"Eh?"
Itulah suara yang pertama dikeluarkan Eugeo begitu dia mendengar kalau Kirito bersedia untuk menceritakan lebih banyak tentang dirinya.
Itu... merupakan sesuatu yang tak terduga. Eugeo hanya bisa berkedip-kedip kaget. Dia tidak tahu harus menjawab bagaimana.
Lalu, ekspresi Kirito berubah, seakan dia telah menyadari sesuatu.
"... k-kedengarannya aneh banget, ya?"
Eugeo mengangguk pelan, ragu-ragu.
Kirito menggaruk-garuk kepalanya dengan ekspresi bermasalah. Nampaknya, Kirito telah mengatakan hal itu secara secara impulsif, tanpa keraguan sama sekali. Namun sekarang dia sadar akan konsekuensinya.
Kirito kemudian menghela nafas panjang, dan melihat ke arah Eugeo.
"Maksudku, sebagai teman, aku ingin menceritakan tentang diriku lebih banyak kepadamu, oke? Maksudku... bukan seperti apa yang kau pikirkan," ucap Kirito, dengan ekspresi penuh harap kalau Eugeo akan mempercayainya.
"Oh!" Eugeo berseru, "T-Tentu saja, aku paham! Aku... memang ingin menjadi lebih dekat denganmu, Kirito!"
Kirito membuang nafas dengan lega. "Aku juga, Eugeo."
"Jadi... apa yang ingin kamu ceritakan, Kirito?" tanya Eugeo, sedikit bersemangat akan kisah dari bocah berambut hitam ini, yang muncul secara tiba-tiba, sama seperti Astolfo dan Sieg.
Kirito tersenyum sekali lagi, "Kau akan menyukai ceritaku, percayalah! Nah, mari kita mulai..."
* * *
"Astolfo..."
Aku mendengar seseorang memanggilku, tetapi aku tidak bisa mendengar suaranya dengan jelas. Suaranya terdengar samar-samar, seolah-olah aku mendengarnya dari jarak entah berapa kilometer.
"Astolfo, bangun..."
Lagi-lagi, seseorang memanggil namaku. Suara yang sama. Samar-samar, tidak ada perubahan. Aku tidak yakin apakah aku harus menjawab suara itu atau tidak.
"Hmm, Astolfo... kapan kau akan bangun...?"
Untuk ketiga kalinya, namaku disebutkan lagi. Kali ini, aku merasakan semacam keakraban di dalam suara itu. Mungkin aku harus menjawab suara itu...?
"Iya, iya... aku akan bangun... Nnngh."
Perlahan, aku mulai membuka mataku.
Pemandangan sekitar nampak sangat terang, membuat penglihatanku buram. Aku tidak bisa melihat dengan jelas, namun aku bisa tahu kalau aku sedang melihat ke arah seseorang. Mungkin, dia-lah yang memanggil namaku...
"Ah, Astolfo. Kau sudah bangun," kata sosok itu, dengan kalemnya.
Aku mengedipkan mataku beberapa kali, sembari menggosok-gosok mataku, supaya aku bisa melihat dengan lebih jelas. Kemudian, aku bisa melihat rambut cokelat dan mata merah dari orang yang membangunkanku.
"Sieg... apa itu kau?" rintihku pelan.
Sieg tersenyum kecil, melihat aku yang sudah bangun, dan mengangguk.
"Kau nampak sangat nyaman tidur di situ, aku jadi ragu-ragu untuk membangunkanmu. Tapi waktu istirahat sebentar lagi selesai, jadi aku tidak punya pilihan lain."
"Oh, begitu..." Aku balas tersenyum, "Maaf merepotkanmu, Sieg..."
"Aku sama sekali tidak kerepotan," ucap Sieg. "Sungguh."
"Nngah!" Aku mencoba meregangkan tubuhku, dan Sieg mengulurkan tangannya padaku. Aku menerimanya dengan senang hati, dan berdiri. "Tidur di bawah pohon rasanya segar, ya..."
KAMU SEDANG MEMBACA
Trap Reincarnation : ASTOLFO (SAO FANFIC)
Fanfiction"Tunggu dulu, kenapa tubuhku menjadi seperti ini?!" Alkisah, hiduplah seorang pemuda yang sudah menjadi mahasiswa. Akan tetapi, dia memutuskan untuk membunuh dirinya sendiri. Mempercayai bahwa dunia lain itu ada, pemuda itu menolak kenyataan dan men...