Ketukan sepatu terdengar nyaring, beberapa orang menatap kearah pemuda berpakaian serba hitam itu. Hanya sebuah kemeja tipis dan celana bahan hitam membuatnya nampak menawan dibawah terpaan cahaya temaram lampu kastil.
"Buka pintunya, hari ini aku akan datang untuk makan malam."
Pintu terbuka, Jeevans memberikan senyum manisnya. Ia berjalan membuat suara langkah nyaring. Kedua orang tuanya terdiam kala Jeevans duduk di sisian sang ibu berhadapan dengan Navins didepannya. Ia masih tersenyum seperti ini adalah hal yang biasa.
"Kenapa? Seperti tidak menyangka aku akan ikut makan malam? Ayah?"
King jeff ayahnya tersentak, ia lantas menggeleng dan membalas senyuman putra pertamanya. Namun Navins terlihat begitu gusar, tangannya bergetar dan dahinya berkeringat. Jeevans menatapnya dan mengulurkan sebuah kain hitam.
"Seka keringatmu itu navins, kau harus terlihat cantik di depan marco bukan?" matanya bergulir menatap Marco yang terdiam. Lalu ia mengambil peralatan makannya
"Bukankah ini menjadi makan malam terbaik? Kita berkumpul setelah sekian lama haha~"
Ayahnya tertawa pelan diikuti sang ibu sedangkan Marco melirik kearah Navins yang menggegam erat lengannya. Marco hanya mengusap lengan itu dan menenangkannya. Jeevans melihatnya cukup muak tapi ia tidak mau bertindak gegabah.
Ia melanjutkan acara makan malamnya dengan tenang tidak mengindahkan aura suram yang menyebar. Sebenarnya kastil melarang siapapun menggunakan pakaian hitam karna dianggap menimbulkan bala, namun justru putra kerajaan itu sendiri yang menggunakannya.
Makan malam selesai dan Navins lekas beranjak serta membawa marco bersamanya. Jeevans terkekeh ketika melihat tingkah sang adik, hal itu membuat sang ayah nampak geram.
"Kenapa kau mengintimidasi adikmu seperti itu?! Ayah tidak mengaja-"
"Ayah memang tidak mengajariku, karna ayah mengajari bagaimana menjadi angsa yang baik pada Navins bukan?" Ia menyuapkan daging kedalam mulutnya "Dan, apapun yang Navins inginkan akan ayah perjuangkan. Termasuk marco bukan? Pada dasarnya disini siapa yang tidak memiliki otak?"
Sang ayah menggebrak meja membuat sang ibunda terdiam menatap putra pertamanya yang masih santai menghabiskan makanannya. "Kau pikir?! Kau pantas dengan marco melebihi adikmu itu? Dia lebih bisa dibanggakan!"
"Jeff sudah!!" Denting alat makan terhenti ketika Jeevans berdiri dan menunduk sopan. "Maaf jika putramu ini tak sesempurna navins ayah. Tapi setidaknya aku masih bisa berfikir untuk tidak merebut kebahagiaan orang lain seperti ayah."
Jeevans meninggalkan ruangan dengan cepat, ia membanting pintu kamarnya lantas kembali menangis dengan kencang. Ia benci semua orang, ia sangat membenci semua orang. Kenapa orang begitu egois dan menyulitkannya, mengapa ia merasa dunia sangat tidak adil rasanya.
Berbeda dengan kedua orang tua kedua putra manis itu. Ibunya terduduk dan kembali menangis, seperti sudah lama ia tak melihat Jeevans berada di antara meja makan dan sekarang suaminya membentak sang putra. "Jeff.. Sudah kukatakan jangan membedakan putramu..."
Sang kepala keluarga merasa tak terima dengan ucapan sang istri lantas berbalik. "KENAPA?! Kau merasa masalah dengan semua itu padahal memang putramu itu cacat?!"
"Jeff cukup! Dia putramu!"
Keributan membuat Marco yang sedang terdiam di ruang kerjanya hanya menghela nafas kasar. Apa kalau ia tidak berdansa dengan Navins malam itu sang ayah dari tunangannya itu tidak memaksakan hubungan keduanya dengan menyakiti Jeevans?
Ia mengakui ia salah membuat masalah semakin runyam, tapi ia hanya ingin lebih dekat pada pemuda angsa itu dengan cara apapun meskipun ia tau hal itu akan sangat menyakiti Jeevans.
To Be Continue
![](https://img.wattpad.com/cover/338615628-288-k600862.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
The black swan ; markno
FanfictionThe Black Swan story of Markno Slight Markmin. Kapan terakhir kali jeevans tersenyum selebar ini? mungkin sudah sangat lama. Ketukan sepatu ber hak 3 centi itu menggema di lantai altar, ia hanya mengenakan setelah jas berwarna hitam pekat dan tersen...