Hino dengan muka yang tak kalah datar dari Hino. Seperti tidak ada niatan Divan untuk bertemu dengannya kali ini.
"Tumben pake Hoodie?" Tanya Hino mencoba menelusuri apa yang salah.
"Lagi pengen" ucap Divan cuek tak tahu saja ia seperti ini karenanya.
"Yaudah, berangkat" pinta Divan yang langsung di angguki oleh Hino.
Sesampainya mereka di sekolah mereka berpencar agar tak terlihat mencurigakan, di parkiran tadi mereka juga langsung turun dari motor Hino lalu pergi berjalan menuju kelas dengan jalan yang berbeda.
Sesampainya Divan di kelas ternyata sudah ada Hino yang sudah duduk di tempat duduknya sambil bermain handphone.
Divan berjalan ke arah tempat duduknya melihat pandangan teman temannya tertuju ke arahnya menatapnya penuh interogasi.
"Kenapa Lo pake Hoodie ini bukan Lo yang biasanya" ucap Nesa menunjuk Divan.
"Iya tumben, meskipun ok sakit juga jarang tuh bahkan ga pernah pake jaket dan lainnya" ucap Lily.
"Lagi pengen, udah lah gausah di permasalahin" ucap Divan duduk di tempat duduknya.
"Jelas ini masalah jarang jarang lo kaya gini, ada masalah? Kalo ada ngomong aja kita ga ngelarang Lo buat curhat kok" ucap Nidya.
"Gapapa, udahlah" ucap Divan mulai tak suka karena teman temannya itu terus bertanya.
"Buka Van, ini udah di sekolah" ucap Rara menyuruh Divan membuka hoodienya.
"Nggak deh gue kedinginan" bohong Divan.
"Gausah boong, buka cepet atau gue bukain" ucap Lily.
"Nggak ah males" ucap Divan.
"Oke guys kita buka bareng bareng" teriak Nidya pada teman temannya itu.
"Eh oke iya iya gue bisa sendiri"
"Gitu dong" ucap Nesa.
Divan mau tak mau harus membuka hoodienya tak bisa lagi menyembunyikan lehernya.
Setelah Divan sukses melepas Hoodienya teman temannya pun tercengang.
"Van kenapa leher Lo plesteran!!!" Teriak Nesa histeris. Satu kelas yang mendengar itu langsung menoleh ke arah Divan dan Nesa termasuk Hino. Menjadikan Divan pusat perhatian
KAMU SEDANG MEMBACA
My Love Is You (B×B)
Teen FictionDivan Aires Saputra laki laki yang berparas cantik, lucu, dan manis tapi tidak dengan otak dan kelakuannya. Hilmino Adresa Gibran, laki laki yang tidak irit bicara tapi juga tidak banyak bicara. Berpenampilan seperti Laki laki pada umumnya hanya s...