Please Talk

1K 113 1
                                    

Jeevans berdiri disamping Maya yang tengah memperbaiki busur panahnya. Tatapannya terpaku pada hamparan rumput yang luas dihadapannya, jemarinya lemas dan penuh luka karna pelatihan hari ini. luka yang mungkin tak seberapa dibanding luka batin yang ia terima.

"Kudengar pernikahan kakak dipercepat."

Jeevans tersenyum lalu kembali menatap hamparan rerumputan serta terpaan angin sejuk yang membuatnya memejamkam mata. Air matanya sedikit demi sedikit menetes, bahkan Maya bisa melihatnya. Namun gadis itu hanya memberikan sapu tangan miliknya pada Jeevans.

"aku tidak paham kenapa kakak melakukan itu, hanya saja yang kuingat semalam ia bertengkar dengan kak Navins."

gadis kecil itu melanjutkan kegiatan memanahnya dan meninggalkan Jeevans yang masih terdiam di tempatnya. Soul melihat dari kejauhan bahwa anak yang ia anggap seperti putranya itu bersedih hanya bisa menghela nafas panjang.

Tidak ada yang berubah pada hari-hari setelahnya, hanya Jeevans yang menjadi lebih pendiam dari biasanya. Ia hanya terduduk di balkon kamarnya dengan secangkir teh hangat, hampir setiap hari begitu saja tanpa keluar dari kamarnya.

Jeevans bisa melihat rombongan Marco pulang bersama Navins. pemuda itu menatap kearah bawah dan menemukan Marco menatapnya dengan tatapan yang tidak bisa ia artikan. Navins pun hanya menunduk dalam dan berjalan menuju kastil dengan menggandeng tangan Marco.

Gelak tawa terdengar nyaring dari ruang makan, dimana nampak Navins tersenyum lebar disana. Jeevans hanya tersenyum simpul menikmati makanannya, Soul sang ayah yang duduk disisinya hanya menggenggam erat tangan sang putra dan mengusapnya perlahan. July sebagai seorang ibu bisa merasakan bagaimana dua aura terpancar dari si kembar itu, entah kenapa aura Navins hari ini sangat cerah dan putranya? nampak lebih redup dari biasanya.

Jeevans beranjak dari meja makan namun pergelangannya ditahan oleh Marco. Air matanya kembali menetes dan Marco menyadari itu, ia melepaskan tangannya dan Jeevans pergi dari sana tanpa sepatah kata. Navins menatap itu dalam diam, ia kembali menunduk dan menikmati makanannya. Maya yang ada di sebelah Marco hanya berbisik pelan.

"Dia sudah tau.. kak.."

Jeevans berlari, berusaha tak terlihat rapuh dan menangis dalam diam disamping danau. Tangisan pilu yang sama seperti yang soul dengar sebelum pertunangan Marco dan Navins. Nafas tercekat, matanya memerah bengkak dan air matanya yak henti menetes. yang pemuda itu tak sadar adalah kehadiran Navins disana.

Ia hanya berdiri disana, diam dan mendengar tangisan pilu Jeevans. Air matanya menetes seiring dengan hujan deras yang turun secara tiba-tiba mengguyur kastil. Maya dan Marco memilih untuk mendekat dan memberikan payung pada Navins.

Sedangkan Marco mendekat kearah Jeevans dan menutupi tubuhnya dengan jubah miliknya dan memeluk Jeevans erat kala pemuda itu menangis semakin kencang, Maya mengusap lengan Navins membuat pemuda bersurai pirang itu berjalan mengikutinya kedalam kastil meninggalkan Jeevans dan Marco disana.

The black swan ; markno Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang