Hari kedua dimana orang tua Marco berkunjung ke kastil membuat Navins sibuk merias diri untuk menarik perhatian kedua orang tua tunangannya itu. Sarapan pagi dimana ada Jeevans disana membuat Navins terkejut bukan main, duduk disisian King Soul yang harusnya diduduki Marco. Namun anehnya Marco justru duduk di sisi lain ibunya, bersebelahan dengan Maya adiknya.
"Ah, Navins sudah datang. Duduklah ayo kita mulai sarapannya." July tersenyum dan tetap melayani sang calon menantu. Tidak nampak benci dan memberikan tatapan mengintimidasi, kedua orang tua Marco seakan-akan menyatukan suasana keluarga dengan Jeevans ditengah-tengah mereka.
"Oh iya bagaimana kabar mu je? Ibu dengar beberapa hari ini kamu sering keluar kastil?" Jeevans dan Navins serentak menengok kearah July. Wanita itu tersenyum dan Jeevans ikut tersenyum melihatnya "Hanya berjalan-jalan sebentar bu, tidak melakukan hal lainnya. Lagipula di kastil sangat sibuk jadi daripada mengganggu aku keluar saja."
"Sejak kapan kau memanggil ibunda ratu dengan ibu? Tidak sopan." Navins berkata sarkas saat Jeevans hendak menyuapkan daging kedalam mulutnya. Gerakan terhenti itu tertangkap mata Soul, lalu lelaki paruh baya itu tersenyum pada Navins "Tidak masalah, dia juga saudaramu. Apa tidak boleh dia memanggil kami ayah dan ibu juga sepertimu?"
Navins terdiam, teguran itu memang tidak seberapa daripada kemarahan Marco semalam. Tapi senyuman itu terasa menusuk untuknya, kenapa seakan-akan ia bukan menantu dari keluarga Soul? Melainkan Jeevans yang ada di posisi itu. "Maaf ayah, aku ada jadwal berburu hari ini. Izin untuk meninggalkan sarapan, permisi." Jeevans beranjak dan meninggalkan ruangan.
Maya, gadis kecil itu sejak pagi memang rapi dengan pakaian berkudanya. Meskipun berusia 8 tahun ia sudah bisa menaiki kudanya sendiri sehingga ia bisa berburu bersama sang ayah. "Aku akan kembali bersama kak je, ayah dan ibu tidak mau ikut?" Soul sebagai sang ayah menggeleng "Ayah akan menyusul, tolong beritahu beberapa pengawal untuk mengikutimu, mengerti?"
Gadis itu mengangguk dan berlari keluar ruangan. Menyisakan Marco, Navins dan kedua orang tuanya. Suasana menjadi sangat canggung, Navins tak ingin angkat suara. Ia ingin ditanya juga maka dari itu ia memilih diam dan memeluk lengan Marco. Sedangkan sang ayah memilih menikmati makanannya dalam diam.
"A-ayah.." Soul mendongak kala Navins memanggilnya, pemuda itu nampak menggigit bibirnya kecil sebelum mengutarakan apa yang ia tahan sebelumnya. "bolehkah aku meminta tolong? Jeevans cukup menggangguku akhir akhir ini, bisakah ayah membawanya ke tempat pelatihan?" Soul nampak terkejut awalnya, namun July justru tersenyum kearah Navins.
"Dia mengganggumu sayang? apa ibu harus membawanya ke camp saja? tentu ibu akan membantumu. Tapi ingat tanpa Jeevans kamu bisa mengurus wilayah dengan baik?" Navins mengangguk semangat. Dengan begini keuntungannya akan berlipat ganda, Jeevans akan hidup bersama Soul dan Navins pasti akan memperbaiki keuangan wilayah beberapa bulan kedepan.
KAMU SEDANG MEMBACA
The black swan ; markno
FanfictionThe Black Swan story of Markno Slight Markmin. Kapan terakhir kali jeevans tersenyum selebar ini? mungkin sudah sangat lama. Ketukan sepatu ber hak 3 centi itu menggema di lantai altar, ia hanya mengenakan setelah jas berwarna hitam pekat dan tersen...