Jeevans terpana ketika ia melihat Marco menari dibawah sinar senja hari itu. Ia bersama Navins menyukai Marco tanpa saling tau, Jeevans yang mengerti kekurangannya lantas diam sedangkan Navins menarik atensi Marco lagi dan lagi, sampai purnama lalu pesta dansa dilakukan.
Navins menari ditengah kerumunan, nampak cantik dengan pakaian berwarna perak senada dengan surainya. Awalnya ia sadar Marco memperhatikannya, namun ketika laki-laki itu maju dan memeluk pinggang Navins, kepercayaannya terasa hancur berkeping-keping.
Sudah hampir 6 bulan berlalu dan Jeevans masih menyimpan rasa yang sama pada Marco. Sesekali pemuda itu memang menyapanya, namun itu seperti sebuah formalitas. Jeevans sebenarnya tidak ingin membenci adiknya jika saja malam itu Marco tidak berdansa dengannya.
"Tuan, psst Jeev ini aku ravin. Bukakan jendelanya."
Jeevans beranjak dan membuka jendela untuk temannya, Ravin. Satu-satunya white swan yang berteman dengannya sejak ia masih belia. "Bagaimana sayapmu?" Jeevans membalikannya badan dan Ravin membulatkan matanya.
"Tidak mungkin..."
Jeevans kembali menutupi tubuhnya dengan kemeja hitam, ia menunduk. Ravin mengusap tangannya. "Aku takut sekali, bagaimana jika mereka membenciku rav?" namun ravin hanya tersenyum "Kau harus menjadi jahat untuk melindungi dirimu Jeev, mengerti? Aku tidak bisa mengunjungimu setiap saat tolong kaga kesehatanmu."
Ravin kembali mengusap punggung Jeevans dan mengambil salah satu bulu yang jatuh diatas lantai. "Tidak ada ampun bagi mereka yang merendahkanmu Jeev" Ucapan Ravin membuat Jeevans menatapnya gusar, bagaimana ia harus melakukan hal sekeji itu pada keluarganya.
"Aku tidak bisa percaya siapapun disini jeev, termasuk marco. Jika kamu masih mencintainya maka singkirkan navins." Jeevans terkejut dengan perkataan Ravin
"tidak, dia saudaraku bagaimana bisa aku harus mem-"
"Saudara yang merebut pujaan hari kembarannya sendiri? Yang merebut atensi orang-orang darimu? Yang mendapatkan segalanya karna ia white swan sempurna? JANGAN BODOH!!"
Jeevans merenung kala Ravin beranjak dari kamar tidurnya. Ia kemudian tersenyum, Ravin benar ia harus melindungi dirinya sendiri mulai sekarang.
Paginya seperti biasa pukul 3 dini hari ia menari di dekat kolam, sinar bulan masih menyinari elok sosoknya dalam balutan pakaian hitam. Jeevans sadar ada yang memperhatikannya namun ia tetap melanjutkan kegiatannya. Ia membuka mata dan tersenyum kearah seorang pemuda yang kian lekat menatapnya.
Badannya meliuk-liuk pelan dengan senyuman indah terpatri di bibirnya. Sosok pemuda itu terdiam kala iris kemerahan itu seakan menariknya mendekat. Jeevans masih berputar bak penari balet handal ia mendekati pemuda tadi, mengusap bahu itu lembut sebelum beranjak mundur dan kembali tersenyum.
Marco, pemuda itu terpaku. Sosok dihadapannya bukanlah Jeevans yang ia kenal. Perawakannya nampak lebih indah dengan surai hitam kelam, senyuman manis bak bulat sabit itu menghipnotisnya. Marco mendekat dan merengkuh tubuh Jeevans, pemuda manis itu membalas pelukan Marco dan menatap kearah pintu castil dimana Navins berdiri disana.
Tatapan setajam itu membuat Navins kian tak mengerti apa yang terjadi pada saudara kembarnya itu. Tatapan dari iris merah itu seakan membencinya, ingin menghancurkannya dan penuh rasa kecewa yang mendalam.
Navins tak tau, ia hanya mencintai Marco seperti apa adanya. Kenapa sang kakak sangat membencinya, sebesar apa cinta Jeevans pada tunangannya itu? Jika iya Navins harus mencarikan calon pasangan baru untuk sang kembaran. Ia tidak ingin Marconya diambil, ia tidak akan pernah sudi.
"Meskipun aku membunuhmu karna itu Navins?"
Suara itu terdengar berbisik kala Jeevans berjalan menjauh meninggalkan Marco yang masih terdiam di dekat kolam.
To be continue
![](https://img.wattpad.com/cover/338615628-288-k600862.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
The black swan ; markno
FanfictionThe Black Swan story of Markno Slight Markmin. Kapan terakhir kali jeevans tersenyum selebar ini? mungkin sudah sangat lama. Ketukan sepatu ber hak 3 centi itu menggema di lantai altar, ia hanya mengenakan setelah jas berwarna hitam pekat dan tersen...