Hujan deras mendera kastil semalam tepat sebelum pernikahan. Jeevans terdiam di kamarnya, ia memandang pakaian yang akan ia kenakan untuk hari besar saudaranya esok. Ia menduga bahwa memang pakaian hitam dengan lengan lebar itulah yang akan ia pakai esok. tak ada warna putih bersih yang melambangkan keluarganya dalam pakaian itu.
Anehnya, ia juga menerima sebuah kain veil berwarna hitam. Kain yang harusnya tidak ada di pakaian yang ia dapat, Ravin tengah mewarnai surainya menjadi hitam pekat. ia tidak ingin menarik perhatian jika memiliki surai perak yang menyala. ia menatap kearah luar dimana hujan masih mengguyur deras kastil.
"Kenapa hujan sangat deras malam ini?" Tanyanya, namun teman baiknya itu justru tersenyum "Pertanda buruk, entahlah mungkin karma untuk Navins akan segera tiba." Jeevans kemudian mengusap kain veil yang ada dipangkuannya. Apa maksudnya?
Marco tak kalah bersalahnya dengan tubuh yang berdiri didepan balkon, mendengar gemuruh petir membuat hatinya tak nyaman. Navins berada disebelahnya, pemuda manis itu hanya menyesap secangkir teh hangat dan memandang kearah hamparan rumput luas.
"Masih memikirkan bagaimana aku kedepannya?" Marco tertawa lalu duduk disisian Navins "Haruskah aku berkata iya? bagaimana nantinya setelah pernikahan?" Marco menyesap teh hangatnya sembari membaca buku yang ia bawa dari dalam ruangannya. Navins hanya tertawa dan memukul pelan bahu Marco.
"Jangan khawatir itu tak akan lama, kau akan membantuku kan?" Marco mengangguk, pria itu masih sangat dingin padanya. Navins tersenyum, meskipun begitu rasa khawatir Marco membuatnya sangat bahagia. Kapan ia bisa mendapatkan perhatian sebesar itu sebelumnya? Selain dari Jeevans yang sangat menyayangi nya.
Ia sadar, sekuat apapun ia berusaha Marco tak akan pernah meliriknya. Maka ia akan melepaskan perlahan, mulai dari sekarang. Ia belajar untuk ikhlas setelah sekian lama ia tak pernah menanamkan apa yang Jeevans ajarkan padanya. Ia menggenggam tangan Marco dan tersenyum.
"Terimakasih..."
Hari itu tiba, hari pernikahan yang Navins harapkan akhirnya terlaksana. Ia berdiri didepan cermin dan tersenyum, Ravin ada disampingnya mengusap lengan pemuda itu dan tersenyum "Berbahagia lah.." Navins menggenggam tangan sahabat kakaknya itu dan memejamkan matanya.
King jeff menggandeng tangan putranya melewati jalan altar yang basah karena hujan semalam. Jeevans ada dibarisan belakang, kain veil hitam itu menutupi kepalanya. Ia menatap kearah depan dengan senyuman merekah di bibirnya, tidak ada tatapan penuh luka itu hari ini. Ravin mendudukan dirinya disamping Jeevans dan mengusap bahu sahabatnya itu.
"Genggam tangan pasanganmu dan ucapkan janji pernikahan kalian."
Navins lebih dulu mengucapkan janjinya dan tersenyum teduh kearah Marco yang menatapnya dengan tatapan dalam, sungguh... Tatapan itu membuatnya merasa begitu dicintai dan ia bersyukur setidaknya ia pernah melihatnya sekali sebelum...
"HENTIKAN PERNIKAHAN INI! tangkap pangeran Navins!"
....
KAMU SEDANG MEMBACA
The black swan ; markno
FanfictionThe Black Swan story of Markno Slight Markmin. Kapan terakhir kali jeevans tersenyum selebar ini? mungkin sudah sangat lama. Ketukan sepatu ber hak 3 centi itu menggema di lantai altar, ia hanya mengenakan setelah jas berwarna hitam pekat dan tersen...